"Riku?" kalau keturunan Jepang bernama Riku, hanya satu yang kukenal.

"Dia nggak ngenalin diri Mbak, jadi saya nggak tau namanya."

Ia hanya seperti kenangan masa lalu, yang memang sudah harus kubuang. Tapi kenapa, ia harus muncul lagi di saat aku mulai bisa terbiasa hidup tanpa dengkuraannya, belaiannya, hingga keringatnya setelah bekas percintaan kami.

Dan haruskah kutebak, bersama siapa ia datang?

"Riku datang sendirian?"

“Nggak Mbak, dia datang sama perempuan hamil." ternyata tidak perlu menunggu banyak kalimat untuk menduga apa yang aku takutkan. Mulut ini kembali membeku.

The injury seems worse than i thought it’d be.

The pain seems to dig in deeper than i thought it would.

In the countless nights i spent resenting you.

It feels like i’m in hell.

Ya, aku seperti sedang berada di dalam neraka saat ini. Ternyata membencinya memang bukan jalan keluar yang benar. Karena sekarang, aku bukan hanya terbakar. Tapi sudah mulai hangus dan berubah menjadi abu.