Masukan nama pengguna
Pada suatu hari tepatnya tanggal 19 Juli 2024 saya berada di rumah,dan tiba-tiba ayah bertanya "Ki,kamu kapan mau nikah",saya menjawab "ga tau ayah,kan dia (pacar saya) belum cukup umur",lalu ayah berkata lagi "bagaimana kalau kamu lamar dulu dia biar mastiin hubungan kalian",lalu saya menjawab "gimana kalau nikah agama dulu aja ayah,nanti kalau dia udah cukup umur baru nikah negara",lalu ayah berkata "kalau nikah agama kasian nanti kalau punya anak susah bikin akta kelahiran,terus kalau nanti mau nikah negara saksinya harus yang itu lagi,kan umur siapa yang tau ki".
Lalu kami sepakat untuk melamar pacar saya,dengan mendadak semuanya,besoknya pada tanggal 20 Juli 2024 kami sekeluarga pergi ke rumah pacar saya untuk melamarnya.
Sesampainya di rumah pacar saya,kami di sambut oleh keluarga pacar saya dan dilakukanlah acara lamaran,kemudian ayah saya berpesan kepada kami berdua,dia (Ayah) berkata "kalian sudah di ikat dengan lamaran,kalian harus bisa menjaga hubungan satu sama lain ya".
Setelah acara lamaran selesai kami sekeluarga pamit pulang.Lalu sesampainya di rumah,ayah pun sudah menunjukan tanda-tanda bahwa ayah tidak akan panjang umur,tetapi namanya ajal siapa yang tahu dan kami tidak ada fikiran kesana saat itu.
Lalu pada tanggal 24 Juli 2024 saya bercerita kepada ayah "ayah,waktu itu saya bermimpi ayah meninggal,serasa seperti nyata karena tempatnya disini dan semuanya orang sini,tapi ayah di mandikan di ciseel [1],lalu ayah menjawab "ya gapapa kan semua orang juga bakal meninggal (dengan nada bercanda)".
Tepat pada hari jum'at tanggal 16 Agustus 2024 ayah saya meninggal di suatu klinik,saya merasa terpukul saat itu,semua terasa kosong,semua terasa hampa,seakan dunia ini sudah berakhir disaat ayah menghembuskan nafas terakhir.
Singkat waktu saya berniat melangsungkan pernikahan dengan pacar saya,namun belum di tentukan waktu dan tanggalnya karena memang pacar saya masih muda,di karenakan peraturan yang baru wanita tidak boleh menikah sebelum berumur 20 tahun,namun kalau sudah mempunyai KTP bisa di usahakan dengan cara sidang,karena umur pacar saya masih 16 tahun.
Disaat-saat seperti inilah peran ayah sangat-sangat saya butuhkan,namun syukurnya saya masih mempunyai kakak ipar yang sangat memperhatikan saya,hanya kepada kakak ipar saya berunding,meminta solusi dan sebagainya.
Pada tanggal 24 Agustus 2025 saya bermain ke rumah pacar saya,lalu saya di samperin sama kakak sepupu pacar saya bernama A Oom,lalu A Oom bertanya "Ki,Aa mau nanya,Oki siap belum kalau nikah sama Ipit (pacar saya)",lalu saya menjawab "insya Allah saya siap a,karena dari pas waktu saya lamar Ipit juga saya menunggu keputusan dari keluarga Ipit a",lalu A Oom berkata "Iya ki,kalau jawaban Oki seperti itu berarti Aa tinggal berunding dengan kakak-kakaknya Ipit".
Setelah saya selesai bicara sama A Oom,saya langsung berangkat ke rumah kakak saya yang berada di Rancah.Sesampainya di rumah kakak saya,saya langsung menyampaikan apa yang A Oom katakan kepada saya.
Kakak saya sangat semangat dalam merespon,karena kakak saya berharap secepatnya saya menikah dengan pacar saya,lalu kakak saya menelfon A Oom dan mereka pun berunding.Setelah itu saya pun menginap di rumah kakak saya sambil ngobrol-ngobrol bagaimana kedepanya tentang rencana pernikahan saya.
Pada malam harinya,kakak saya berkata "Ki,besok pulang dari sini kamu ke rumah Ipit dulu ya,terus berunding bagusnya bagaimana,mah nikah agama apa nikah negara",lalu saya menjawab "iya siap kak".
Besok paginya saya berangkat dari rumah kakak ke rumah pacar saya.Setibanya di rumah pacar saya,saya langsung di samperin sama A Oom yang langsung bilang "Ki,maaf ya sebelumnya,jadi semalam Aa udah berunding sama kakak-kakaknya ipit,dan ada satu kakaknya yang tida setuju kalau kalian nikah sekarang-sekarang,jadi maunya nunggu sampai ipit 20 tahun aja",lalu kata saya "iya gapapa A,nanti bisa di bicarakan lagi gimana baiknya A",A oom kembali bilang "iya nanti aja kalau ipit sudah punya KTP,Aa bisa usahain lagi,gapapa harus sidang juga asalkan syah aja".
Dan akhirnya acara pernikahan saya kembali di tunda,menunggu rencana kedepanya lagi mau bagaimana,karena kakak pacar saya ada 3,nah yang 1 orang belum kasih izin kalau harus nikah agama,jadi harus nunggu umur pacar saya sampai 20 tahun.
Saya hanya bisa pasrah,mungkin seperti ini jalanya,mungkin seperti ini taqdirnya,karena semuanya sudah mempunyai jalan kehidupan masing-masing,kita sebagai manusia hanya bisa berusaha,tidak bisa menentukan sesuatu di luar kemampuan kita sebagai manusia.
Sekarang mungkin saya harus lebih bersabar lagi,jikalau ayah masih ada,mungkin ayah bisa memperjuangkan semuanya,dan ayah yang selalu terdepan apalagi urusan anaknya,sekarang karena ayah sudah tiada,saya harus perjuangkan semuanya sendiri,untungnya masih ada Kakak saya yang selalu mensupport saya dalam keadaan apapun.
Yang paling membuat saya sedih,jikalau suatu hari nanti pernikahanku berlangsung,saya sangat merasa sedih karena ayah tidak menjadi saksi,ayah tidak hadir dalam acara pernikahanku,meskipun mungkin ayah hadir,tapi saya tidak mungkin bisa melihatnya,saya hanya bisa merasakan jikalau ayah hadir.
Intinya semuanya terasa berbeda setelah ayah tiada,tidak ada yang membimbing saya dalam semua hal,tidak ada yang mengatur kehidupan saya,dan tidak ada lagi sosok pahlawan dalam hidup saya.Untungnya saya masih mempunyai sosok ibu yang sangat tulus menyayangi anak anaknya,saya akan berusaha sebisa mungkin menjaga ibu saya,tidak akan mengecewakan ibu saya,karena dialah yang tersisa sekarang,maka akan saya perjuangkan semuanya demi ibu saya dan demi keluarga saya.
Saya akan semakin giat melakukan semua hal,karena saya sekarang adalah tulang punggung keluarga,maka harus semakin semangat dalam bekerja,dan menjaga keluarga,tidak ada waktu lagi buat main main,sekarang waktunya untuk menjalani hidup dengan serius,karena ayah selalu mengajarkan saya untuk menjadi anak yang kuat,karena ayah saya adalah orang yang kuat dan orang yang sangat bertanggung jawab.
Saya juga sudah berjanji pada diri sendiri,bahwa setelah saya berumah tangga nanti,saya akan menjaga istri dan anak-anak saya,dan saya tidak akan pernah lupa menjaga ibu dan adik-adik saya,karena ibu adalah perempuan hebat,yang telah membesarkan saya dan dia adalah perempuan terbaik bagi ayah saya,maka dari itu saya harus bersungguh-sungguh menjaga ibu dan adik-adik saya.
Ayah pernah berkata "nak,tidak ada yang rumah tangga yang selalu mulus,pasti selalu ada cobaan dan masalah,tapi semuanya tergantung bagaimana kita menyikapinya,karena rumah tangga adalah ibadah selamanya",maka akan saya usahakan supaya saya bisa melakukan apa yang ayah katakan,saya akan berjuang semaksimal mungkin karena saya tidak mau mengecewakan ayah dan ibu saya.
Untuk saat ini saya hanya berharap,semoga kedepannya semakin baik,semakin cerah,karena setelah kepergian ayah,semuanya terasa gelap,tidak ada lagi semangat dalam hal apapun,seakan kehilangan separuh jiwa,karena ayah adalah sosok penting dalam hidup,maka dengan kehilangan sosok ayang,semuanya seakan tidak ada harganya lagi,seakan hidupku terasa sia-sia.
Namun seiring berjalanya waktu,saya mulai membiasakan diri tanpa bimbingan ayah,dan Alhamdulillah saya masih mengingat pesan-pesan ayah sewaktu ayah masih hidup,dan perlahan saya lakukan itu supaya hidup kembali terarah.
[1] Ciseel adalah suatu sebutan untuk aliran sungai