Daftar isi
#1
Sepatah kata
#2
BAGIAN SATU: KEPEMIMPINAN OTORITER - Tidak Setiap Orang akan Patuh dan Tunduk
#3
Amir Al-Mukminin Juga Manusia Biasa
#4
Menjadi Penguasa Bukanlah Segalanya
#5
Mengusir Orang Lain dari Baitullah
#6
Hentikan Tindakanmu yang Tidak Terpuji Itu
#7
Sikap dan Kewibawaan yang Tidak Terjaga Baik
#8
Bagian Dua: Kepemimpinan Demokratis - Meredam Amarah yang Membara
#9
Pemimpin Macam Apa Dia Itu?
#10
Kutitipkan Kalian kepada Allah Swt.
#11
Pemimpin Juga Perlu Nasihat
#12
Memaafkan Pembangkang
#13
Keadilan! Keadilan! Keadilan!
#14
Bagaimana Engkau Kelak Menjawabnya?
#15
Raihlah Kedudukan dengan Usaha Sendiri!
#16
Saya Adalah Seorang Pelaksana Kebaikan
#17
Cerdas dan Liat dalam Menangani Masalah
#18
Bagian Tiga: Kepemimpinan Patrilineal - Mengakui Keutamaan Lawan Politik yang Lebih Utama
#19
Senantiasa Siap Menerima Keluhan Masyarakat
#20
Melindungi Warga yang Tertindas
#21
Menghargai Sahabat yang Tahu Diri
#22
Tahukah Kau, Siapakah Aku?
#23
Memilih Menjadi Penguasa Pilihan
#24
Pedang Harus Didahului Keadilan!
#25
Bagian Empat: Kepemimpinan Intelektual - Mengapa Orang-Orang Begitu Betah Hidup di Dunia?
#26
Cepat Tanggap terhadap Segala Kejadian
#27
Peringatan untuk Tidak Melakukan Perbuatan Munkar
#28
Kepemimpinan Akan Menjadi Sumber Penyesalan
#29
Menghargai Pendidikan yang Baik
#30
Menghormati Seseorang yang Berwawasan Luas
#31
Laporan Bawahan Tidak Selalu Benar
#32
Perbincangan yang Mengubah Kebijakan Keagamaan
#33
Tidak Membela Hawa Nafsu
#34
Senantiasa Siap Menghadapi Setiap Persoalan
#35
Catatan Akhir
#36
Tentang Penulis
Tanggung Jawab Pemimpin Muslim
14 dari 36
Chapter sebelum
Keadilan! Keadilan! Keadilan!
Chapter berikut
Raihlah Kedudukan dengan Usaha Sendiri!
#14
Bagaimana Engkau Kelak Menjawabnya?
7 Mas‘â adalah tempat pelaksanaan sai yang menghubungkan antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah di Mekah. Tempat ini pernah menjadi saksi perjalanan bolak-balik tujuh kali yang dilakukan Hajar, istri Nabi Ibrahim a.s., sekitar 4.000 tahun yang silam. Semula, tempat itu tanpa bangunan apa pun. Tempat yang membentang sekitar 375 meter itu baru mendapatkan perhatian pada masa pemerintahan Kerajaan Arab Saudi. Pada 1343 H/1925 M, misalnya, Raja ‘Abdul ‘Aziz memerintahkan supaya Mas‘â diperkeras dengan batu granit sehingga para jemaah haji maupun umrah yang sedang melaksanakan sai tidak terganggu oleh debu maupun kotoran jalan. Selepas itu, Mas‘â kemudian mulai dinaungi dengan atap untuk melindungi para jemaah dari terpaan sinar matahari. Utamanya di musim panas.
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)