Cerpen
Disukai
3
Dilihat
3,641
PEREMPUAN LUKISAN
Misteri

Perempuan Lukisan

 

Seorang pelukis pun boleh disalahkan…

Februari yang panas. Terlihat kemacetan lalu lintas yang berlalu lalang. Asap kendaraan yang memicu polusi. Debu beterbangan dibawa angin yang kering. Gerah kota yang semakin menjadi.

Di sudut kota, segerombolan manusia terlihat saling melempar kata-kata kasar pada seorang perempuan yang sudah tak jelas pakaiannya. Perempuan itu hanya duduk menunduk, tak berani melawan sumpah serapah orang-orang itu.

Ia memang liar, mereka benar. Tapi amarah terus berakar membuatnya semakin seperti anjing liar di pinggir jalan. Amarah itu bukan sekadar kepada mereka. Lebih dari itu, ada yang harus bertanggung jawab pada takdirnya.

September, 2021

“Aku harus menyelesaikan beberapa lukisan ini, Alana.” Tangan kurus lelaki itu terlihat lincah memoles kanvas berdiameter 20x25 dengan cat-cat berwarna.

“Tapi saat ini musim hujan, setidaknya kita punya waktu bersama,” lelaki itu menggeleng. Pekerjaannya belum selesai sampai ia bisa menyelesaikan lukisannya minggu ini.

“Kalau begitu temani aku melukis saja.” Perempuan itu juga menggeleng. Ia tak bisa mengiyakan permintaan lelaki itu. Tidak untuk saat ini. Ia hanya ingin bercinta, hanya itu yang ada dalam pikirannya.

Lelaki itu mengangguk. Tidak memaksa. Percakapan itu berakhir dan Made yang memilih menyelesaikan pekerjaannya musim hujan ini.

Lelaki itu sudah menyiapkan kuas dan cat terbaik untuk memoles karyanya. Lukisan itu akan selesai dan segera dipajang di pameran lukisan kota akhir tahun ini. Ia percaya, sebentar lagi semua orang akan mengakuinya.

“Alana tak akan menyesal melihat ini.” Gumamnya sendiri.

Desember, 2021

Angin tajam malam ini. Made terbangun begitu saja. Ketika akan beranjak tidur kembali, sebuah suara ketukan didengarnya. Ia menoleh sekitar, melihat sekeliling kamar yang masih remang. Tak ada siapa-siapa. Mungkin sesuatu jatuh…

Ada lelap mimpi yang harus tertunda malam ini

Pada mimpi-mimpi masyhur pengelana…

Benar. Suara itu berasal dari kamarnya sendiri, seperti suara kidung perempuan dengan kata-kata yang tak dimengertinya. Ia menatap sekitarnya lagi, memastikan tak ada seorangpun di kamar itu. Tapi ia langsung terpaku saat melihat seorang perempuan duduk berjongkok di pojok kamar. Di bawah pajangan lukisan-lukisan dan botol-botol cat yang berserakan.

Ia meraba penglihatannya, memastikan ia tak salah melihat. Tapi perempuan itu nyata, dengan gaun merah setengah paha. Wajah tirus dan lekuk tubuhnya yang indah. Terkadang Made berharap, Alana-kekasihnya memiliki wajah tirus seperti perempuan di hadapannya saat ini.

Cantik…pikirnya.

“Siapa kau?” Made bertanya dan perempuan itu hanya tersenyum. Ia menampilkan sisi kecantikannya yang lain. Ah! Alana saja kalah cantik dengan perempuan ini…

“Kau tak mengenalku?” suaranya terdengar merdu. Made mengernyit, ia tak pernah melihat perempuan itu sebelumnya.

“Tidak!” Ucapnya yakin.

“Bagaimana bisa aku dilupakan begitu saja.” Wajahnya terlihat kecewa. Tapi Made yakin ia tak mengenal perempuan itu. Meski penampilan teman-temannya juga hampir sama dengan perempuan di depannya saat ini, termasuk Alana kekasihnya.

“Apa maksudmu.” Made mulai merasa aneh dengan perempuan itu.

“Padahal kita pernah menghabiskan waktu bersama, sehari di musim hujan.” Perempuan itu berjalan kearahnya dengan sedikit tertatih juga seputung rokok yang masih menyala disela jarinya. Perempuan itu merokok…

Made tetap bergeming di tempat tidurnya. Tapi demi melihat perempuan itu semakin dekat kearahnya, lalu duduk di sudut kasur, entah mengapa ada perasaan aneh yang mengganggu pikirannya.

Perempuan itu menatapnya asing. Cahaya bulan malam itu begitu terang menembus jendela kamarnya, sehingga tampak jelas wajah si perempuan. Cukup remang memang, tapi sorot mata yang tajam itu begitu jelas; seakan ada rasa luka dan pilu di sana.

“Sebenarnya kau siapa?” Made mulai tak tahan, perempuan didepannya ini terlihat aneh, bagaimana mungkin ia bisa masuk begitu saja ke dalam kamarnya. Ia tak pernah membuka pintu kamar pada siapapun kecuali Alana. Dan malam ini, seorang perempuan misterius tiba-tiba muncul dari dalam kamarnya sendiri.

“Baiklah akan kubantu ingatanmu itu.” Entah darimana asalnya, perempuan itu tiba-tiba memegang sebuah lukisan seorang perempuan bergaun merah dan seekor anjing hutan yang sangat ia kenali. Seperdetik kemudian Made tersadar bahwa wajah perempuan itu sangat menyerupai seorang perempuan dalam lukisannya. Lukisan yang dibuat lima tahun lalu oleh dirinya.

“Bagaimana kau bisa nyata?” Made terkejut. Lelaki itu tak percaya kepada imajinasinya sendiri. Bagaimana mungkin sosok perempuan di hadapannya itu adalah hasil imajinasinya? Dia mencoba berpikir, bagaimana mungkin sebuah lukisan bisa hidup.

“Karena aku imajinasimu Made. Aku ada sebab itu.” Perempuan itu mulai menatap Made secara serius.

“Tidak mungkin! Kau begitu nyata. Ini pasti mimpi.” Perempuan itu menyesap rokoknya yang mengepul. Asapnya menguar dan terjebak dikamarnya, membuat lelaki itu merasa sesak.

“Aku tahu kehidupanmu begitu menyenangkan. Sempurna. Kau seorang seniman yang mulai terkenal juga memiliki seorang kekasih yang sangat kau cintai. Sedang aku, manusia yang kau ciptakan memiliki kehidupan yang begitu menyedihkan.” Suaranya berubah getir.

“Dan kau ingat apa yang kau ucapkan kepada semua orang saat pameran bulan lalu, ‘ciptakan imajinasi seliar mungkin, ikat kuat-kuat nalar kita sebagai seniman’.”

“Tapi aku memiliki kehendak sendiri sebagai lukisan, mengubahnya dari awal. Semua menjadi kehendakku.” Perempuan itu menatapnya tajam.

“Apa yang akan kau lakukan.” Made berdiri. Ada ketakutan menyergapi dirinya.

“Kehidupanku hancur karena kau bodoh! Semua orang membenciku, memperlakukanku seperti anjing liar, seperti sampah. Itu semua karena otak bodohmu itu.” Perempuan lukisan itu mulai ikut berdiri. Made menggeleng ketakutan.

Perempuan itu semakin mendekat, Made baru sadar ada bekas luka goresan yang cukup dalam di paha perempuan lukisan itu. Ia merinding melihatnya.

“Kau melihat bekas luka ini Made.” Perempuan lukisan itu terus berjalan kearahnya dengan tersenyum sinis. Ia mencoba melarikan diri. Tapi kakinya seperti terpasung kedalam tanah. Bahkan ia bisa mendengar degup jantungnya sendiri yang beradu dengan denting jam yang memecah malam itu.

“Bukankah kau sendiri yang melukisku bersama anjing kelaparan itu. Kau memang tak berniat membuatku sempurna sama sekali.” Perempuan lukisan itu menggapai dirinya dengan mudah.

Saat itu terdengar bunyi jendela kamar yang terbuka. Rupanya sebuah Anjing masuk melalui jendela kamarnya setelah diterpa angin yang menggigil. “Hei, Anjing itu membawa lukisanku!” Lelaki itu terlihat kalap melihat seluruh lukisannya dibawa pergi oleh seekor anjing. Dirinya mencoba melepaskan cekikan perempuan lukisan itu.

“Aku akan menghancurkan seluruh imajinasimu ini, dan kau akan hilang sepenuhnya. Kekasihmu dan semua orang yang memujamu tak akan lagi menemukanmu.” Napasnya mulai tertahan. Jari-jari perempuan lukisan itu menusuk lehernya sangat kuat. Ia akan mati. Mungkin besok pagi dirinya sudah terpampang di koran-koran. Diliput banyak media, “Matinya Seorang Seniman Abad Ini Secara Misterius.”

“Kau akan mati bersama lukisan-lukisanmu!” Perempuan lukisan itu tertawa melengking. Terus menekan jari-jarinya di leher Made. Darah menetes dari leher laki-laki itu, napasnya mulai tak beraturan.

 “Ah!!!” Ia terbangun dengan napas memburu. Tubuhnya berkeringat. Lelaki itu menyentuh lehernya yang berdenyut, seakan mimpinya juga menyisakan bekas tangan perempuan dalam lukisannya itu.

Matahari menyusup hangat dikamarnya yang berantakan dengan kuas dan cat yang tumpah. Ia menatap seluruh lukisannya. Tetap ada. Dirinya hanya bermimpi buruk semalam.

Teleponnya berdering. Ia dapat melihat pesan dari Alana. Itu pesan dengan kalimat ganjil yang pernah perempuan itu tulis padanya.

“Made, lukisanmu dicuri seekor anjing…”  

Rumah pasir, 13 Juli 2023

 

 

Arina Maulidia. Alumnus Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI INSTIKA). Tulisannya berupa antologi bersama, antara lain: “Dari Balik Bilik” (Krajan Pustaka, 2023), “Bayan” (Antologi Quote Nasional, 2023), “Merindu Reda-Reda Merindu” (Lintas Media, 2023), “Masa-Masa Kita” (Readerzen, 2023). Bisa dikunjungi di Instagram @onyoura__rn


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)