Cerpen
Disukai
3
Dilihat
7,535
Kiamat
Misteri

NOTE: Cerpen ini meraih Juara 1 Lomba Menulis Cerpen yang diadakan oleh Penerbit Publishing, Maret 2023.

-----------------------------------------


31 Desember 2023

Sabbar mengerutkan dahinya, mencoba memastikan apa yang baru saja ditangkap oleh indra dengarnya. Di layar ponselnya, Joso Narapati, peramal kondang seantero negeri, sedang memberi ramalan rutin akhir tahun di siniar YouTube-nya. Katanya, pada 2 Februari 2024 nanti tepat pada pukul 24.00 WIB, akan terjadi kiamat!

“Silakan catat angka keramat ini,” tandas Joso, disusul munculnya deretan angka unik besar-besar di layar: 2-2-24-24. “Kali ini toleransi melesetnya nol persen.”

Dalam video tersebut ekspresi wajah Joso tampak sangat serius. Menunjukkan keyakinannya pada ramalannya itu. Videonya sudah disaksikan oleh hampir dua juta pemirsa. Sabbar sendiri sudah berulang kali menonton tayangan itu sambil mencari hal-hal meragukan yang mungkin ia lewatkan. Tapi angka-angka tersebut justru makin melekat kuat di benaknya.  

Sabbar sebetulnya tidak pernah ragu ramalan indigo milenial itu. Sejauh ini tak satu pun ramalannya meleset. Berbagai bencana besar yang terjadi di Indonesia dalam dua dekade ini banyak yang sudah ia prakirakan dengan tepat. Tsunami Aceh 2004 adalah bencana alam pertama yang diramal oleh Joso. Saat itu usianya 17 tahun. Joso, yang menjadi peserta audisi Indonesian Idol, tiba-tiba menyampaikan sebuah statement setelah seluruh juri mengempaskan mimpinya di babak audisi. Pernyataan yang oleh para juri dianggap sebagai ungkapan kekecewaan.

“Saya ikhlas tidak lolos babak ini,” katanya. “Tapi sebelum turun dari panggung ini saya ingin memperingatkan sesuatu. Sebagai manusia, janganlah kita jumawa. Di atas langit masih ada langit. Mari kita perbanyak doa dan saling mengingatkan, karena di pengujung tahun ini saya melihat sebuah kiamat kecil akan terjadi di ujung barat negeri ini.”

Tidak ada yang menganggap serius omongan Joso hingga gempa bumi yang disusul tsunami meluluhlantakkan Serambi Mekah, Desember 2004.

Potongan tayangan Joso di audisi Indonesian Idol tersebut kemudian beredar di media-media massa setelah bencana terjadi. Joso mendadak tenar. Ia sering diundang di berbagai acara hiburan dan gelar wicara di televisi. Dan sejak saat itu ramalan demi ramalan, khususnya bencana alam, ia sampaikan dalam berbagai kesempatan. Dari gempa bumi Jogja 2006, Gunung Merapi meletus 2010, dan tsunami Palu 2018. Bahkan Joso juga meramalkan dengan tepat datangnya pandemi global Covid-19 awal 2020 lalu.

Kini, Joso menjadi peramal nomor wahid di jagad Indonesia. Ramalannya selalu ditunggu-tunggu setiap awal warsa. Wajahnya bahkan beberapa kali muncul di media asing, menambah pamornya makin cemerlang. Tidak ada yang meragukan setiap pernyataannya, terutama berkaitan dengan masa depan.

Tapi tidak dengan Sabbar. Untuk kali ini ia tidak begitu yakin dengan ketepatan ramalan Joso. Di satu sisi ia meyakini bahwa bakat cenayang yang Joso miliki merupakan anugerah dari Tuhan. Dengan bakat tersebut Joso bisa mengunduh ‘pesan-pesan’ Tuhan untuk disampaikan kepada umat manusia. Tapi di sisi lain, ia tetap menganggap Joso adalah manusia, yang tentu saja bisa keliru menafsirkan pesan-pesan dari langit tersebut. Termasuk yang bikin heboh sekarang ini.

Sabbar masih dengan sabar menelisik tayangan tersebut menit demi menit untuk memastikan Joso bersungguh-sungguh dengan ramalan terbarunya itu. Setiap kalimatnya ia tafsirkan. Nada suara dan intonasinya ia teliti. Ekspresi wajahnya ia amati. Bahasa tubuhnya ia telaah. Secermat, seteliti, dan sesabar mungkin.

Biasanya Joso tidak menyebutkan tanggal terjadinya bencana-bencana yang ia ramalkan. Namun kali ini ia langsung menyampaikan sangat detail hingga ke menit terjadinya bencana. Hanya ini yang Sabbar dapatkan dari penyelidikannya atas tayangan itu, yang justru menimbulkan pertanyaan. 

Dulu-dulu ia tidak mampu menerawang sejauh itu atau memang tidak mau menyebutkan detailnya karena takut membuat panik? Sekarang, dengan detail yang ia sebutkan itu, bukankah justru potensi untuk menimbulkan kepanikan makin besar?

Sabbar kembali fokus pada tayangan Joso. Dilihatnya Joso mengusap air mata saat menyampaikan pesan untuk seluruh masyarakat. “Kita tidak bisa menentang kuasa Tuhan. Inilah momen yang tepat bagi kita semua untuk minta maaf kepada siapa pun yang pernah kita sakiti, termasuk kepada diri kita sendiri. Karena selama ini yang justru sering tidak kita pedulikan adalah diri kita sendiri. Jadi, minta maaflah. Semoga dengan maaf ini perjalanan kita menuju rumah abadi menjadi lancar. Amin.”

“Jangan-jangan dunia ini memang benar-benar akan berakhir,” Sabbar menggumam dengan nada putus asa.

 

5 Januari 2024

Sudah lima hari ini Sabbar terus mengikuti siniar Joso. Hampir setiap hari tayangannya diisi dengan ceramah-ceramah yang mengingatkan seluruh umat manusia untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan. Beberapa kali pula ia menayangkan video ceramah yang ia lakukan di berbagai tempat. Kadang one man show, kadang berkolaborasi dengan para pemuka agama di depan umatnya masing-masing. Joso juga berkali-kali diundang ke berbagai acara amal sejumlah komunitas, sekaligus mengajak mereka untuk menebarkan kebaikan dengan membantu sesama. 

Tidak hanya dengan sesama manusia, kebaikan yang diserukan Joso juga berlaku untuk lingkungan alam. “Makin baik kita memperlakukan alam, makan besar pula alam memberi manfaat bagi kehidupan kita,” katanya.

Dan Sabbar masih terus menyelidiki tayangan demi tayangan di kanal YouTube Joso. Harapannya masih sama—menemukan kejanggalan yang terselip. Bahkan ia juga membuka tayangan-tayangan lainnya dan mencoba menganalisa satu per satu.

“Duh, rasanya memang benar mau kiamat,” Sabbar kembali menggumam dengan nada putus asa.

 

10 Januari 2024

Sabbar terbangun oleh dering ponselnya dan terkejut dengan nama yang muncul di layarnya. Alma, mantan kekasihnya.

“Hai, Al,” katanya menyapa lebih dulu. “Sudah sekian lama. Apa kabar?”

“Aku tidak mau basa-basi,” jawab Alma. “Aku hanya ingin meminta maaf kalau selama ini ada perkataan, sikap, dan perbuatan yang menyakiti hatimu.”

Sabbar terkesiap. Ini pasti Joso effect. Yang ia tahu Alma adalah orang yang susah sekali minta maaf. Itu sebabnya mereka berpisah setelah dua tahun pacaran. Sabbar pun menjawab sekenanya, sekadar berbasa-basi.

“Aku merasa lega sekarang,” kata Alma. “Terima kasih sudah pernah menjadi bagian dari hidupku.” Sabbar hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum setelah Alma mengakhiri panggilannya.

Dan hari itu, kejutan demi kejutan ditemui Sabbar. Ratusan ungkapan maaf dan terima kasih berkelintaran di semua platform media sosial dan messenger yang ia miliki.

Pun dalam perjalanan menuju kantor. Lalu lintas menjadi lebih ramah. Macet memang masih terjadi, tapi berisik klakson bersahutan tidak lagi terdengar, kendaraan saling mendahului tidak lagi ditemui, pejalan kaki lebih dihargai, dan kaki lima tidak lagi dirampas oleh pengendara sepeda motor.

Di tempat kerja apalagi. Baru saja masuk ke dalam ruangannya, Sabbar dihampiri seorang rekan kerjanya yang menawarkan diri membuatkan kopi untuknya. Semua orang saling tersenyum dan selalu menawarkan bantuan apa pun, bahkan meski tidak diminta.

Mengapa orang-orang mudah sekali percaya pada ramalan?

 

20 Januari 2024

Sabbar sudah mulai terbiasa dengan perubahan yang terjadi di sekelilingnya. Otomatis ia ikut menikmati dampak dari ramalan Joso—merasakan hidupnya menjadi lebih adem sekarang. Lingkungan di sekitar rumahnya menjadi lebih bersih, karena tidak ada lagi yang membuang sampah secara sembarangan. Begitu juga lingkungan digitalnya. Media sosial tak lagi dikotori oleh ungkapan-ungkapan hate speech dan hoax. Tokoh-tokoh politik lebih banyak menahan diri dalam mengeluarkan statement, dan tidak saling serang. Semua berita di media diisi dengan kabar baik karena kriminalisasi di seluruh negeri sudah turun mencapai titik nadir.

Sabbar juga ikut menikmati yang satu ini. Di dunia bisnis, bank-bank memberikan pinjaman lunak, banyak produsen brand menawarkan diskon besar-besaran, hingga harga properti yang turun drastis. Semua demi menyenangkan konsumen.

Namun begitu Sabbar masih saja tidak percaya bahwa kiamat akan terjadi dalam beberapa hari lagi, seperti yang diramalkan Joso.

Joso, ada apa di balik ramalanmu?

 

31 Januari 2024

Kiamat sudah tinggal dua hari lagi. Sabbar masih belum menemukan apa yang ia cari. Tapi di dalam hati kecilnya ia makin yakin bahwa ada sesuatu yang ingin diraih Joso dengan ramalannya itu.

Sabbar membuka kanal YouTube Joso. Tidak ada video baru dalam beberapa hari ini. Juga di media-media massa, tidak ada kabar apa pun tentang Joso. Apa lagi yang sedang ia siapkan sekarang?

Sementara itu di dunia nyata, kondisi makin menenteramkan hati. Tempat-tempat ibadah makin hari makin penuh sesak. Berbagai komunitas meditasi banyak bermunculan, bahkan banyak di antaranya tidak memungut biaya.

Sebuah perasaan janggal mulai muncul di hati Sabbar. Ia merasa hidupnya membosankan. Kehidupan berlangsung tanpa dinamika. Datar.

 

2 Februari 2024

Di layar televisi, seluruh kanal menyiarkan breaking news dengan judul-judul yang bombastis. “Menyambut Kiamat”, “Detik-detik Akhir Masa”, “Akhirnya Kita akan Kembali”, “Selamat Datang Surga”, dan lain-lain. Masing-masing menghadirkan narasumber yang semuanya menyatakan siap menghadapi akhir zaman malam ini.

Sabbar benar-benar tidak sabar menunggu pukul 24.00. Pandangan matanya tidak lepas dari layar ponsel dan jam dinding. Sudah tinggal beberapa menit lagi. Ini menjadi momen penting baginya. Ia sudah menemukan apa yang membuatnya tidak yakin dengan ramalan Joso.

Siniar Joso Narapati menayangkan siaran langsung di YouTube dan di beberapa platform media sosialnya. Menampilkan kamar pribadi Joso yang didekor dengan dominasi warna putih. Tampak sejumlah staf Joso sibuk memasang aneka macam bunga berwarna putih di sana. Beberapa staf lain mengucap doa bersama. Viewer-nya mencapai hampir lima juta.

Dan waktu itu pun tiba. Tepat pukul 24.00 deretan angka itu muncul lagi di layar. 2-2-24-24. Tapi tidak ada yang terjadi. Tanda-tanda kiamat itu tidak terjadi. Semua siaran di televisi menampilkan wajah-wajah kikuk tapi tetap menunggu. 

Lima menit berlalu, dan dunia tidak berubah. Di dalam kamarnya, Sabbar tertawa mengejek. Kini ia merasa lebih cenayang dari yang paling cenayang. Pencarian Sabbar sudah mendapatkan hasilnya tepat di hari ini. Dalam numerologi, angka 2 dan 4 itu melambangkan keseimbangan, kedamaian, stabilitas, keharmonisan, dan kebersamaan. Bukan kiamat!

Dari semua manusia di negeri ini, ternyata hanya aku yang yakin bahwa kiamat tidak akan benar-benar terjadi.

Tiba-tiba live streaming di siniar Joso menampilkan gambar lain. Seorang staf perempuan tampil menyampaikan sebuah berita duka, Joso Narapati meninggal dunia pada tanggal 2 Februari tepat pada pukul 24.00. Persis seperti yang ia ramalkan, 2-2-24-24. “Saya izin membacakan pesan Bapak,” kata si perempuan lalu membuka selembar kertas.

Salam damai. Saya sangat bahagia berada di titik ini karena kita semua sekarang dalam kondisi yang damai, harmonis, selaras, dan bahagia. Misi saya sudah selesai, dan karena itu Tuhan mengizinkan saya untuk mengambil alih kiamat yang sebenarnya untuk dunia menjadi ‘kiamat’ untuk diri saya. Terima kasih semuanya. Tetaplah hidup dengan damai.

“Bapak mengembuskan napas terakhirnya tepat di tanggal lahirnya, 2 Februari,” kata perempuan itu lagi. “Beliau berpesan kepada semua orang yang lahir di tanggal yang sama untuk bersiap-siap menyusul beliau, karena Tuhan akan memberikan misi yang sama dengannya.”

Sabbar terkesiap. Ia tidak tahu harus percaya atau tidak pada kalimat Joso itu. Yang jelas Sabbar mendadak tidak percaya pada tanggal lahirnya sendiri. Cepat-cepat diambilnya KTP di dompet dan ditatapnya kuat-kuat pada kolom tanggal lahir.

Lalu, sambil menghela napas Sabbar menggumam, “Andai aku bisa mengganti tanggal lahirku.”


***

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (4)