Masukan nama pengguna
Setangkai Mawar Putih
Ada bingkisan kue dan setangkai mawar putih di meja teras hari ini. Tepat tanggal 10 April di hari ulang tahun Rose. Hal yang biasa saja sebenarnya. Ada bunga di teras rumah. Mungkin ada orang iseng yang meletakkannya di sana, atau florist yang salah mengirim bunga. Hal biasa, seandainya bunga lain. Seandainya bukan tanggal 10 April.
Tapi ini bunga mawar putih. Di bulan April. Di tanggal kelahiran Rose. Persis seperti yang dilakukan Ken, kekasihnya setiap tahun.
“Mengapa mawar putih, Ken?”
“Bunga itu cocok untukmu, Rose.”
“Apakah bunga lain tidak cocok?”
Ken menggeleng.
Tepat sebulan sebelum menikah, Ken ditugaskan kantornya ke luar kota.
“Jangan kuatir, Rose. Aku akan kembali untuk acara kita ....”
Kalimat itu menjadi kalimat terakhir Ken. Ia memang kembali. Bukan untuk menikah dengan Rose. Namun untuk diantar ke peristirahatan terakhirnya. Saat itu Rose nyaris menjadi gila.
Kini mawar putih itu datang lagi. Tangan Rose bergetar saat menyentuh bunga itu. Apakah itu dari Ken?
***
“Bu Guru kenapa melamun?”
Bocah kecil bernama Reyna itu memandangi Rose sambil menjilat lolipopnya. Perempuan cantik itu tersenyum.
“Tidak sayang. Bu Guru tidak melamun, kok.”
Semua siswa paud sudah pulang hari ini, kecuali Reyna. Sudah beberapa hari ini, ia pulang terlambat. Mbak yang biasa mengantar dan menjemputnya sedang ke kampung, katanya.
Rose memandang jalan. Biasanya tepat jam 12 siang, sebuah mobil akan berhenti di depan pagar sekolah. Reyna akan segera berlari ke arah seorang laki-laki berwajah ramah dan memanggilnya papa.
Mobil yang ditunggu Rose tiba. Reyna bersiap berlari, namun laki-laki itu sudah lebih dulu sampai di depan Rose. Reyna segera memeluk papanya, sementara tatapan laki-laki itu membuat perempuan itu menjadi canggung.
“Bu Rose, sudah menerima bingkisan dan bunga dari saya?”
Rose tersentak.
“Jadi itu dari Bapak?”
“Iya. Terima kasih sudah menjaga Reyna... Apakah Anda menyukai bunganya? Saya memilihnya karena saya pikir bunga itu cocok untuk Anda. Kemarin sore, saya mengantarnya ke rumah. Namun, tidak ada orang di luar, jadi saya meletakkannya di teras.”
Laki-laki jangkung itu bicara dan terus bicara ..
Rose merasa wajah lelaki itu makin lama makin menyerupai Ken ....