Flash
Disukai
8
Dilihat
13,456
1800 Detik Untuk Cinta
Romantis

"Selamat menempuh hidup baru, Adit. Semoga samawa."

Satu pelukan erat aku sematkan kepadanya. Ucapan dan pelukan yang sederhana bagi semua orang, tapi sangat bermakna bagiku dan Adit.

***

Tiga tahun silam.

Juanda, Surabaya.

Aku menekuri diriku di kursi tunggu keberangkatan domestik kala itu. Tak ada niatan untuk segera masuk dan melakukan cek-in. Aku, sedang meratapi sepotong hatiku yang tertinggal. Atau, tanpa sadar aku sedang menunggu seseorang yang sebenarnya mustahil untuk datang. Adit, apakah orang itu merasakan apa yang hatiku rasa?

"Ra ... " Genggaman hangat dari seseorang di sampingku membuyarkan lamunanku. Aku menoleh, dan terkejut mendapati ada Adit di sana. Aku sampai harus mengerjap berkali-kali, meyakinkan diri bahwa ini benar Adit dan bukan mimpi.

"Dit? Kok, kamu di sini?"

"Mengantarmu, Ra." Tak ada lagi panggilan 'mbak' dari bibirnya. Aku menunduk, walau diam-diam sudut bibirku mulai mengembang.

Adit meraih daguku, dan mencium bibirku sekilas.

Terkejut, tapi aku tidak bisa menolaknya.

"Apa sekarang kita sudah resmi menjadi manusia jahat, Dit? Aku yang mencintai calon suami adik sepupuku?" Entah setan apa yang meracuniku saat ini, hingga mulutku begitu berani mengatakan kejujuran tentang perasaanku pada Adit.

"Kita tidak berencana jatuh cinta pada pandangan pertama kan, Ra? Kita hanya mencoba jujur pada diri sendiri."

Hening menyusupi kami berdua.

"Boleh, aku minta satu permintaan?" ucap kami bersamaan, membuat kami tersenyum.

Aku menggigit bibirku, menahan rasa tangis yang rasanya sedikit lagi akan mendobrak pertahananku.

"Dit ... Tolong, rasa ini cukup sampai di sini," ucapku lirih dan bergetar.

"Aku tahu, kamu pasti bakal ngomong itu. Tapi Ra, jangan pernah lupakan kenangan kita saat ini. Aku mohon!" Adit berucap saat genggamannya semakin mengerat, dan kami mengangguk bersama.

Hanya tiga hari aku dan Adit bersama. Namun, rasa itu telah tumbuh dengan sempurna. Dan kini, kami hanya butuh 1800 detik untuk cinta kami. Menghabiskan waktu bersama dalam diam. Hanya ada pelukan dan genggaman hangat.

1800 detik, sebelum akhirnya pesawat membawaku terbang kembali ke Jakarta. 1800 detik untuk cinta, yang tak akan pernah aku dan Adit lupakan. 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (12)