Flash
Disukai
3
Dilihat
6,280
The Broken Soul: Fox Tale
Misteri

Dahulu di tanah keajaiban. Sebelum tanah yang dijanjikan terjamah. Para demi-human dan manusia hidup bersama-sama. Namun manusia memiliki konflik internal satu-sama lain. Menyebabkan para demi-human mengasingkan diri agar tidak terganggu peperangan yang diciptakan manusia. Namun, manusia selalu menemukan cara untuk memulai pertikaian dengan mereka.

Para elf salju, vampir, manusia setengah hewan, naga, dan spirit. Mereka semua meminta pertolongan pada sang Penyihir Rubah Bulan Darah. Meminta untuk diselamatkan dari para manusia yang semakin ganas. sang Penyihir Rubah, dia dikenal berhati dingin.

Namun jauh didalam sosok itu adalah figur yang sangat menyayangi pengikutnya. Atas pinta itu, dia membuka portal ke alam miliknya. Memberikan hak hidup kepada para demi-human dan makhluk ajaib yang memilih mengungsi kepadanya. Lalu ..., bagaimana dengan manusia yang mengabdi padanya?

Dia memberikan mereka tempat berlindung yang layak di hutan salju tersembunyi miliknya. Tempat itu terlihat dingin, namun terasa hangat seperti musim semi karena sihir sang Penyihir. Itu adalah surga duniawi bagi manusia. Kedamaian meliputi mereka selama beberapa waktu.

Namun, adik dari sang Penyihir, Raja Nao, begitu arogan nan merajalela dalam memimpin. Ia menerapkan kebijakan mutlak yang mengekang kebebasan rakyat-rakyatnya. Memenggal siapapun yang menentangnya. Para manusia yang muak meminta tolong kepada seorang pemuda kepercayaan sang Penyihir.

Sang pemuda pemberani itu setuju akan gencatan revolusi para rakyat Negeri Nao yang tertindas. Ia pun memimpin pasukan pemberontak dalam melawan Kerajaan Nao. Namun para rakyat yang tidak berani memberontak, malah mengkhianati pasukan tersebut. Membuat pasukan tersebut terkena hukuman mati yang mengenaskan.

Termasuk sang Pemuda Pemberani. Sang Penyihir Rubah yang melihat jasad para pasukan dan sang pemuda, mulai kehilangan kewarasannya. Ia membantai semua orang yang berada saat pengeksekusian itu berlangsung.

Lalu membawa semua bagian tubuh sang Pemuda, kembali ke kastilnya di Hutan Salju.

Didalam kesedihan dan keputusasaan Sang Penyihir Rubah, Hutan Salju mulai kehilangan kehangatannya. Para manusia yang mengungsi disana tak punya pilihan lain, mereka-pun meninggalkan sang Penyihir Rubah sendirian dalam kesedihannya. Sang Penyihir Rubah ..., dalam lubuk hatinya, ia menyesal meninggalkan sang pemuda yang dicintainya. Tanpa memiliki kesempatan untuk mengungkapkan cintanya pada sang pemuda.

Pada akhirnya hanya si Kucing Hitam yang menemani sang Penyihir. Kini, ia telah berbulan-bulan tak makan atau minum. Sihir sang Penyihir sudah sangat melemah. Raja Nao mengangap ini saat yang tepat untuk balas dendam.

Ia kemudian menitahkan untuk menyerang kastil sang Penyihir. Namun, ibarat kata jangan mengganggu singa yang sedang tertidur. Sang Penyihir Rubah yang kelihatan lemah malah dengan mudah menghabisi para pasukan utusan Raja Nao itu. Kini ..., karena dendam yang berusaha ia pendam teriris kembali, gelap hati pula sang Penyihir ingin menghancurkan Raja Nao.

Sang Penyihir Rubah Bulan Darah, mengumpulkan semua orang di tanah keajaiban yang berani memberontak kepada Raja Nao. Tentu ..., hampir semua manusia di tanah itu, beserta elf yang tersisa, menginginkan kejatuhan sang raja. Atas dendam dan sakit karena ketidak beretika sang raja. Mereka semua bersatu dalam nama Sang Penyihir Rubah Bulan Darah.

Menumbangkan sang Raja dengan kesatuan kekuatan mereka. Namun, sang Raja tidaklah orang yang mudah dikalahkan. Dengan tegas dan lantang di saat-saat terakhirnya, ia mengutuk tanah keajaiban dengan "kutukan darah" (turun-temurun).

"Kalian tidak akan bisa menyakiti satu sama lain, dan jika kalian melakukannya .... Maka besar rasa sakit kalian sama ..., seperti yang aku rasakan sekarang .... TIDAK ADA SEORANG PUN! DI TANAH INI YANG BISA MELEPASKANNYA!" Sang Raja menghembuskan nafas terakhir di singgasana-nya, bukti ia telah dikalahkan.

Namun, sang Penyihir sekarang disalahkan atas kutukan yang menimpa rakyat tanah keajaiban. Para pasukan pemberontak tersebut sekarang hendak membunuh sang Penyihir atas kemalangan yang mereka dapat. Berpikir jika dengan kematian sang Penyihir, kutukan tersebut dapat terlepaskan. Sang Penyihir yang mendapat perlakuan tersebut, hanya bisa tertawa terbahak-bahak.

Ia sudah tak memiliki siapapun di dunia ini yang bisa dia percaya. Tidak ada pilihan lain. Ia memilih untuk mati saat itu. Namun, ia juga bukanlah seseorang yang mudah melupakan dendam. Sang Penyihir Rubah membelah jiwanya, dan membuangnya ke dunia yang lain.

Menjatuhkan bibit kekuatannya pada makhluk apapun yang menerimanya. Dia kemudian dengan penuh keputusasaan, mengutuk dirinya sendiri. "Oh takdir. Jika aku belum bisa membuat dirinya hidup dalam kebahagiaan. Maka aku tidak akan pernah berhenti untuk terus lahir. Bahkan beribu-ribu kali pun aku tidak akan berhenti .... Karena dia satu-satunya hidup ku/" kata-kata sang Penyihir tersendat, karena beberapa anak panah dan pedang telah menembus dagingnya.

"Orlan ...,"

Penyihir Rubah Bulan Darah, kini hanya tinggal air ludah. Di maki-maki oleh penduduk tanah keajaiban setelah kematiannya. Mereka tidak tahu, bahwa sang Penyihir Rubah juga telah mengutuk mereka dengan bencana kehancuran, setiap seratus tahun sekali.

Sementara itu, jiwa sang Penyihir Rubah Bulan Darah, jatuh dan menyebar ke Bumi. Memberikan bibit kekuatannya dalam bentuk manusia yang indah, yaitu Albinoism. Makhluk putih pucat yang bermata merah, adalah salah satu tanda dari bibit jiwanya. Klan Hanabe, yang selalu mendapat kelahiran bayi kembar dikatakan sebagai keturunan langsung dari Sang Penyihir Rubah Bulan Darah.

Tidak ada yang tahu, dimana tanah keajaiban itu berada. Tidak ada yang tahu pula, dimana tanah yang dijanjikan berada. Yang pasti, kutukan klan Hanabe dan Albino adalah bukti dari jiwa sang Penyihir yang menderita.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)