Cerpen
Disukai
3
Dilihat
7,052
Kisah Di Balik Pena
Drama

  Suatu ketika, Nabila sedang mengikuti festival menulis cerpen, puisi dan surat Nasional di Media Sosial. Setelah berpartisipasi dalam perlombaan itu, karyanya menjadi salah satu karya terpilih. Setelah karya Nabila yang terpilih diumumkan di grup, semua peserta dihimbau agar menghargai karyanya dengan membeli buku yang sudah diterbitkan. Akan tetapi, Nabila tidak mampu untuk membelinya. 

  Setelah Nabila bercerita kepada salah satu kenalannya, yang bernama Satria Wijaya, beliau bersedia untuk membantu membelikan buku tersebut untuknya dengan senang hati. Nabila sangat senang menerima bantuan beliau walaupun pada awalnya, Nabila menganggap uang pemberian dari Pak Satria itu sebagai pinjaman.

 Pak Satria merasa bahagia dan selalu mendukung Nabila dalam mengembangkan bakatnya dalam menulis. Beliau juga selalu memberikan motivasinya, agar Nabila terus melangkah dan siap menerima setiap kegagalan yang dialami. Beliau mengatakan, “Sebuah kesuksesan itu berawal dari kegagalan dalam berkarya, karena dengan gagal itulah, kamu bisa belajar lebih baik lagi, Nak.”

  “Terima kasih, Om. Semoga Allah membalas semua kebaikan Om kepadaku, Aamiin,” ucap Nabila senang. 

Sebenarnya, Nabila tak ingin merepotkan Pak Satria. Nabila perlu berusaha mencari jalan untuk mendapatkan sejumlah uang agar bisa mengganti uang yang beliau beri untuk membeli buku. Namun, Nabila bingung dari mana dia harus mendapatkan uang itu? Melihat kondisinya yang tidak memungkinkan untuk bekerja, akhirnya terpaksa dia menerima lamaran pekerjaan dari depot seorang kyai yang baru dibuka. 

 Setelah selama tiga hari masuk kerja, seluruh tubuhnya terasa nyeri hingga hampir saja sakit. Namun, dia tidak peduli terhadap dirinya sendiri. Nabila berusaha keluar dari zona nyamannya dengan belajar mandiri. Dia menjaga tubuhnya yang lemah itu dengan segala cara agar tetap kuat dan bertahan sehingga bisa membuat menu yang lezat dan disukai banyak orang. Terkadang dia mengkonsumsi teh jahe dan melakukan senam pagi setiap hari agar tubuhnya tidak mudah capek dan tetap rileks. Pikirnya, agar bisa membantu kyainya di depot tersebut hingga saat gajian nanti, bisa membeli buku-buku hasil karyanya itu.

 “Akhirnya, Alhamdulillah aku bisa menjalani hari dengan baik-baik saja.” Dia bersyukur bahagia dan tetap antusias.  

Namun, sayang sekali setelah dua minggu berlalu, tiba-tiba Nabila jatuh sakit karena kecapean. Kakinya terasa gemetar dan kesemutan dan akhirnya Nabila tak bisa lagi pergi bekerja.  

“Ya Allah, betapa lemahnya diriku ini!” gumamnya sedih.

  Yang membuat dia heran, setelah seminggu berlalu dari pertama depot dibuka, tiba-tiba semua karyawan mengundurkan diri satu per satu dengan banyak alasan, padahal sebelumnya, depot itu terlihat ramai pengunjung. Setelah para karyawan merasa curiga, salah satu dari karyawan terbaik mencari informasi kepada paranormal, mengapa depot itu bisa sepi secara mendadak. 

 Ternyata, setelah diterawang oleh paranormal tersebut, dia mengatakan, bahwa ada orang yang iri kepada Kyai. 

“Mbak, aku sudah mengirim vidio depot Pak Kyai kepada seorang paranormal, ternyata beliau mengatakan, depot itu terpengaruh sihir yang sengaja dikirim oleh orang yang iri terhadap Kyai. Ada yang menaburkan tanah kuburan di depan depot sehingga membuat aura tempat itu terlihat suram sehingga calon pembeli menjadi enggan untuk mampir ke depot Kyai,” ujar Nadhia. 

 “Ih, sungguh mengerikan! Pantas saja saat aku memasuki warung tersebut, secara tiba-tiba kakiku seolah tertusuk jarum, padahal aku memakai sandal. Setelah dicek, tidak ada benda tajam yang terlihat.” Nabila berkata seraya mulai menyadarinya.

  “Baiklah, Dik. Makasih, ya,” ucap Nabila padanya. Namun, Nabila tak bisa menaburkan bahan itu sendiri, karena keadaannya masih lemah sehingga menyuruh Nadhia yang menaburkannya.  

Sementara, pemilik depot merasa kebingungan karena tidak menemukan chef baru sebagai pengganti, karena sebentar lagi akan ada kunjungan tamu istimewa ke depot tersebut, akhirnya pemilik depot menghubungi Nabila. 

 “Halo! Assalamualaikum, Mbak! Apakah Mbak belum baikan? Aku harap Mbak bisa segera sehat, ya. Depot kita akan kedatangan tamu penting. Aku butuh beberapa orang untuk memasak agar aku bisa fokus menyambut tamu tersebut nanti,” ucapnya sedikit cemas. 

“Ya udah, Bu. Jangan khawatir. Aku usahakan untuk segera pulih dan bisa membantu Ibu menyiapkan hidangannya.” Dengan antusiasnya Nabila memberi harapan.

  Setelah beberapa hari berlalu, Nabila berangsur sembuh dari sakitnya, akhirnya dia bisa kembali bekerja seperti biasa sehingga dapat menyiapkan hidangan untuk menyambut tamu istimewa itu dengan sempurna. 

  Setelah semua hidangan telah siap, tak lama kemudian, rombongan tamu telah tiba dengan pendampingan mobil dinas. Tiga mobil hitam melaju pelan dari arah utara menuju kediaman Pak Kyai. Begitu Pejabat itu keluar dari mobil hitam yang mengkilat, Para karyawan pun tersenyum bahagia menyambut kedatangan beliau. 

“Assalamualaikum, Kyai! Bagaimana kabar Anda dan keluarga?” tanyanya begitu ramah, di samping kiri-kanannya ada beberapa pengawal dan pejabat yang lain ikut mengucap salam. 

“Alhamdulillah, Ghus. Keluarga kami dalam keadaan sehat walafiat. Mari silahkan masuk! Kami telah menyiapkan hidangan sesuai dengan pesanan!” Pak Kyai mempersilahkan para tamu dengan raut wajah berbinar-binar seolah-olah cahaya bintang yang menyambut rembulan yang bersinar terang.

Setelah sekian lama berbincang ria, akhirnya hidangan Ikan Nila Bakar yang dipesan oleh para tamu disajikan juga. Tak lupa lengkap dengan es buah yang beragam. Semua menikmati hidangan yang telah disajikan oleh para karyawati yang baik hati. Dengan ketulusan mereka dalam memasak makanan tersebut, ternyata sangat membuahkan hasil. Para tamu sangat menyukai hidangan tersebut sembari memuji pemilik depot.

“Alhamdulillah! Sungguh luar biasa nikmat yang Allah berikan. Tangan siapakah yang telah memasak makanan ini, Kyai? Tak sabar saya ingin memberikan sebuah hadiah kepada mereka yang telah memasak hidangan ini.” Para tamu sangat tersanjung dengan rasa hidangan yang telah disajikan tersebut sehingga penasaran terhadap seorang yang telah memasaknya.

"Sebenarnya, yang memasak hidangan ini adalah istri saya sendiri bersama para karyawan, Ghus.” Kyai Ahmad menjelaskannya sambil tersipu malu di hadapan semua tamu. 

Setelah mereka menyelesaikan santapannya, Kyai Ahmad memanggil istri dan para karyawan untuk menghadap para tamu ke depot. Setelah mereka menampakkan diri di hadapan para tamu, Ketua Pejabat langsung memberikan sebuah penghargaan kepada Ibu Nyai Zakiya dan memberikan sebuah amplop kepada semua karyawan.

Setelah para tamu hendak berpamitan, Ketua Pejabat melantunkan sebuah doa agar Allah senantiasa melindungi keluarga Kyai Ahmad dari segala mara bahaya. Akhirnya, aura depot tersebut terlihat cerah kembali seperti sebelumnya. 

“Alhamdulillah, aku bersyukur Allah telah memberikan kemudahan kepada kami dan melindungi kami semua dari belenggu sihir yang kejam itu,” gumam Ibu Nyai Zakiyah rasa bersyukur.

Tiada kekuatan melainkan atas kekuatan Allah yang maha satu. Allah tidak hanya memberikan perlindungan-Nya kepada mereka, tetapi Allah juga memberikan hadiah terbaik yang tidak disangka sebelumnya. Ketua Pejabat itu telah bersedia memberikan tunjangan setiap bulan kepada para karyawan. Dan tunjangan itu akan berlangsung selama 5 tahun. 

Akhirnya, Nabila bisa mengikuti setiap perlombaan dalam menulis tingkat Nasional dengan bebas sehingga tidak harus kesusahan lagi dalam mendaftar lomba yang berbayar dan bisa membeli buku hasil karyanya dengan senang hati. “Terimakasih, Tuhan. Engkau telah mengajarkan kami, bahwa kebahagiaan dan kesuksesan pasti berawal dari berbagai kesulitan dan tantangan,” gumamnya dengan rasa syukur.

Kini, hari demi hari telah berganti. Minggu pun telah berlalu. Nabila, yang kini semakin lancar dalam bekerja, tiba-tiba keluhan asam lambungnya kembali kambuh sehingga pekerjaanya terpaksa di kesampingkan. Terkadang hanya masuk beberapa jam saja, terkadang tidak masuk sama sekali.

Setelah Nabila berpikir panjang, ia memutuskan untuk berhenti saja dari pekerjaannya dan lebih fokus memperdalam ilmu kepenulisan. Dia mengikuti kelas menulis online di beberapa media sosial dan akhirnya dia terpilih dalam tiga besar. Meskipun nilai yang didapat tidak terlalu tinggi, namun dia merasa puas dan bersyukur atas keberhasilannya itu. Setelah Nabila di nyatakan lulus, dia tidak berhenti di situ saja. Namun, dia tetap melanjutkan belajar di kelas yang lebih baik lagi.

Di samping mengikuti kelas baru, dia juga mengikuti herbagai event di media sosial. Namun, saat mengikuti salah satu even tersebut, Nabila mengalami sedikit masalah, karyanya yang sudah terpilih, ternyata tertipu oleh sesorang yang mengatas namakan salah satu penerbit tersebut. Buku yang sudah diterbitkan hingga saat ini helum juga dikirimkan.

"Kenapa buku karyaku belum juga dikirim, ya, padahal aku sudah melunasi pembayarannya?" gumamnya dalam hati.

Setelah Nabila mencari informasi dari beberapa peserta lain, ternyata mereka pun belum juga menerima bukunya. Sementara, di sisi lain Nabila juga berkonsultasi kepada seorang penulis di media sosial info penipuan di beberapa event tersebut.

"Maaf, Om. Apakah Anda tahu, event menulis bersama di media sosial itu ada yang menipu, lalu bagaimana cara mengetahui apakah event tersebut amanah?" tanya Nabila.

Kemudian Om tersebut menjawab dengan singkat, "Ya, itulah kehidupan. Kita tidak boleh mudah terpancing dengan event yang memberi iming-iming di luar logika. Cari dahulu informasi yang jelas sebelum kita mengirimkan sebuah karya di dalamnya."

"Iya, sih, Om. Padahal saya sudah terlanjur mengikuti event tersebut bahkan kabarnya karya saya terpilih. Terima kasih, ya, Om, karena telah memberikan sarannya," ucap Nabila sopan.

Sejak itulah, Nabila pasrah dan belajar berhati-hati dalam mengikuti sebuah event menulis. Namun, dia tidak pernah patah semangat dalam belajar berkarya, walaupun hatinya sempat terluka. Nabila yakin suatu hari nanti, karyanya akan diakui oleh banyak orang dan dia akan menemukan tempat yang terbaik untuk menuangkan ide-ide cemerlangnya tersebut sehingga bisa bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.

Meskipun banyak rintangan yang telah Nabila hadapi, tetapi dia sadar bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kesulitan tersebut berlangsung lama, karena sesuatu yang tidak menyenangkan dalam hidup, merupakan jalal (kebesaran) yang telah ditentukan-Nya kepada setiap hamba-Nya. Dan Tuhan pasti memberikan Jamal (Kasih sayang) Nya, setelah hamba itu berusaha dengan sabar dan ridho dalam setiap alur kehidupan di dunia.


   


    



Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)