Masukan nama pengguna
"ARDHAN BANTUIN!" Teriak Anak perempuan kepada Anak pria yang berumur 8 tahun dan sedang berada di atas pohon yang berbatang tebal, besar dan keras. "Naik aja sini!" Balas Ardhan, Pria lelaki itu dan kepada Gebby.
Ardhan tetap melanjutkan kegiatannya untuk mengambil dan mencari buah Kersen yang merah dan manis. Karena dirinya terlalu fokus, Gebby menjadi dicueki, dan tidak dirinya pedulikan. Gebby sama sekali tidak bisa menaiki pohon itu, dan dia hanya terus menatap Ardhan yang sibuk itu.
"Ardhan, aku mau dong sedikit!" Pinta Gebby. Namun lagi-lagi Ardhan tidak memperdulikannya. "Naik aja sini Ebby! Atau gak kamu ambil sana yang bisa kamu ambil." Gebby bersedih, dia melihat atas dan sekitarnya dan tidak ada satu pun buah matang yang bisa dirinya ambil.
Gebby berputar balik, dirinya memilih untuk kembali ke rumah meninggal Ardhan di sana. Tanpanya Ardhan tidak menyadari kepergian Gebby, ia pun tetap terfokus mencari buah itu.
Hari pun berlalu dengan cepat, dan malam pun datang. Gebby sudah tertidur dengan lelap, namun ia merasa mulas dan terbangun untuk membuang air. Ketika Gebby baru saja membuka pintu, Gebby terhenti dan mencerna ucapan Papahnya yang berbicara dengan Ibunya.
"Lagian di sana rumah kita lebih besar dari ini, Ucap Papah. Gebby tampaknya tidak mengerti, dan melanjutkan niatnya untuk pergi ke toilet. Pertengkaran dan pembicaraan antara Papah dan Mamahnya belum kunjung berakhir, hingga Gebby selesai dari toilet.
Gebby terus beraktivitas tanpa di sadari oleh Papah Mamah, ia pun kembali melanjutkan tidur.
Keesokan harinya, Ardhan sedang berada di pohon Kersen selepas baru saja pulang sekolah. Ia masih memakai seragam sekolahnya, dan baju bagian tangannya ia lipat. Namun, ketika ia sedang fokus mengambil buah kersen, Ibunya datang dan berteriak padanya. "ARDHAN!"
Lalu, Ardhan dengan terkejut memalingkan pandangan dan menganti fokusnya. Karena pegangan tangannya tidak terlalu kuat, Ardhan terjatuh dari ketinggian yang cukup jauh dan membuatnya kaki dan bagian tangannya terluka. "AAAAA" Teriak dirinya ketika terjatuh.
Ibu Ardhan tentu terkejut, sehingga dia langsung mengambil Ardhan yang sedang menangis di bawah dengan gaya menangisnya yang umum seperti anak sebayanya.
"MAMAAA HIKS HIKS"
Ardhan pun di bawa oleh ibunya ke puskesmas terdekat dengan Ardhan yang tidak berhenti menangis.
Di sore hari, di tempat lain. Gebby sedang berkumpul dengan keluarganya, ia baru saja pulang dari main. Awalnya, Gebby berniat untuk bercerita bahwa hari ini dia tidak bertemu dengan Ardhan. Namun, Papah dan Ibunya sedang terfokus dalam pembicaraan.
Entah mengapa, Gebby tidak mengerti dengan pembicaraan Papah dan Ibunya, maka dirinya pun hanya terdiam dan mendengar ucapan orang tuanya.
Beberapa hari setelahnya ...
Ardhan baru saja sembuh dengan lukanya, dan kini ia baru saja di bolehkan bermain oleh orang tuanya. Ardhan sangat bersemangat tanpa alasan, dirinya pergi menuju rumah Gebby.
Namun, rumah Gebby benar-benar kosong dan sepi. Ardhan berdiri tegak di depan rumahnya, tampak dari jendela, lampu rumahnya tidak menyala dan membuat gelap.
"Gebby? Gebby ... Gebby," Teriaknya. Ardhan pun tampak panik dan kesal, dirinya mulai memukul pintu dengan keras dan terus saja berteriak. Sehingga, tampak waktu sudah sangat lama Ardhan memanggil dan mengetuk, bahkan dirinya telah kelelahan. Namun, tidak ada jawaban apapun.
Ardhan tidak menyerah, ia kembali besok dan terus menerus tanpa henti dengan esok. Ia terus mengunjungi rumah Gebby, tetapi respon tetap sama. Ardhan sangat kesal, ia bercerita dengan Ibunya saat malam.
"Mungkin saja, mereka sudah pindah sayang." Ucap dari Ibunya, dan Ardhan hanya terdiam paku dengan rasa lelahnya. Ia pasrah dalam keadaan, dan kini ia menemui pohon kersen sendiri tanpa pasangan.