Flash
Disukai
0
Dilihat
3,364
Qitthun Realm
Aksi

Ali masih mencerna keanehan yang tengah terjadi kepadanya. Sebuah keajaiban dunia yang sulit diterima akal. Tiga ekor kucing tengah berbicara dengannya di sebuah atap rumah di tengah malam buta. Bagi Ali, ia belum mengerti kenapa bisa kucing-kucing kampung ini berkomunikasi dengannya. Entah para kucing ini yang sedang berbicara bahasa manusia, atau malah dirinya yang berbicara dengan bahasa mereka. Ali hanya tahu bahwa mereka dapat saling mengerti dan berkomunikasi.

"Ayo, tunggu apa lagi. Ini sudah dini hari, tugas kita menunggu," ucap seekor kucing berekor pendek dengan belang putih dan hitam.

"Sepertinya dia masih bingung," sahut seekor lagi yang bercorak full jingga berekor panjang.

"Manusia ini masih syok, tapi dia harus menjadi bagian dari kita malam ini," timpal kucing bercorak jingga campur putih berekor sedang. "Bahkan selama sisa hidupnya, tiap malam ia harus menggantikan peran dan tugas Meowta."

"Apa yang terjadi? Kenapa aku di sini? Kenapa aku bisa mengerti pembicaraan kalian para kucing?" tanya Ali yang tak berhenti keheranan. 

Seingatnya, sekitar puluhan menit lalu ia masih berada di kamarnya yang hangat dan nyaman, membaringkan tubuh seperti biasa lalu mulai melelapkan kerja mata. Apakah aku sedang bermimpi saat ini? Pikir Ali belum mengerti sama sekali.

"Jika kau pikir ini mimpi, maaf mengecewakanmu. Ini nyata!" Tegas seekor kucing yang berwarna jingga sambil menguap melebarkan ruas rahang mulutnya.

Ali teringat sehari kemarin ia tak sengaja menabrak seekor kucing saat sedang mengayuh sepedanya. Kucing bercorak abu-abu itu mati seketika. Tanpa rasa bersalah, Ali membiarkan begitu saja tubuh sang kucing di trotoar jalan, tanpa berniat menguburkannya. Padahal Ali mengenal betul kucing itu. Sang kucing kerap tidur di luar jendela kamarnya, dan sesekali numpang makan di rumahnya. Kedua orang tua Ali memberinya makan.

Ali mulai berpikir bahwa ini mungkin azab atau ganjaran baginya karena tidak bertanggung jawab atas perbuatan salahnya. Ternyata Ali keliru, alasannya sama sekali bukan itu.

Kucing berwarna hitam putih memberitahunya jika kucing yang mati ditabrak oleh Ali adalah ketua mereka, Meowta. Lebih dari itu, Meowta merupakan Qitthun Qutb dalam radius 1500 meter. Perannya vital sebagai kutub kekuatan para kucing dan komandan mereka. Oleh karenanya, selama sisa hidup Ali setiap dini hari ia harus ikut kucing-kucing itu kerja rodi, menjalankan tugas para kucing yang sudah dititah Tuhan sejak ribuan tahun silam.

Para kucing sambil tergelak menertawakan kebingungan remaja bernama Ali, mereka mulai memaparkan apa saja tugas yang akan mereka kerjakan malam ini. Ali adalah anak magang, namun ia sudah naik jabatan menjadi maula pengganti Meowta, berperan sebagai kutub dan pusat komando para kucing dalam wilayah kekuasaannya.

Ali belum menyadari jika ia merupakan panglima bagi belasan kucing Alpha yang membawahi divisi di kampung tempat tinggalnya. Kucing yang ditabraknya kemarin bukan kucing dengan jabatan sembarangan rupanya.

Setelah memahami kedudukan Meowta serta konsekuensi yang harus ia terima, Ali bertanya tugas macam apa yang dimaksud oleh kucing-kucing itu yang akan dipikulnya. Ketiga kucing menjawab semua pertanyaan, segala keingintahuan, hingga Ali mengerti apa tugasnya.

"Jadi, semua itu adalah tugas para kucing selama ini?" tanya Ali, "memberangus makhluk-makhluk jahat di malam hari, menghisap aura negatif di sekitar manusia, dan bahkan menyedot penyakit yang menggerogoti tubuh kami?"

"Kamu pikir kerja kami di malam hari cuma mengejar ekor tikus, begitu?"

"Itulah bodohnya kalian, sudah diberi banyak rahmat dan perlindungan oleh Tuhan, tapi tak menyadarinya sama sekali, bahkan kurang dalam rasa syukur. Melalui makhluk seperti kami, cinta kasih-Nya dijawentahkan pada kalian."

"Manusia bisa enak-enak tidur, selama kami menjaga nyenyak mereka. Bahkan kami juga bisa menyerap mimpi buruk yang mengganggu kalian, kegelisahan kalian, dan resah jiwa kalian."

"Lalu apa maksudnya tabel bar yang berada di atas kepala kalian itu? Ada yang punya empat bar, lima bar, dan tujuh bar," tanya Ali lagi.

"Yang kau maksud bar itu sisa nyawa kami. Di atas kepalamu juga ada."

"Jadi tugas ini memiliki resiko!?" teriak Ali.

"Kullu nafsin dzoiqatul mawt, setiap yang berjiwa pasti akan mati, mana ada yang abadi," para kucing kembali menertawakan ketakutan Ali.

"Berapa? Berapa sisa di bar kepalaku!?" tanya Ali panik.

"Sembilan, tenang saja. Meowta itu ketua, dia kutub para kucing di sini. Rekornya sempurna, belum ada satupun nyawanya yang berkurang, padahal usianya sudah sangat tua."

"Tapi tetap saja, sembilan pun pada akhirnya akan habis!" Ali dilanda ketakutan yang luar biasa. Dia takut akan kematian.

"Kenapa baru takut mati sekarang ketika kau punya sembilan? Bukannya selama ini kalian hanya memiliki satu?" 

Ali tertegun.

"Jangan khawatir, setidaknya dibutuhkan 250 kali pertarungan untuk bisa melenyapkan satu dari sembilan nyawamu. Ayo, kita sudah terlambat. Lihat sekelilingmu, mereka sudah datang."

Ali terkejut saat memperhatikan sekitar. Kampungnya telah dikepung oleh banyak makhluk mengerikan beragam warna, bentuk, serta ukuran. Ada yang begitu raksasa, ada pula yang begitu menyeramkan wajahnya. Ada yang terbang, merayap, hingga melata. Ketiga kucing dan Ali lalu mulai bertarung melawan mereka, berlarian dari atap ke atap rumah warga.

Kehidupan para kucing yang spartan seperti ini tak pernah terbayangkan oleh Ali sebelumnya eksis di dunianya. Semesta ciptaan Tuhan ternyata menyimpan banyak rahasia.

Ali terkesiap ketika diserang oleh makhluk yang berukuran besar, kuku-kuku besarnya memporak-porandakan banyak rumah di kampung itu salah satunya rumah Ali. Sontak Ali histeris melihat kehancuran kediamannya. Kedua orang tuanya ada di dalam sana.

"Tenang, ini dimensi yang berbeda dengan duniamu. Meongan kami bukan sekedar untuk menagih makan saja, tapi berfungsi untuk memasuki zona alam Malakut," ucap seekor kucing.

Mengetahui itu, Ali kembali bertarung sekuat tenaga. Menjelang subuh, makhluk-makhluk itu berhasil diberangus. Namun Ali terkejut saat melihat wujud dirinya terpantul di kaca jendela lantai dua rumah seorang warga. Ali baru menyadari bentuk dirinya yang mirip siluman kucing.

"Tak perlu takut, tiap adzan subuh sukmamu akan kembali ke tubuhmu," ucap kucing jingga.

"Sampai kapan aku harus menjalani ini?" tanya Ali.

"Ya sampai kau mati."

"Hah!!?"

"Nggak, bercanda. Cuma untuk setahun, bukan selamanya. Dan saat itu, memorimu terhadap realitas ini akan dihapus selamanya."

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)