Cerpen
Disukai
0
Dilihat
2,363
Kekasihku Di Ambil Adikku
Romantis

Happy reading


Di sebuah desa di kota M. hiduplah seorang gadis cantik yang baik hati. Eh, tunggu! Kenapa jadi mendongeng begini yah? Hahaha, maaf ah readers.




Ulfah Ratnasari adalah kembang desa di kampung tersebut. Usianya yang sudah beranjak dewasa membuat ia terlihat semakin cantik., bagai bunga yang mekar, harum baunya indah bunganya. Ulfah baru saja lulus dari sekolahnya dan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Hal inilah yang sekarang membuat hatinya bimbang. Ia sangat ingin melanjutkan pendidikannya, namun kekasihnya Reksa melarang dengan alasan tak ingin jauh dari Ulfah.






Ulfah yang sedang melamun di kamar dikejutkan dengan kedatangan adiknya Dewi.




“Door!” Mengagetkan.




“Astaga Dewi, kamu bikin aku kaget saja.” Ulfah terkejut.






Dewi merasa puas tertawa, lalu ikut berbaring di samping kakaknya. Usia mereka yang hanya terpaut 1 tahun membuat adik kakak itu sangat dekat, sering mencurahkan isi hati mereka satu sama lain.




“Ada apa? Mengapa kamu terlihat sedih?” Tanya Dewi.




“Aku bingung Wi, aku tidak ingin mengecewakan ibu dan bapak yang sangat menginginkanku untuk melanjutkan kuliah di kota. Tapi mas Reksa bagaimana yah… dia sudah melarang ku jauh-jauh hari.” Ulfah menceritakan kegundahan hatinya.




“Hmm… menurut ku sih, kamu harus tetap memilih untuk kuliah ke kota saja kak.” Dewi berpendapat.




“Lalu mas Reksa bagaimana? Dia akan marah padaku.” Sedih.




“Kak Ulfah tenang saja, kalau mas Reksa memang sayang sama kakak, lambat laun dia akan mengerti tentang keputusan kakak ini. Nanti Dewi juga akan bantu bicara sama mas Reksa, agar dia mau mengerti posisi kak Ulfah.”


Mendengar itu Ulfah sedikit lega.




“Terima kasih yah dek, kamu memang bisa diandalkan.” Memeluk Dewi.




“Iya dong kak, Dewi gitu loh.” Membanggakan diri.




Mereka tertawa bersama.




Ulfah meninggalkan kampung halamannya dengan penuh haru. Merantau ke kampung orang untuk pendidikannya. Ibu dan bapaknya bangga, beberapa tetangga mulai membicarakan dirinya. Ada yang bilang ‘Hebat yah bisa ke kota untuk sekolah.’ Namun ada pula yang meremehkan ‘Biar pun dia sekolah tinggi, tetap saja nanti kerjanya di dapur juga.’


Di perjalanan Ulfah tak henti-hentinya menangis, mengingat saat perpisahannya dengan Reksa. Berat sekali rasanya ia meninggalkan kekasihnya itu, namun demi impiannya, demi impian ibu bapaknya, ia harus melakukan semuanya.






Flashback




“Maafkan aku mas Reksa, tapi aku harus tetap pergi ke kota.” Suara Ulfah berbaur dengan airan suara aliran sungai yang mengalir di depannya.




“Apa kamu tidak mencintaiku Ulfah, sampai kamu ingin meninggalkan aku di sini? Aku tidak bisa jauh dari kamu.” Reksa tampak sedih, masih berusaha membujuk Ulfah agar mengurungkan niatnya.




“Tentu saja aku mencintaimu mas, tapi ada impian yang harus ku gapai, ada harapan orang tuaku yang harus ku wujudkan.”




“Apa aku bkan termasuk dari impianmu itu Ulfah?”




Ulfah terdiam.




“Apa yang kamu cari di kota? Di sini kita bisa menikah dan hidup bahagia, apalagi kamu suda lulus SMA. Untuk apa kamu sekolah tinggi-tinggi kalau pada akhirnya kamu akan kembali juga ke dapur.”




Betapa kecewanya Ulfah mendengar Reksa berkata seperti itu. Ternyata pemikiran kekasihnya itu masih sama dengan mayoritas orang-orang di kampungnya.




“Perempuan tidak akan hanya berada di dapur mas. Perempuan juga berhak punya impian, berhak untuk bekerja di kantor atau melakukan pekerjaan lainnya seperti laki-laki. Tapi yah… kami tidak akan melupakan tugas kami jika suda menjadi seorang istri.” Tegas Ulfah.


Reksa mengepalkan telapak tangannya, ia berusaha mengendalikan amarahnya.




“Baiklah jika itu keputusan kamu, aku tidak


bisa mengubahnya lagi bukan.”




“Berhati-hatilah di jalan, semoga kamu selamat sampai tujuan. Kalau kamu sudah di kota, jangan pernah lupakan aku.”




“Aku tidak pernah melupakan kamu mas, kita masih bisa berkomunikasi terus kan.” Ulfa menghibur.




Reksa tersenyum kecil, mengangguk.


Ulfah diterima di salah satu Universitas yang ada di kota. Gadis itu sangat serius menjalani masa-masa kulianya. Ia juga selalu memberi kabar kepada orang tuanya, termasuk Reksa. Hampir setiap hari ia dan Reksa saling mengirim pesan dan telepon, hingga 2 tahun lamanya hubungan mereka di jalani secara LDR.


Di tahun ketiga entah mengapa Reksa tak pernah lagi mengirimkannya pesan atau sekedar menelponnya. Ulfah mulai berpikir macam-macam. Apa karena adanya jarak di antar hubungan cinta mereka hingga Reksa beralih pada wanita lain? Ulfah terus memikirkan hal itu.


Ulfah memang pulang setiap tahun, atau saat ia sedang libur di kampus beberapa meski beberapa hari. Tapi reksa selalu bersikap normal padanya.


Hingga suatu hari ia mendapat kabar yang begitu mengejutkan. Gadis itu tak percaya dengan apa yang ia dengar.


“Tidak mungkin.” Ulfah meyakinkan hatinya.


Ulfah mendapat kabar dari salah satu temannya di kampung jika Reksa dan Dewi adiknya kini menjalin sebua hubungan. Hati siapa yang tida hancur saat mendengar kabar itu, apalagi adiknya sendiri?


“Setega itukah dia sama kakaknya? Tidak… tidak… aku tidak akan percaya jika tidak melihatnya sendiri, aku harus membuktikan kebenaran kabar itu.”


Demi mencari tahu semuanya, Ulfah tida masuk kuliah dan langsung pulang ke kampungnya.





Ulfah pulang ke rumahnya dengan tiba-tiba, orang tuanya cukup terkejut dengan kepulangan anaknya itu yang tidak memberi kabar terlebih dahulu seperti biasanya. Namun tetap mereka menyambut anak sulungnya itu dengan suka cita, walau dari raut wajah mereka mengkhawatirkan sesuatu.


“Dewi mana Bu?” Tanya Ulfah penasaran karena adiknya tidak ada di rumah.


“Dewi… oh dewi tadi keluar sebentar nak, katanya ingin bertemu dengan teman-temannya.” Jawab ibu Ulfah gugup.


“Hmm…” Ulfah mengangguk mengerti, ia kemudian memilih untuk masuk ke kamar.


Gadis itu berdiri dari balik jendela kamarnya. Pemandangan kampung yang asri, udara yang sejuk dan juga anak-anak yang bermain dengan riang. Itu sedikit menghibur hati Ulfah. Namun saat senyum baru saja terukir di bibirnya, ia harus menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya bagai disayat sembilu.


Reksa terlihat dengan sepeda motornya, menggandeng Dewi di belakang. Dewi memeluk mesra Reksa, mereka tertawa bersama, tampak sangat bahagia. Kaki Ulfah lemah, ia terjatuh terduduk. Air mata terus mengalir dipipinya, ia menangis dalam diam. Adik yang ia sayangi ternyata… ah, kabar itu memang benar adanya. Kekasihnya telah rebut oleh adiknya sendiri.





“Lihat! Kakakmu sudah pulang, apa yang akan kamu katakan padanya?” Ibu Ulfah marah.


Ulfah yang mendengar ibu dan adiknya yang bertengkar di dapur beranjak ke sana. Bersembunyi dan mendengarkan percakapan mereka dari balik dinding kayu.


“Bukan salahku Bu, bukan salahku mas Reksa berpaling hati dari kak Ulfah. Bukan kemauanku mas Reksa suka padaku sekarang.” Dewi berkata lantang.


Deg


Sekali lagi Ulfah tak bisa menahan air matanya. Kata-kata itu tak pernah ia duga akan keluar dari adik yang ia cintai. Tanpa di ketaui seluruh anggota keluarganya, Ulfah kembali ke kota dengan hati yang hancur.





“Kenapa ini bisa sampai terjadi Ratna? Padahal aku sangat mencintai mas Reksa, dan setahuku dia pun begitu.” Curhat Ulfah pada Ratna lewat telepon. Ia juga sangat mempercayai Ratna, karena Ratna adalah teman kecilnya yang selalu bersamanya.


“Seharusnya kamu tanyakan itu pada adik kamu Dewi, dia yang menyebarkan berita di kampung, kalau kamu di sana sudah punya pacar baru, laki-laki kota yang tampan dan kaya.”


Ratna akhirnya menceritakan yang sebenarnya.


"Apa? Apa yang Dewi katakan itu? Aku tidak pernah memiliki pacar lain di sini, aku selalu menjaga hatiku hanya untuk mas Reksa.”


“Berita yang Dewi sebarkan itu hamper semua orang kampung tahu Ulfah.”




Ulfah menutup mulutnya dengan satu tangan, semakin tak percaya kalau Dewi tega melakukan itu semua. Memang sejak dulu Dewi juga mengagumi sosok Reksa, bahkan ia berlomba bersama Ulfah untuk mendapatkan hati pria itu, namun Reksa memilih Ulfah. Dewi mengatakan ia ikhlas dengan pilihan pria itu dan untuk kebahagiaan kakaknya, tapi ternyata itu semua palsu.







Setelah mengetahui sifat asli adiknya, Ulfah lebih banyak diam. Ia menjadi murung setiap saat hingga membuat bingung sahabat-sahabatnya di kampus Risa dan Aksa. Beberapa kali Aksa bertanya ada apa? Namun Ulfah masih enggan untuk menceritakan tentang apa yang telah ia alami. Hingga untuk yang ketiga kalinya, kali ini Risa-lah yang bertanya. Waktu itu mereka bertiga sedang berada di taman kampus, menunggu mata kuliah selanjutnya. Ulfah seperti biasa nampak melamun dan sedih.






“Kami ini teman kamu kan Fah?” Risa tiba-tiba bertanya.




Ulfah menatap kedua temannya yang kini duduk behadapan dengannya.




Ulfah terdiam, menunduk.






“Ada apa? Aku tau kamu sedang ada masalah.”




“Meskipun aku dan Aksa mungkin tidak bisa memberikan solusi atau menyelesaikan masalah kamu, setidaknya kamu sudah cerita. Dan itu akan membuat kamu jauh merasa lebih baik. Tidak baik memendam semuanya sendiri.”




Aksa mendengarkan dengan serius, ia pun bingung dengan perubahan sikap Ulfah. Ulfah yang tadinya enggan menceritakan masalahnya perlahan mulai berubah pikiran. Mungkin memang benar saat ini ia membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hatinya.




“Kamu benar Ris, aku tidak bisa memendamnya sendiri, perasaanku semakin sakit.” Ucao Ulfah.


Ulfah mulai menceritakan semuanya. Tanpa sadar ia kembali menangis. Sementara Aksa, cowok itu tampak mengemalkan tangannya, tak terima gadis di depannya itu bersedih. Risa menatap Ulfah prihatin, mendekati sahabatnya itu lalu memeluknya.




“Sudah Fah, jangan menangis lagi.”


Ulfah berusaha tegar, menghapus air matanya.




“Kamu tidak pantas menangisi mereka, terutama laki-laki itu.” Aksa marah.




“Tapi aku menyayangi mereka berdua Aksa, Ris. Apa yang harus aku lakukukan? Apalagi adikku, aku tidak bisa membencinya, walaupun aku sangat kecewa padanya.




“Kamu tenang yah Fah.” Risa menenangkan.




“Apa yang harus aku lakukan Ris? Aku sangat bingung.” Menunduk.




Risa menghembiskan nafas perlahan, melihat ke arah Aksa. Ia tahu Aksa sebenarnya menyukai Ulfah, namun cowok itu tetap diam. Lagi pula ia perna mengatakan kalau dia suka sama seseorang, dia akan langsung melamarnya bukan malah mengajaknya berpacaran. Dan itulah yang membuat Risa memandang baik laki-laki itu. Meski mereka berteman, Aksa selalu tahu batasannya sebagai laki-laki.






“Fah.” Tersenyum.




Ulfah menatap Risa.




“Kamu tau tidak, kalau orang yang benar-benar mencintai kita akan selalu menjaga perasaan kita. Akan selalu percaya, dan yang paling penting ia akan setia. Tapi kamu tidak mendapatkan itu dari Reksa. Mungkin dia bukan jodoh kamu, bukan orang yang ditakdirkan untuk bersama dengan kamu, iya kan?”




Ulfah masih terdiam, berpikir.




“Apapun yang terjadi hari ini kepada kita, baik itu peristiwa yang membuat kita sedih, senang, itu semua adalah hal yang sudah ditakdirkan Tuhan. Boleh jadi ada hikmah yang besar di balik ini semua kan.” Berusaha menghibur.


“Kamu jangan menangis lagi, Insya Allah ini semua adalah hal yang baik. Dan Tuhan mungkin sedang mempersiapkan seseorang yang baik untuk kamu, yang akan bersama kamu dalam ikatan yang suci.”




Ulfah mengangguk, mengapa ia tidak pernah terpikirkan akan hal itu. Hatinya terbuka mendengar suara lembut dan wajah teduh dari Risa. Jilbab yang dikenakan sahabatnya itu bergerak lembut oleh hembusan angin.




“Dan untuk adikmu…” Risa terdiam.




“Ini memang berat buat aku Ris, tapi meskipun begitu aku benar-benar menyayangi adikku, aku tahu aku harus memaafkan dia. Dan kalau memang dia dan mas Reka saling mencintai aku ikhlas melepas mas Reksa.” Tersenyum.




“Mungkin benar, ini cara Tuhan untuk membritahuku kalau aku suda menempuh jalan yang salah.”




Risa tersenyum, begitu pun dengan Aksa.




“Terima kasih suda menyadarkan ku dari kekeliruanku selama ini Ris, Aksa.”




Risa sekali lagi tersenyum, berkata itu sudah menjadi tugasnya sebagai sahabat. Aksa lega melihat gadis yang ia sukai kembali tersenyum, dan itu adalah hal terindah untuknya.







6 bulan kemudian…


Dewi dan Reksa putus karena Reksa ketahuan telah berselingkuh dengan wanita lain. Ia juga sering membentak dan tak ayal melakukan kekerasan pada Dewi. Dewi begitu meraa bersalah atas apa yang telah ia lakukan pada kakaknya sendiri.






Setelah menyeleaikan studinya Ulfah kembali pulang ke kampung halamannya. Dewi meminta maaf padanya dengan tulus. Ia begitu menyesal karena telah mengkhianati kakaknya. Berlinang air mata ia terus memegang tangan Ulfah. Tentu saja, Ulfah sudah memaafkannya jauh-jauh hari. Ia menyayangi adiknya, dan ia percaya Dewi tidak akan melakukan hal yang sama lagi.






Ulfah berbaring di kamarnya sembari memainkan ponselnya, suara dering pesan masuk. Gadis itu mengerutkan kedua alisnya saat melihat nama yang tertera.






“Aksa? Ada apa?” Sembari membuka pesan cowok itu.




(Fah, bisakah kamu memberikan alamat rumahmu? Aku ingin ke sana bersama dengan keluargaku dengan niat yang baik ingin melamarmu menjadi istriku.)




Risa yang merasa tak percaya berkali-kali membaca pesan itu. Mengapa? Mengapa tiba-tiba Aksa? Ia terus bertana-tanya dalam hati. Dengan senyuman bahagia dan mengucapkan bismillah ia membalas pesan Aksa dengan mengirimkannya alamat rumahnya.



Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)