Cerpen
Disukai
2
Dilihat
2,315
Misteri Celana Dalam Olda Veyotta
Misteri

Sebuah hutan menjadi angker bukan karena adanya sosok makhluk halus, monster, atau kejadian mengerikan semisal pembunuhan. Seperti yang terjadi pada sebuah hutan di Negeri Stromotaphus. Hutan itu bernama Oldavey. Letaknya sangat terpencil dan jauh dari perkotaan. Hutan Oldavey dipercaya angker, disebabkan oleh seorang nenek berusia delapan puluh tahun yang tinggal di sana. Ya, hanya nenek itu yang tinggal di sana. Tak ada manusia lain. Bahkan sekarang, sudah tak ada lagi binatang yang tinggal di sana. Nama Hutan Oldavey diambil dari nama nenek itu, Olda Veyotta.

Hutan Oldavey dipercaya sangat angker bukan tanpa alasan. Sepuluh tahun yang lalu, terjadi peristiwa yang mengejutkan, gerombolan binatang berbondong-bondong pergi meninggalkan Hutan Oldavey menuju perkotaan. Seolah-olah binatang-binatang liar itu terancam. Padahal, jarak antara Hutan Oldavey dengan desa terdekat atau pusat kota yang bernama Astrophus berkisar enam puluh sampai seratus kilometer. Dapat dibayangkan, betapa mengerikannya Olda Veyotta, sampai-sampai binatang-binatang memilih perjalanan jauh untuk hengkang dari sana. Binatang-binatang itu lebih memilih pergi ke pusat kota dengan lingkungan yang terdapat lebih banyak manusia, yang harusnya memiliki tingkat kriminalitas yang lebih tinggi dibandingkan Hutan Oldavey. Mengingat hanya ada Olda Veyotta di sana.

Bisa dikatakan, keberadaan Olda Veyotta lebih mengancam daripada penduduk di pusat kota. Olda Veyotta sudah seperti bencana, mengancam kehidupan di Hutan Oldavey. Semengerikan itukah Olda Veyotta? Padahal, ia hanya seorang manusia biasa dengan tubuh yang pendek, kulit yang hampir di setiap tubuhnya nampak mengendur, dan gigi palsunya yang berwarna kuning pekat. Rambutnya masih cukup lebat untuk nenek seusianya. Lantas seperti apa Hutan Oldavey sekarang?

Jika kau masuk ke sana, maka akan kau dapati banyak tumbuhan yang lebih memilih mati daripada terus hidup. Daun-daun pada pohon tak sanggup lagi berguguran karena sudah lama mengering. Rerumputan yang telah lama layu. Bahkan bisa kau temukan bangkai-bangkai burung, ular, capung, kucing hutan, monyet, bahkan, singa si pemegang gelar Raja Hutan pun tak dapat lolos dari maut. Dan itu semua disebabkan oleh Olda Veyotta. Lalu apa penyebab pastinya? 

Menurut peneliti ahli dan seorang detektif ternama bernama Sir Lock Houze yang dikirim oleh Negeri Stromothapus, kemungkinan penyebab kematiannya adalah gangguan pernafasan. Menelisik dari jasad bangkai-bangkai itu, tak ada tanda-tanda luka fisik. Sama halnya dengan tumbuhan atau pohon-pohon yang ada di sana, mereka mati diindikasikan karena aroma bau tak sedap.

Bagaimana bisa? Tak semua binatang memiliki hidung, seperti halnya capung. Dan tak semua binatang mencium aroma menggunakan hidung, seperti halnya ular yang mencium aroma menggunakan lidah. Terlebih lagi tumbuhan juga tak memiliki hidung! Bagaimana bisa?

Menurut data dan hasil penelitiannya, tumbuhan juga dapat mendeteksi bau. Tumbuhan mendeteksi molekul bau yang dikenal senyawa organik volatil[1]. Bagaimana detektif yang sekaligus peneliti itu bisa selamat? Jangan salah, detektif itu menggunakan pakaian dan topeng khusus untuk menangkal aroma busuk Olda Veyotta. Seperti apa pakaian dan topeng khususnya? Pakaian khusus itu berwarna putih dengan bahan kain khusus anti bakteri. Dilengkapi dengan dua tabung oksigen mini di bagian dalam, yang terhubung langsung dengan topeng. Terdapat sebuah saringan udara berlapis pada topeng. Lalu bagaimana bisa seorang aroma nenek tua sampai membunuh tumbuhan dan binatang? Semua bermula empat puluh tahun dari sekarang, semenjak kematian suami Olda Veyotta.

*

Hari itu adalah hari yang begitu bahagia sekaligus menyakitkan bagi Olda Veyotta. Bahagia karena tepat pada hari itu, saat usianya genap empat puluh tahun, dia mendapatkan sebuah kado ulang tahun dari suami tercintanya. Sekaligus menyakitkan karena suaminya menghembuskan napas terakhir tak berselang lama setelah dia menerima kadonya. Kado itu berisi sebuah celana dalam antik. Ia mengenakan celana dalam antik itu dengan depresi yang amat mendalam. Olda Veyotta dan mendiang suaminya, dulunya tinggal di Kota Astrophus. Namun, tepat setahun setelah Olda Veyotta menjanda, ia diasingkan oleh negerinya sendiri. Lalu dibuanglah dia ke sebuah hutan yang saat ini bernama Hutan Oldavey.

Tentu ada alasan mengapa dia sampai diasingkan. Itu semua karena keresahan penduduk kota yang melaporkan terciumnya aroma busuk dari tubuh Olda Veyotta. Dia dianggap terkutuk dan dianggap gila, bahkan dicap sebagai jelmaan iblis. Dia juga kerap sekali meracau bahwa suaminya masih hidup. Dan langkah Negeri Stromotaphus nampaknya tak sepenuhnya menyelesaikan masalah, karena bau busuk Olda Veyotta malah membunuh ekosistem hutan, tepatnya tiga puluh delapan tahun yang akan datang. Olda Veyotta dianggap sebagai bencana besar dan berpotensi dapat memusnahkan manusia bila tak ditangani lebih lanjut. 

Diutuslah seorang detektif sekaligus peneliti bernama Sir Lock Houze untuk mencari data dan informasi lebih lanjut, kira-kira apa penyebab bau busuk di tubuh Olda Veyotta. Awalnya Sir Lock Houze mengira, bahwa bau busuk tubuh Olda Veyotta merupakan akibat dari suatu penyakit atau kelainan dalam tubuhnya. Tetapi setelah mewawancarai beberapa penduduk Astrophus, dia belum mendapat informasi yang jelas, yang dia dapati hanya informasi yang bersifat mistis. 

Penduduk lebih percaya bahwa Olda Veyotta adalah penjelmaan iblis, manusia yang dikutuk, atau penyihir. Namun tak berselang lama, akhirnya Sir Lock Houze mendapatkan informasi logis. Itu dia dapatkan dari wawancaranya bersama Suramo. 

“Jadi apa kau punya informasi tentang Olda Veyotta? Boleh sekali lagi kau perkenalkan dirimu,” ujar Detektif sehabis menarik napas panjang sebelum membuka pembicaraan dengannya.

“Baiklah. Aku adalah Suramo, seorang penjaga makam. Yang aku tahu pasti, bahwa nenek tua itu tidak benar-benar sakti.”

“Tidak benar-benar sakti? Hanya itu?” tangan kirinya sesekali mengusap-usap lubang hidungnya.

“Aku belum selesai. Awalnya aku hampir mempercayai gosip yang beredar di kota ini. Bahwa Olda Veyotta adalah penyihir, tapi setelah beberapa kali aku mengikutinya dia bukan penyihir. Dia tidak sakti, juga tidak gila.”

“Bagaimana kau bisa mengatakan itu?”

“Beberapa hari yang lalu dia mengunjungi makam suaminya. Ya, saat dia datang, hidungku begitu terkejut, sampai aku bersin berulang kali. Lalu tak lama kemudian, hujan datang bak pahlawan, menyelamatkan hidungku. Bau busuknya menjadi berkurang.”

“Lalu?”

“Siapa yang tega melihatnya basah kuyup? Mungkin banyak, melihat manusia di zaman ini begitu acuh terhadap manusia lainnya, tapi tidak denganku. Aku beranjak dari gubuk kecilku ini lalu menawarinya payung.”

“Dengan menutup lubang hidungmu?”

“Aku tidak menutupnya. Hanya saja aku bernafas melalui mulut. Aku mengajaknya ke gubuk dan menawarinya mandi.”

“Di gubukmu terdapat kamar mandi?”

“Ya, di dalam gubukku terdapat sebuah bilik yang ditutup oleh sebuah dinding berupa kayu tipis, dan di dalam bilik, terdapat sebuah ember, tanpa jamban.”

“Ada atap?”

“Ya, ada atap”

“Lalu? kau masih menutup hidungmu?”

“Kebetulan aku membawa kaus dan celana lebih, aku berikan padanya.”

“Hanya itu yang kau berikan padanya?”

“Beserta sabun dan seutas tali tipis agar celananya tak kendur.”

“Lantas kau masih bernafas dengan mulutmu?”

“Setelah dia mandi, aku memberanikan diri untuk memastikannya sendiri. Ku hirup udara lembab beraroma wangi hujan dan lagi-lagi hidungku terkejut.”

“Semakin bau?”

“Bau busuknya berkurang, bahkan terdapat wangi sabun setelah ia mandi dan mengenakan pakaian yang kuberikan.”

“Kau serius? Lantas dari mana bau itu?”

“Dari celana dalam yang berada di selangkangannya.”

“Kau yakin?”

“Aku yakin.”

“Apakah kau tau seperti apa celana dalamnya?”

“Nah, aku tak begitu yakin karena aku melihatnya sekilas saat ia berupaya memakai celana yang aku berikan. Jika tak salah lihat, celana dalam itu berwarna putih kusam dengan motif hieroglif.”

“Pengintipan yang bagus Suramo. Ternyata terdapat sisi kemesuman dalam dirimu.”

“Itu karena aku penasaran. Aku tidak semesum pemikiranmu.”

“Baiklah. Akan aku catat. Tidak ada informasi lain?”

“Ah, saat aku mengajaknya bicara, ia kembali seperti orang gila. Menganggapku suaminya, dan aku berakhir diciumnya.”

“Kau tak mengelak?”

“Aku tak tega, jika ibuku masih hidup, mungkin sekarang beliau seusianya. Meskipun nenek itu gila, jelmaan iblis, atau penyihir sekalipun, dia tetaplah wanita dan seorang ibu.”

“Dia memiliki anak?”

“Belum, tapi masih ada kemungkinan, siapa yang bisa menebak takdir Tuhan?”

“Kau mengatakan bahwa ia tidak benar-benar sakti. Lalu, di mana letak kesaktian yang kau bilang tadi?”

“Ia dapat membunuh tanpa menyentuh.”

“Karena bau busuknya?”

“Ya mungkin. Burung-burung yang berada di sekitarnya mati. Bunga-bunga yang baru mekar pun dipaksanya layu. Dengan catatan itu aku saksikan sendiri sebelum ia mandi.”

“Tetapi mengapa kau tidak ikut mati?”

“Pertanyaanmu juga menghantui isi kepalaku. Mungkin karena hidung dan paru-paruku sudah terbiasa dengan bau busuk, atau karena aku juga jarang mandi untuk menghemat air, bisa dibuktikan dengan napasmu yang mulai tersengal selama berbicara denganku.” 

“Ya aku setuju, dan sebaiknya kau mandi sekarang. Baiklah terima kasih banyak Suramo,” sembari memberikannya beberapa koin perak, Detektif Sir Lock Houze beranjak pergi.”

*

Penduduk-penduduk di Negeri Stromotaphus, disibukkan dengan binatang-binatang yang berbondong-bondong datang dengan liar. Lalu menjamah dan memakan segala apa yang bisa dimakan. Menghamburkan segala benda, tubruk sana tubruk sini. Ricuh sekali. Namun terdapat beberapa manusia yang tak kalah liar dari binatang-binatang itu. Mereka membawa golok, pedang, dan senapan listrik, balik memburu binatang-binatang itu. Kelakuan para manusia membuat binatang-binatang itu sadar, bahwa manusia adalah makhluk paling buas di muka bumi.

Beberapa manusia penduduk kota yang melawan balik memburu binatang, tak percaya akan Hutan Oldavey yang angker. Setelah berhasil membantai sebagian binatang-binatang tadi, mereka pergi ke sana untuk menantang mitos itu. Mereka berjalan dengan santai, namun setelah memasuki Hutan Oldavey, wajah santai mereka menegang, aroma busuk menyerang hidung mereka. Perut mereka seketika memberontak, hingga tak sanggup lagi menahan sesuatu. Mereka berusaha melawan gejolak perutnya namun pada akhirnya mereka menyerah dan lalu muntah secara bergantian. Mereka berubah pikiran. Mereka kembali menuju Kota Astrophus, namun dalam perjalanan kembali, bau busuk itu terus melekat tak kunjung hilang. Ternyata, secara diam-diam Olda Veyotta mengikuti mereka dari belakang. Olda Veyotta yang semakin lama semakin dekat dengan punggung mereka, membuat ketiga pria itu menyerah lalu tergeletak pingsan.

*

Olda Veyotta tidak bekerja. Lalu bagaimana dia makan dan bertahan hidup di sebuah hutan yang tak ada binatang maupun tumbuhan? Sebelum binatang-binatang hengkang dari Hutan Oldavey, biasanya Olda Veyotta berburu tanpa senjata. Dia mengumpulkan dan mengolah bangkai binatang yang tergeletak mati akibat bau busuk dari tubuhnya. Tapi sekarang, hampir tak ada lagi binatang dan tumbuhan, perutnya keroncongan. Dia pergi ke sungai yang ada di hutan, berharap masih ada sesuatu untuk dimakan. 

Dia sampai, dari kejauhan, matanya disajikan pemandangan yang indah, beberapa ekor ikan melompat. Ia menunggingkan salah satu sudut bibirnya, kemudian berjalan mendekat ke arah sungai sesekali membuang napas lega. Pupus sudah harapannya, karena saat jaraknya semakin mendekat, ikan-ikan itu pergi dan bersembunyi jauh di balik air yang mengalir itu. Sungai itu cukup dalam, aliran airnya pun cukup deras. Sementara, perutnya harus puas dengan air sungai yang nenek tua itu minum. Sekalipun aroma busuk yang melekat pada tubuhnya sangatlah mematikan, namun tak dapat menembus permukaan air jernih itu.

Perutnya yang sudah keroncongan membuatnya pergi menuju pusat kota. Di tengah perjalanannya ke pusat kota, dia melihat beberapa orang sedang berjalan ke arah yang sama, ia mengikuti ketiga pria itu. Namun, saat Olda Veyotta semakin dekat dengan ketiga pria itu, mereka bertiga jatuh tergeletak, tak jauh dari jalan keluar Hutan Oldavey. Ia tak peduli dan meneruskan langkah kakinya menuju pusat kota.

Tiba-tiba terdapat segerombolan manusia mengenakan pakaian khusus, pakaian yang digunakan Detektif Sir Lock Houze. Pakaian Anti Olda Veyotta, begitu mereka menyebutnya. Mereka menghalangi jalan Olda Veyotta, namun Olda Veyotta tak peduli, kakinya melangkah tanpa henti. Ia perlahan mendekat, semakin mendekat. Sampai pada akhirnya, salah satu dari gerombolan manusia berpakain khusus itu berlari menghampirinya dan memegang pundaknya,

Langkah kaki nenek tua itu sempat terhenti sejenak. Tapi itu hanya sesaat, dengan mulutnya yang meracau, dia tetap melangkahkan kakinya sampai pria yang menahan badannya itu terdorong mundur. 

“Tembak biusnya sekarang juga!” ujar pria dengan pakaian khusus yang menahan tubuh nenek tua itu.

“Baik Detektif!” manusia-manusia yang juga berpakaian khusus serempak menjawab, dan menarik pelatuk senjata bius mereka.

Peluru-peluru bius melesat dengan cepat, sekejap mendarat di leher Olda Veyotta. Nenek tua itu jatuh tersungkur, mereka dengan sigap meringkus dan mengamankan Olda Veyotta, membawanya ke sebuah laboratorium tempat penelitian mereka, kecuali Detektif Sir Lock Houze dan beberapa anak buahnya. Dia pergi menelusuri tempat Olda Veyotta tinggal. Dan dalam perjalan, mereka menemukan tiga pria yang tak sadarkan diri. Detektif mengutus dua anak buahnya untuk membawa tiga pria itu juga ke laboratorium. Sesampainya di sana, detektif Sir Lock Houze dan beberapa anggotanya yang tersisa, menemukan sesuatu yang mencengangkan dalam gubuk kecil yang Olda Veyotta tinggali. Dinding-dinding dan tanah dipenuhi gambar dan ukiran hieroglif, gambar segitiga terbalik dan gambar bola mata. Mereka memotretnya lalu kembali ke laboratorium penelitian khusus.

 

*

Olda Veyotta sedang terbaring di sebuah ruangan tertutup dalam laboratorium. Di sebelah kanan kirinya terdapat beberapa orang yang sedang mengamati tubuhnya. Perlahan mereka menanggalkan pakaian Olda Veyotta, dengan mudahnya. Namun saat menanggalkan celana dalamnya, mereka tak lagi menemukan sebuah kemudahan. Mereka perlu bekerja keras agar celana dalam itu rela berpisah dengan Olda Veyotta. Berulang kali mereka menarik-narik sekuat tenaga, namun celana dalam itu masih memeluk erat selangkangan nenek tua itu.

Usaha mereka belum membuahkan hasil, mereka melapor kepada pimpinan laboratorium itu, yakni seorang dokter bernama Stephan. Dokter Stephan mengamati tubuh dan celana dalam Olda Veyotta secara seksama. Kemudian ia memindahkan tubuh Olda Veyotta ke dalam sebuah kapsul, untuk diteliti menggunakan mesin kapsul inframerah. Tak perlu waktu lama untuk mendapatkan hasilnya. 

Dokter Stephan hanya bisa membelalakkan matanya ketika melihat hasil itu. Mesin kapsul inframerah tak dapat menembus tubuh Olda Veyotta. Terdapat sebuah selubung hitam yang membalut tubuhnya. Dokter Stephan tak menyerah begitu saja, otaknya masih berpikir keras mencari cara untuk melepaskan celana dalam Olda Veyotta. Ia seketika pergi mengambil sebuah mikroskop untuk memeriksa ada apa di celana dalam Olda Veyotta. Dan benar saja. matanya seakan ingin meloncat saat mengetahui bahwa celana dalam itu sekan hidup dan bergerak. Bukan bakteri, bukan juga virus atau amoeba, sesuatu yang pertama kali ia lihat. Kemudian terlintas ide gila di kepalanya.

Ia yang juga terkenal ahli sebagai dokter bedah gila, membulatkan tekad dan menyiapkan alat khusus bedahnya. Namun sebelum mengeksekusinya, ia mengajak detektif Sir Lock Houze untuk berbicara empat mata.

“Pernahkah kau melihat Iblis?”

“Yang benar saja, kenapa tiba-tiba menanyakan hal absurd seperti itu? Kau seperti bukan seorang ilmuwan saja Dokter Stephan!”

“Ini di luar kepala, bahkan di luar imajinasi Einstein, Boltzmann, atau Schrodinger sekalipun. Aku pun baru pertama kali melihat hal seperti ini. Mari kau lihat sendiri dengan kedua bola matamu. Ikuti aku,” sembari mengajak detektif terkenal itu melihat celana dalam Olda Veyotta dengan mikroskop.

“Apa ini? Kau sungguh gila Dokter Stephan!”

“Bukan aku yang gila, melainkan celana dalam ini. Dan lihat ini,” sambil menunjukkan hasil mesin kapsul.

“Kau lihat terdapat selubung hitam yang melapisi permukaan kulitnya kecuali celana dalam itu. Seakan selubung hitam itu berasal dari celana dalamnya. Dan kau lihat di bagian ini, terdapat seperti sebuah serat-serat yang menyerupai akar serabut, menusuk melalu permukaan kulitnya.”

“Ya, aku melihatnya. Jadi ini yang meruntuhkan Tuhan milik Baruch Spinoza yang para ilmuwan pegang teguh. Jadi apa yang kau lakukan?”

“Ya, sains belum mampu menguraikan apa itu. Jadi, terlintas ide gila dalam kepalaku. Aku akan merobek dan memutus serat-serat itu.”

“Mustahil dokter Stephan, serat celana dalam itu sungguh amat kecil.”

“Tunggu dulu, jangan remehkan julukanku sebagai dokter bedah gila di negeri ini. Aku yakin aku bisa memisahkan celana dalam iblis dari tubuh nenek tua ini.”

“Baiklah, aku percayakan padamu.”

Dokter Stephan mengeluarkan pisau khusus bedahnya yang terbuat dari kristal murni, dan sudah diguyur air suci dari gereja. Kemudian ia memulai eksekusi itu dengan amat hati-hati. 

Eksekusi itu berjalan dengan mulus. Kemudian celana dalam itu diamankan ke dalam sebuah kotak bermaterial kaca khusus kedap udara yang sudah di guyur air suci gereja. Sementara tubuh Olda dimandikan dan diperiksa lebih mendalam, karena saat celana dalam terlepas dari tubuh Olda Veyotta tak ada lagi selubung hitam yang menyelimuti tubuh keriputnya.

*

Olda Veyotta sudah nampak lebih bugar, namun ekspresi depresi dan sedih di wajahnya tetap nampak di mimik mukanya. Nenek tua itu berada di ruang isolasi ditemani detektif Sir Lock Houze dan dokter Stephan. Dan wawancara khusus pun dimulai.

“Apa yang terakhir kali kau ingat dalam benakmu?” detektif menjadi orang pertama yang melancarkan pertanyaan kepada Olda Veyotta.

“Setelah suamiku mati tepat di depanku, aku membuka kado yang berisi celana dalam kemudian mengenakannya.”

“Kapan itu?” tambah dokter Stephan.

“Ya, saat suamiku mati. Saat itu juga.”

“Berarti itu empat puluh tahun lalu.” sahut detektif.

“Jadi sekarang bukan tahun 3040?”

“Sekarang 3080 nenek.”

Olda Veyotta menganga dan tak sengaja membuat gigi palsu kuningnya terlepas dan terjun ke lantai.

Detektif Sir Lock Houze memanggil tiga orang yang tadi tergeletak pingsan. Tetapi ada yang aneh karena, setelah ia menanyai mereka, sama sekali tidak ingat bahwa mereka pergi ke hutan, yang mereka ingat hanya kondisi kota yang sedang kacau balau diserbu binatang-binatang. Mereka dikembalikan ke pusat kota.

Detektif Sir Lock Houze, Dokter Stephan, dan Olda Veyotta berunding sejenak, kemudian diputuskan untuk membuang celana dalam itu. Detektif segera melapor ke pusat pemerintahan. Beberapa hari kemudian tibalah hari pembuangan celana dalam Olda Veyotta. Dengan masih tersimpan di kotak khusus kedap udara, diletakkan dalam sebuah pesawat jet luar angkasa, kemudian diluncurkan ke luar angkasa dan entah bagaimana akhir celana dalam itu. Sekarang, Negeri Stromotaphus sudah terbebas dari ancaman bau busuk, binatang-binatang yang tersisa dikembalikan ke hutan, dan Olda Veyotta untuk sementara tinggal di laboratorium diawasi oleh dokter Stephan dan Detektif Sir Lock Houze.


[1] Dikutip dari https://www.u-tokyo.ac.jp/focus/en/press/z0508_00026.html. Penelitian terkait yang diterbitkan oleh The Journal of Biological Chemistry pada tanggal 15 Februari 2019, tersedia daring pada tanggal 28 Desember 2018.


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)