Masukan nama pengguna
Jarum jam telah menunjukkan pukul enam belas lewat lima puluh menit, atau tepatnya pukul lima kurang sepuluh menit. Irwan masih sibuk berkutat dengan tugas-tugas kampusnya. Dan belum ada tanda-tanda dia akan berhenti untuk melaksanakan kewajibannya: salat Ashar!
Ayahnya membuka pintu kamar dengan tiba-tiba, yang membuat Irwan sedikit terkejut.
"Kamu udah salat?"
"Oh, eh, be ... belum, Yah," jawabnya tergagap.
"Ayo buruan! Bentar lagi waktunya udah mau habis. Nggak baik salat sampai telat begini." Ayahnya beranjak, memberi Irwan ruang untuk bersiap-siap. Dengan langkah berat dia menuju kamar mandi untuk berwudu.
Kini dia telah bersiap di atas sajadahnya, memulai dengan takbirratur ihram.
"Allaaahuakbar." Irwan mendekap tangannya di dada dan membaca ayat demi ayat bacaan salat.
Kenapa sih, si dosen killer itu ngasih tugas banyak banget. Udah gitu, ngasih nilai juga pelit. Tapi kenapa ya, sama si Yana dia baik banget. Padahal gadis itu pemalas dan sering bolos. Atau ... jangan-jangan dia naksir juga sama gadis cengeng itu.
Pikirannya menerawang pada kelakuan gadis manja itu. Ada beberapa teman yang suka meledeknya tapi ada juga yang diam-diam menaruh hati, seperti dirinya. Walau mulutnya membantah, hati kecilnya tak mampu berdusta. Ah, Yana ....
"Allahuakbar." Tiba-tiba Irwan ragu, apakah harus duduk untuk tasahud awal atau kembali berdiri untuk rakaat berikutnya.
Eh, ini rakaat keberapa, ya? Perasaanku udah dua rakaat, tapi kok cepet banget. Ah, mending anggap aja baru satu rakaat, dari pada kurang. Irwan kemudian berdiri untuk menambah satu rakaat.
"Brownis ini punyaku!" Terdengar teriakan nyaring Yuni dari ruang tengah. Adik perempuannya yang masih kelas satu SMP itu sering bertengkar dengan Vino, adik bungsu mereka yang hanya berbeda usia satu tahun dengannya.
"Kemarin aku simpan sisanya di kulkas. Salahmu sendiri, ngapain semuanya langsung dihabisin. Sekarang main ambil aja punya orang!" Suara Yuni yang masih melengking, membuat Irwan memahami apa permasalahan mereka. Lelaki itu pun tanpa sadar mangut-mangut.
Brownis? Lho, kok aku ngga dapat, sih? Mama belinya kemarin, trus, kenapa aku ngga dapat? Wah, ngga bener ini. Mama ngga adil!
"Allaaahuakbar!" Lagi-lagi Irwan lupa rakaat salatnya.
Ini rakaat terakhir bukan, ya? Ya sudahlah, dari pada kurang ini, mending tambah satu rakaat lagi. Iya kalo pas, kalo kurang kan, bonus catatan salatku dari malaikat juga berkurang.
"Assalaaamualaikum warohmatullah!" Irwan memalingkan wajahnya ke kanan, kemudian ke kiri dengan salam juga.
Di sebuah istana gaib, seorang ajudan bernama Khanzab melapor pada atasannya.
"Tugas selesai, Komandan. Mission complete!"