Cerpen
Disukai
1
Dilihat
6,052
Orang-orang yang Diburu
Misteri

2 September 2223 Miriam terlepas dan menggerutu di dalam air Sungai Ciliwung yang jernih dan sejuk. Seorang lelaki muda mengamati riak air sungai sambil meniti satu demi satu tangga besi yang melayang di udara. Miriam timbul dari dalam sungai sambil mengipaskan rambut hitam panjangnya yang basah.

 

    "Ah, kukira ikan gabus. Rupanya Nona Cantik penunggu Sungai Ciliwung ini."

 

    Miriam meneleng ke arah lelaki muda itu. Miriam heran melihat tangga-tangga besi yang melayang di udara. Kemudian Miriam melempar pandang ke arah kiri dan kanan di depan: lengang!

 

    "Aku ini di mana? Mana deretan toko-toko sepeda di sana?" Miriam menunjuk arah kanan dan lelaki muda itu menoleh.

 

    "Toko-toko sepeda di sana? Hem. Aku tidak mengerti. Mana ada toko-toko sepeda?"

 

    "Ada! Dulu Bapak membelikan aku sepeda mini merah di sana. Eh, Busway? Mana Busway? Mana Terminal Manggarai? Mana Pasar Raya Manggarai? Mana? Aku ini di mana?!"

 

    Miriam menunjuk banyak arah yang membuat kepala lelaki muda itu berputar tak keruan mengikuti telunjuk Miriam.

 

    "Mengapa tangga-tangga besi yang kauinjak itu melayang? Ajaib!"

 

    Lelaki muda itu ikut bingung.

 

    "Nona cantik. Mari sini. Naik tangga besi. Kita ke sana dan bercerita."

 

    Lelaki muda itu menunjuk sebuah gardu biru yang jaraknya kira-kira 200 meter di belakang mereka. Tapi Miriam bingung menaiki tangga besi yang dinjak lelaki muda itu. Cukup tinggi.

 

    "Ayolah Nona Cantik, mainkan Neutronchip. Perintahkan dia membuat satu tangga besi seperti yang kupijak ini."

 

    Lelaki muda itu melompat-lompat sehingga tangga besi itu naik-turun. Keren juga tangga besi itu batin Miriam.

 

    "Neutronchip? Apa itu?" tanya Miriam. Lelaki muda itu berhenti melompat.

 

    "Ah Nona Cantik. Janganlah bergurau."

 

    "Aku benar-benar tidak tahu semua yang kaujelaskan tadi! Aku ini di mana?!" Miriam memasang wajah api. Lelaki muda itu sekarang memasang mimik serius. Bagaimana mungkin Nona Cantik ini tidak tahu Neutronchip? Sebentar, apakah Nona Cantik ini adalah salah satu anggota Orang-Orang Yang Diburu? Lelaki muda itu segera membuat tangga besi dan membuat Miriam menjerit.

 

    "Nona Cantik! Jangan takut! Naiklah tangga besi itu dan kita bercerita di sana!" Lelaki muda itu kembali menunjuk gardu biru. Mata biru lelaki muda yang memintanya menaiki tangga besi itu berpendar-pendar seolah menghipnotis Miriam. Tanpa bertanya lagi Miriam menginjak tangga besi itu.

 

    "Pegang tanganku. Kalau tidak terbiasa menaiki tangga besi ini kau bisa terjatuh."

 

    Sekali lagi Miriam mengikuti perintah lelaki muda itu. Dia pegang tangan lelaki muda itu. Dingin sekali tangan lelaki muda itu.

 

    Tangga besi mulai bergerak perlahan dan lelaki muda itu meloncat ke arah tangga besi milik Miriam saat Miriam oleng. Lelaki muda itu memeluk Miriam yang hampir terjatuh.

 

    "Maaf kupeluk." Miriam mengangguk dan membenarkan dalam hati tindakan lelaki muda itu. Dada lelaki muda itu dingin sekali di pipi Miriam. Tak lama mereka sampai dan memasuki gardu biru.

 

    "Jadi kau bukan anggota orang-orang yang diburu? Oh, ya, namaku Virgo2734."

 

    "Nama yang aneh. Namaku Miriam dan aku bukan anggota yang kausebutkan tadi."

 

    "Miriam saja? Tidak ada tambahan angka?"

 

    "Miriam Navratilova. Tak ada tambahan angka! Benarkah Virgo nama sebuah bintang?"

 

    "Benar. Virgo2734 sebuah bintang besar. Sekitar 2734 tahun cahaya baru bisa kau sampai di sana."

 

    "Benarkah? Kau pernah ke sana? Seperti apa bentuk dan isi Virgo2734?"

 

    "Kabut gas. Kabut gas padat. Panas. Sekali saja aku ke sana. Nggak bagus. Nggak bisa ditempati dan kami belum menemukan satu planet pun yang bisa didiami."

 

    Miriam hampir tertawa mendengar penjelasan Virgo2734.

 

    "Kau ke sana?! Hey, jangan main-main! Siapa manusia mampu ke sana?"

 

    Tentu saja Miriam mengerti apa arti kecepatan cahaya. Tak mungkin manusia mampu hidup bersama kecepatan cahaya. Tubuh manusia pasti terurai menjadi molekul.

 

    "Kau tak percaya?"

 

    "Sama sekali tak percaya!"

 

    "Bagaimana kalau kau aku ajak ke sana?"

 

    "Sekarang?!"

 

    "Ya. Sekarang."

 

    Mata biru Virgo2734 kembali berpendar-pendar dan Miriam sekilas ingat sesuatu dari mata biru yang berpendar-bendar itu. Miriam berusaha mengingat dan gagal.

 

    "Baik. Aku percaya kau pernah ke sana. Tolong cubit aku sekarang."

 

    "Cubit?" tanya Virgo2734.

 

    "Ya! Cepat cubit aku!"

 

    "Bagian mana aku cubit?"

 

    Miriam tertegun. Benar juga. Bagian tubuh mana harus dicubit? Lalu Miriam menyorongkan lengan kanannya.

 

    "Ini kaucubit sekarang!"

 

    Virgo2734 tergelak dan mencubit lengan kanan Miriam. Panas juga cubitan Virgo2734. Miriam meringis. Lengan kanannya merah. Tapi Miriam puas. Cubitan itu bukan mimpi!

 

    "Panas juga cubitan kau!"

 

    "Kan kau sendiri minta dicubit?"

 

    "Ya, aku yang minta. Tapi aku berada di tempat yang aneh."

 

    "Aneh bagaimana, sih? Oh, kau suka apa?"

 

    "Suka apa? Nggak ngerti!"

 

    "Maksudku, kau mau minum apa?"

 

    "Air jeruk hangat saja kalau ada."

 

    "Air jeruk hangat? Macam apa itu?"

 

    "Buah jeruk? Kau tahu buah jeruk, kan? Buah jeruk kauperas dan berikan air hangat. Tapi lebih segar dicampur es batu. Panas sekali siang ini."

 

    Virgo2734 tertegun mendengar permintaan Miriam. Buah jeruk dan segala macam buah sudah tidak ada sejak seratus tahun lalu ketika musibah perang nuklir menghancurkan cuaca. Hampir 3/4 umat manusia mati. Berbagai spesies hewan dan tumbuhan ikut musnah dan hanya tersisa bakteri-bakteri yang tahan menghadapi bencana nuklir. Bumi ditutupi kabut hitam sepanjang tahun. Angin-angin sembunyi karena percuma tak ada daun-daun yang bisa mereka gerakkan. Cahaya matahari tak mampu menembus kabut hitam padat. Bumi gersang dan tanah-tanah kering meretak-retak. Hujan memang masih datang tapi hujan berbau asam dan bila setitik airnya menyentuh kulit akan membuat kulit melepuh seperti tersentuh bara rokok. Manusia-manusia yang tersisa tinggal di perut bumi untuk mempertahankan hidup sampai sekarang dan baru sebulan ini mereka keluar dari perut bumi ketika sinar matahari tiba dan kabut hitam menghilang.

 

    "Virgo, kenapa kau? Mana es jeruknya?"

 

    Virgo2734 tersentak dari gambar-gambar hologram yang bergantian muncul di kepalanya.

 

    "Buah jeruk dan segala macam buah sudah tak ada lagi di sini sejak bencana nuklir seratus tahun lalu."

 

    "Benarkah?"

 

    Virgo2734 mengangguk.

 

    "Baik. Aku percaya. Tapi ceritakan di mana aku ini sebenarnya? Ini bukan kotaku."

 

    "Ceritakan lebih dulu mengapa kau bisa muncul dari dalam sungai."

 

    Miriam mulai bercerita:

 

    "Aku sedang meneliti keruhnya air Sungai Ciliwung. Saat aku menuruni undakan Pintu Air Manggarai, untuk mengambil sampel air keruh itu, aku terpeleset dan entah bagaimana aku muncul di kota kau ini. Virgo, aku yakin, gardu biru ini dulu Pintu Air Manggarai."

 

    Virgo2734 menampilkan hologram besar di depan Miriam dan mereka mengamati suasana tahun 2023.

 

    "Pindah waktu," kata Virgo2734 sembari menghilangkan hologram besar.

 

    "Pindah waktu? Bagaimana bisa?"

 

    "Kami masih meneliti pindah waktu sampai detik ini."

 

    "Berarti aku maju 200 tahun?"

 

    "Yup."

 

    "Luar-biasa! Bagaimana kau bisa menampilkan hologram besar tadi, menciptakan tangga-tangga besi? Atau mungkin semua hal ajaib bisa kauciptakan?"

 

    "Neutronchip. Manusia hari ini memakai neutronchip. Kami terhubung dengan segala tahu. Segala tahu yang mampu menciptakan apa saja yang kami inginkan."

 

    Virgo2734 menceritakan musibah perang nuklir seratus tahun lalu dan menceritakan manusia hidup di dalam perut bumi sampai teknologi neutronchip diciptakan sebagai alat mencegah musibah perang nuklir kembali terjadi.

 

    "Neutronchip ditanamkan dalam saraf manusia?" tanya Miriam.

 

    "Benar. Ditanamkan dalam saraf manusia. Mungkin di masamu neutronchip sama dengan mikrochip tapi berbeda."

 

    "Apa bedanya?"

 

    "Saraf manusia bagian terpenting motorik. Saraf manusia sensor. Saraf manusia lembut dan bisa membunuh. Saraf manusia sehalus neutron karena itu mikrochip sulit ditanamkan dalam saraf sebab masih bisa terlihat. Saraf manusia menerima respons positif neutron. Neutron yang atom. Tak bisa dilihat atau diraba. Saraf manusia sukarela menerima neutron."

 

    "Apa isi neutronchip?"

 

    "Isinya kecerdasan buatan. Manusia semua setara dalam kecerdasan. Tak perlu sekolah. Semua jenis ilmu pengetahuan kami suntikkan ke dalam neutronchip. Tak ada lagi manusia cerdas bisa membodohi manusia bodoh. Semua setara. Bukankah itu adalah impian terbesar manusia?"

 

    "Mengerikan."

 

   "Mengerikan? Mengerikan bagaimana?” tanya Virgo2734.

 

     "Aku ingin menjadi manusia normal saja. Aku rasa, tak perlu menjadi setara karena kesetaraan datang sesuai kenormalan. Tak perlu dipaksakan menjadi setara."

 

    "Miriam, andai kau merasakan apa itu perang nuklir,   kau pasti sepakat tentang neutronchip. Manusia terlalu ambisius untuk berkuasa dan mampu menghancurkan dunia ini melalui tangan-tangan mereka sendiri atas nama kesetaraan. Kesetaraan dijual sebagai pamflet omong-kosong dan manusia berjuang melindungi keomongkosongan itu sehabis-habisnya. Sekuat-kuatnya sampai rela memusnahkan jenis mereka sendiri."

 

    "Tapi seperti itulah manusia, kan? Tanpa hasrat kekuasaan, mungkin neutronchip tak pernah ada, kan? Oh, ya, tadi kautanyakan aku tentang orang-orang yang diburu. Siapakah mereka?"

 

    "Ya, itulah yang kauinginkan. Mereka orang-orang yang menolak neutronchip karena tidak mau robot menjadi tuan mereka."

 

    Miriam tercekat mendengar penjelasan Virgo2734. Sekali lagi dia pandangi mata biru Virgo2734 dan berusaha mengingat sesuatu dari mata biru itu. Mendadak bayangan masa kecil Miriam terpampang jelas. Miriam melihat adiknya asyik memainkan robot kecil bermata biru dan robot itu mengeluarkan suara:

 

    Bib, bib, bib, kami robot raja manusia. Kami robot raja manusia. Kami robot raja manusia.

 

    "Kau robot?"

 

    Virgo2734 mengangguk. Miriam kagum melihat Virgo2734 memiliki emosi setara manusia dan bentuk fisik yang sama dengan manusia. Tulang, daging, dan darah. Tapi Miriam menolak robot menjadi raja manusia.

 

    Tak lama sirene meraung-raung seperti sangkakala yang membisingi langit biru Jakarta.

 

    "Miriam. Kembalilah ke masamu. Di sini berbahaya bagi mereka yang menolak neutronchip. Tubuh mereka akan kami ambil untuk kami jadikan robot. Kami perlu daging, kulit, darah, kelamin, mata, telinga, hidung, lidah, rambut dan seluruh jeroan kalian sebagai manusia, agar kami lebih merasakan lagi menjadi manusia seutuhnya."

 

    "Coba kaucium aku dalam-dalam. Aku ingin merasakan robot menjadi manusia seutuhnya."

 

    Virgo2734 mencium Miriam sambil mendorong tubuh Miriam kembali ke dalam sungai. Miriam merasakan ciuman itu hambar, tidak bertenaga, kaku, dan selusin keburukan ciuman robot itu yang membuat Miriam berjanji akan memperbaiki teknik mencium robot itu yang masih kasar.

 

Tamat

 


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)