Saat-Saat Terakhir Bersama Soeharto
12 dari 40
Chapter sebelum
Sayap-Sayap Kerbau
Chapter berikut
BAGIAN 2: Indzar Qadim - Bergerilya di Sampang
#12
Mereka Menggugat Emha
27 Politikus, diplomat, aktivis, dan jurnalis Indonesia yang menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kanada dari Juni 2001 hingga Desember 2004. Sebelumnya dia pernah menjabat fungsionaris Partai Golkar dan menjadi anggota DPR untuk Fraksi Golkar periode 1997-2001.—peny.

28 Ia menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara ketika pengunduran diri mantan Presiden Soeharto. Saat itu, Soeharto menunjuknya mempersiapkan naskah final Keputusan Presiden tentang Komite Reformasi dan Keputusan Presiden tentang Pembentukan Kabinet Reformasi.—peny.

29 Ungkapan lengkapnya dalam bahasa Jawa, "Ora dadi presiden, ora patheken", kira-kira berarti ‘Tidak jadi presiden tidak masalah (masa bodoh)".—peny.

30 Singkatan dari Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Lembaga ini mengoordinasi pengamalan Pancasila dalam pendidikan di sekolah.—peny.

31 Reaksi dan ulasan mengenai pencekalan Emha di Jawa Tengah—bahkan di beberapa tempat di luar Jawa—dapat dibaca di berbagai pemberitaan media massa pada Mei 1993.—peny.

32 Baca transkripsi isi pengajian Padhang Bulan 11 Mei 1998 tersebut di halaman lain dalam buku ini: "Hari-Hari Terakhir Presiden Soeharto".—peny.

33 Sapaan dari Siti Hardijanti Rukmana, putri pertama Presiden Soeharto. Tutut juga pernah menjadi Menteri Sosial Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan VII (1998).—peny.

34 Nama lengkapnya Adnan Buyung Nasution. Dikenal sebagai pengacara dan aktivis Indonesia. Mendirikan Lembaga Bantuan Hukum yang melakukan advokasi terhadap masyarakat.—peny.

35 Sapaan dari Abdurrahman Wahid. Ia menjadi Presiden Indonesia keempat (1999-2001). Pada 19 Mei 1998, Gus Dur bersama dengan delapan pemimpin penting dari komunitas Muslim, dipanggil ke kediaman Soeharto untuk membahas konsep Komite Reformasi yang diusulkan.—peny.

36 "Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah."—peny.

37 Dikenal sebagai pakar hukum tata negara, politikus, dan intelektual Indonesia. Ketika Reformasi 1998, Yusril menjadi salah satu pihak yang mendukung perubahan politik di Indonesia. Pada masa itu, Yusril berperan besar terutama ketika ia menuliskan pidato berhentinya Soeharto.—peny.

38 Bernama lengkap Bambang Trihatmodjo, putra ketiga Presiden Soeharto yang lebih dikenal sebagai pengusaha.—peny.

39 Jenderal TNI (Purnawirawan) Wiranto menjabat Panglima Tentara Nasional Indonesia periode 1998-1999.—peny.

40 "Tidak jadi presiden tidak masalah (masa bodoh)."—peny.

41 Ngisin-isini: Jawa, artinya membuat malu.—peny.

42 Baca juga tulisan Emha mengenai pemaksaan kehendak negara adikuasa (Amerika Serikat) terhadap proses pemilihan presiden di Indonesia pada Bagian III (Indzar Muta"akhir) buku ini.—peny.

43 Kasus Kedung Ombo adalah peristiwa penolakan penggusuran dan pemindahan lokasi permukiman oleh warga karena tanahnya akan dijadikan waduk. Penolakan warga ini diakibatkan kecilnya jumlah ganti rugi yang diberikan. Saat itu, pada 1985, pemerintah merencanakan membangun waduk baru di Jawa Tengah.—peny.

44 Kumpulan doa, zikir, shalawat, dan ayat Al-Quran.—peny.

45 Nanting: Jawa, artinya melatih, mempersiapkan.—peny.

46 Pada hari-hari menjelang lengsernya Soeharto, Emha banyak mengeluarkan press release. Namun, tak satu pun media massa memuatnya. Termasuk usulannya mengenai "Dewan Negara". Untuk lebih jelasnya baca: "Selebaran Terang Benderang; Tentang 11 Mei, Dewan Negara, dan Lain-Lain; ABRI Segera Memihak Rakyat, atau Dibentuk ‘Dewan Negara", atau Korban Terus Berjatuhan" dalam buku ini. Bahkan di Padhang Bulan, 28 Mei 1998, di tengah 20.000-an jemaah, selebaran itu dibacakan Emha.—peny.

47 Baca transkrip pengajian tersebut di halaman lain dalam buku ini: "Hari-Hari Terakhir Presiden Soeharto".—peny.

48 Dikenal sebagai tokoh pendidikan, dia berteman akrab dengan cendekiawan Nurcholish Madjid. Mereka bersama-sama mendirikan Universitas Paramadina.—peny.

49 Dikenal sebagai Prabowo Subianto, seorang pengusaha, politisi, dan mantan perwira Angkatan Darat. Terakhir, ia bertugas sebagai Panglima Kostrad dua bulan sampai kejatuhan Presiden Soeharto pada Mei 1998. Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto, anak keempat Soeharto, sebelum akhirnya bercerai.—peny.
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)