Masukan nama pengguna
Club' Musik And Bullying School
Bruk*
Clavinofa terlihat sangat emosi dan antusias. Dia mendekat dan terus melangkahkan kaki seakan meminta Laras mundur. Sehingga Laras berada di pojok ruangan, dan tidak bisa mundur lagi. "Katakan ke Aku, Kamu sadar apa yang udah kamu perbuat?" Dengan bola mata yang menatap tanpa henti.
"Cla, Aku benar-benar belum tau apa yang udah aku perbuat, sampai kamu emosi seperti ini." Jawab Laras dengan wajah ketakutan.
Clavinofa menyentuh kacamata Laras dengan wajah elegan. "Gara-gara kamu, Ayah aku jadi suka sama kamu!" Setelahnya, Clavinofa berhenti menyentuh kacamata Laras dan mengusap-usap jari yang dia pakai untuk menyentuh Laras seakan sedang kotor.
"Maksud kamu apa? Aku ga paham, Cla!"
Omongannya dijawab cepat dengan bentakan keras. "Gara-gara kamu, aku kehilangan sesuatu! Sesuatu yang selalu aku dapatkan sejak lama."
"Cla, coba kamu perjelas apa yang terjadi, biar aku tau. Dan aku perbaik kesalahan aku."
Plak...
Tamparan yang Clavinofa buat dengan sangat keras terhadap pipi Laras. "Jangan harap, aku bisa baik lagi sama kamu Ras. Anggap aja, kita emang gak pernah temanan sama sekali." Setelah itu. Clavinofa meninggalkan Laras yang sedang memegang pipi yang telah ia tampar.
~
"Yesss!!!" Sorak seluruh anggota klub musik karena berhasil memutar satu lagu hingga akhir.
"Oke teman-teman," ucapnya dengan menepuk tangan dan melanjutkan ucapannya setelah selesai tepuk tangan. Dengan memutar badan untuk melihat seluruh teman-temannya. "Kita break 15 menit."
Letih, Perdi duduk mengistirahatkan badannya yang lelah. Berniat mengambil minum dari tasnya, ia menemukan sepucuk kertas. Perdi berpikir kertas tersebut dimasukkan ke tas yang salah, sampai terbaca tulisan "Untuk Perdi".
Ia bergegas mengambil kertas tersebut dan berniat pergi ke toilet. Ketika ia baru berdiri dari duduknya. "Per?" Fauzan menghentikan langkah Perdi. "Mau kemana?"
"Eh, gue mau ke toilet sebentar." Balasnya. Dengan bergegas Perdi meninggalkan teman-temannya yang sedang membereskan barang-barang hasil latihannya.
Namun, Perdi tidak pergi ke toilet, namun dia membuka suratnya langsung saat di lorong depan gudang.
We should be friends.
Isi surat yang sangat simple dan singkat. Perdi yang bingung dengan maksud isi surat itu langsung pergi kembali ke R. Musik dan membuang suratnya ke tempat sampah terdekat.
Saat Perdi pergi meninggalkan lorong itu, tiba-tiba Clavinofa dan geng-nya datang untuk memeriksa tempat sampah itu. "Gays... Ambil apa yang Perdi buang, cepat!" Perintah Clavinofa.
"iyah... iyah!" Ucap pasrah Erlangga dan Satria, dan langsung mengambil surat itu. Lalu Erlangga pun menggambil surat itu dari sampah.
"Udah?" Ucap Clavinofa dengan nada memerintah. Erlangga pun menjawab dengan agukkan kepala. "Yaudah cepet!"
Erlangga dan Satria pun kembali menghampiri Clavinofa dan Keryyn. Mereka membaca bersama isi surat itu. Clavinofa tampak mengerti maksud dari surat tersebut. Mukanya tampak marah dan memberikan isi surat itu ke Keryyn.
"Guys... cari, siapa yang berani-beraninya mengirim surat itu ke Perdi! Cari cara apapun sampai kalian bisa tau, tulisan siapa ini!"
Keesokan Harinya...
Di pagi hari yang tampak cerah tanpa ada hawa dingin. Siswa-siswa yang baru selesai pembiasaan pergi menuju kantin dan kelasnya masing-masing. Klub musik pergi menuju kantin. Tetapi, Big-Five yang sedang patroli berpapasan dengan Klub Musik.
"Cih, males banget!" Respon Ergy.
Lucky, ketua OSIS melangkahkan kaki mendekat depan tubuh Perdi. "Klub Musik, harus di bubarkan!" Ketusnya.
"HAH?" Kaget seluruh anggota Klub. Wajah semua yang sangat cemas dan merasa tidak percaya dengan ucapannya.
"Ky..." Dita yang memundurkan tubuh Lucky. Dita melangkah dan berbicara ramah agar Klub Musik bisa mengerti. "Kami sudah mencoba agar Klub Musik bisa bertahan. Tetapi, banyak guru yang memberi suara agar Klub Musik berhenti. Kami sudah meminta agar kalian bisa berpariasi dalam lomba sekolah. Tetapi, peraturan yang sudah berlaku sejak lama, Eskul Seni dan Eskul Olahraga harus mengikuti lomba paling sedikit satu dalam setiap bulannya. Dan Klub kamu, sudah hampir tiga bulan tidak mengikuti apapun. Jika kamu masih terus seperti ini... Kalian harus di berhentikan."
"WOY!" Ucap Ergy menghentikan aktivitas semua orang di sekitanya. Semua orang di kantin reflek melihat Ergy. Sontak Perdi menenangkan Ergy yang sedang kesal. "Ergy... tenang." Namun, Ergi terlihat malah menambah emosi. "KALIAN AJA YANG PUNYA DENDAM SAMA KLUB KITA!" Suara Ergy gemetar dan nyaring di teringa semua. Bahkan, Ibu kantin pun sontak berjalan melihat apa yang terjadi.
"KALIAN OSIS PUNYA DENDAM KAN DENGAN KLUB KITA?" Suasana Ergy sangat berantakan dan tidak mampu di tenangkan.
"Ergy cukup!"
"Berhenti, Gy."
"Udah, Gy."
Semua kata demi kata mencoba di keluarkan oleh temen Klub-nya. Tetapi Ergy tetap tidak bisa di hentikan.
"Maksud kamu apa sih?" Ucap bentak Bilqis.
"Gausah sok polos deh!" Ergy mulai mengerakkan tangannya untuk menunjuk arah yang tidak ia arah. "Semua orang tau! Kalau OSIS dan Klub Musik itu emang selalu ada masalah kan?" Bentaknya.
Seluruh Siswa kelas terdekat dan posisi terdekat terus berdatangan untuk melihat kejadian itu. Bahkan beberapa guru pun ada untuk melihat kejadian itu.
"Maksud kamu apa sih?" Lantang Nailah. "Kamu pikir kami gak mencoba mencari cara untuk menyelamatkan Klub kalian? Kami udah mencoba agar pihak sekolah bisa memberi keringanan. Dan mereka sudah cukup lelah untuk menunggu Klub Musik memiliki potensi. Pihak sekolah hanya ingin melihat kemampuan kalian, apa kalian pantas mendapatkan asesoris yang sepadan dengan kemampuan kalian."
Nailah terlihat masih ingin membuka mulutnya. Namun, Lucky menghentikan ucapan Nailah dengan ucapannya. "Pihak sekolah hanya ingin melihat kemampuan kalian. Buktikan kalau kalian mampu untuk menjadikan Klub ini menjadi Eskul. Jika tidak, kami terpaksa menandatangani surat untuk menyatakan bahwa kalian di coret dari catatan Eskul di sekolah ini."
Lucky menghentikan perdebatan ini dan mengajak seluruh BigFive untuk pergi meninggalkan tempat itu. Dengan seluruh siswa yang terdiam paku dengan sosok OSIS yang terlihat gagah berjas dan siswa yang membuka jalan untuk mereka.
Seluruh teman Klub Ergy pun mencoba untuk mengusap pundak Ergy berniat agar Ergy bisa menenangkan dirinya.
Di kelas IX-2 IPA, tampak suasana yang masih belum ada guru. Indah yang berjalan dengan makanan di tangannya bergegas menuju meja yang terdapat Haira dan Adzra sedang mempelajari pelajaran Matematika."Gays..." Ucapnya rusuh.
"What? Kamu bisa gak sih gausah terburu-buru?" Respon Adzra dengan suasana muka datar. Indah tidak mengubis ucapan Adzra seakan dia sedang mengingat kata-kata yang telah ia rancang.
Indah yang duduk di depan mereka dan makanan yang dia taro di meja langsung membuka obrolan. "Tadi, di kantin heboh banget!"
"Heboh kenapa?"
"Kalian sih!" Dengan menepuk meja. Namun, ucapan mereka dihentikan oleh teguran ketua kelas mereka.
"Kalian bisa tenang gak sih?" Reflek Adzra, Haira, dan Indah menghentikan obrolan. "Semua orang sibuk belajar, kalian malah gosip? Gaada kerjaan lain?"
"Oh my gat!" Ucap Indah dengan nada mengejek. "Kamu tuh bukan belajar untuk pintar. Tapi, untuk caper!" Tentu saja kata-katanya menyakiti hati Kaori. Sehingga dirinya menepuk meja dengan sangat keras. "Heh! Maksud kamu apa?"
"UPS, UPS... UPS!" Ucap sombong mereka bertiga dengan mulai berdiri menghadap Kaori.
"Aku hanya mencalonkan diri ya menjadi Ketua Kelas, dan teman sekelas yang memilih aku..."
"-Dan kamu caper!" Potong Adzra.
Namun, perdebatan mereka terhenti karena datangnya laras dengan pakaian basah kuyup. "Ras, kamu basah kuyup?" Ucap Kaori ketika Laras datang menghampirinya.
Semua teman sekelas melihat kearahnya, hal itu membuat Laras tidak enak, dan mengelak. "Eh... Enggak kok. Tadi di toilet cuma ada adik kelas salah mengira, kirain aku temen sekelas dia. Dan dia mau nge prank gitu.
Lalu, Gang Clavinofa datang dengan aura ratu. Setelah dia melihat Laras, Clavinofa langsung bersimpati dengan pura-pura peduli. "Yaampun Ras, kamu kenapa? Kamu kok basah kuyup gini? Bilang sama kita siapa yang udah buat kamu gini! Kita pasti bakal kasih dia pelajaran..."
"Udah Cla, aku baik-baik aja kok." Potong Laras. Lalu seketika teman sekelas mereka mengatakan guru datang. "Gays... Pak Dede datang!" Dan memebuat semua duduk rapi di tempat duduk mereka masing-masing.
Saat Pak Dede datang, seluruh siswa sontak mengucapkan salam dengan di mulai oleh Kaori yang berkata, "Sikap Berisalam." Dan seluruh siswa mengucapkan salam. Dan Pak Dede menjawab salam mereka. Ketika dilihat. Ternyata, Pak Dede membawa siswa perempuan yang tampak seperti siswa baru. Ketika Pak Dede sudah berada di tengah depan papan tulis, Pak Dede memperkenalkan dirinya kepada teman sekelas. "Semuanya, perkenalkan dia adalah siswa baru pindahan dari Surabaya. Mari, kamu kenalkan nama kamu ke mereka."
"Halo semuanya!" Ucap ramah siswa baru itu. Tetapi, ada beberapa siswa yang menjawab dan ada yang tidak peduli. "Perkenalkan nama aku Mutia Salma pindahan dari Surabaya, oh iya aku anak dari Surya Praja. Kalian kenal gak?"
"What?" Kaget Keryyn. Tentu saja, nama itu adalah nama terkenal pengusaha ternama di Jakarta dan Surabaya. Kerabat Ayah dari Clavinofa juga.
"Lo kenapa sih?" Heran Clavinofa ketika melihat epresi kaget Keryyn.
"Lo ga kenal Pak Surya? Itu loh pengusaha terkenal Surabaya sama Jakarta. Setau gue juga Pak Surya sama Ayah Lo itu kerabat." Namun, epresi Clavinofa biasa saja. Dia tidak peduli dengan pernyataan Keryyn.
"Oke, baik Mutia. Bapak harap kamu bisa menjadi teman baik semuanya. Dan kamu bisa duduk di belakang sana, sebangku dengan Anjani.
"Baik, Pak." Respon ramah Mutia. Dan Mutia pun bergegas pergi menuju meja Anjani.
"Lo gaada niat buat dia masuk geng kita?" Tanya Keryyn.
Clavinofa menempelkan kepalanya ke tangan yang terlipat di atas meja. "Dengar ya... Selagi dia gak bikin gara-gara, aku akan anggap dia kawan. Tetapi, jika dia nyari gara-gara... He will learn to be restless in this school." Dengan wajah yang tampak serius. Setelah selesai mengatakan itu, Clavinofa kembali duduk dengan gaya biasa. Sedangkan Keryyn hanya menuruti ucapan Clavinofa tanpa membantah sedikitpun.
Saat seluruh siswa dengan pokus dengan belajar. Terdengar suara panggilan yang ditunjukkan untuk anggota Klub Musik. Sontak seluruh anggota Klub Musik terdiam mendengar pengumuman itu, dan meminta ijin kepada guru agar mengijinkan mereka keluar untuk pergi menuju sumber suara tersebut.
Setelah itu, ternyata mereka di arahkan menuju ruang Wakasek, Ruang kesiswaan. Dan terlihat disana sudah terdapat BigFive OSIS dan Pak Yayan. Wakil kepala sekolah pengurus kesiswaan. Dengan enggan-enggan mereka pun masuk dan duduk di kursi yang telah di sediakan.
"Oke, kita mulai." Ucap Pak Yayan setelah seluruh orang duduk di kursi. Pak Yayan terlihat seperti memberi isyarat untuk Lucky menjelaskan apa yang terjadi.
"Jadi begini Pak, kami hanya mencoba untuk memberikan informasi dengan baik-baik tentang keberhentian Klub mereka. Namun, sepertinya mereka terbawa emosi dan membuat keributan..." Tetapi, ucapan Lucky di potong oleh Pak Yayan.
"Di kantin? Apa tidak ada tempat lain untuk membicarakan itu?" Tentu saja, semua sontak diam. Dan tidak ada yang berani menatap Pak Yayan. Mereka menunduk menatap bawah. "Kamu juga salah Ky. Jika kalian ingin bermusyawarah kenapa harus di kantin? Apa tidak ada tempat lain? Apa yang sebenarnya kalian pikirkan?"
"Kami sangat menyesal atas kecerobohan kami, kami ga pikir panjang. Namun sebenarnya kami tidak berniat untuk membicarakan ini. Kami hanya tidak sengaja melihat Klub Musik, dan tiba-tiba tanpa kami pikir kami membahas itu." Respon ramah Dita untuk mempersantai suasana.
"Tapi kenapa tiba-tiba yah Pak, pemberhentian Eskul tanpa pengetahuan lebih awal? Apa tidak ada keringanan untuk Klub kami? Hampir di semua sekolah SMP selalu ada Eskul Musik. Hal yang aneh bila Klub Musik di hentikan secara sah tanpa ada pikir panjang Pak. Kami sudah mencoba untuk mencari kompetisi yang bisa kami menangkan. Namun emang tidak ada kompetisi yang mungkin bisa kami ikuti." Penjelasan Perdi untuk mencoba mempertahankan Klub-nya. Tapi tiba-tiba Pak Yayan memotong pembicaraan lagi.
"Untuk masalah itu, kami pihak sekolah sudah menyerahkan semuanya kepada OSIS. Untuk tetap bertahan atau tidak, kami menunggu keputusan dari pengurus OSIS, apa kalian masih bisa kami andalkan atau tidak." Setelah itu, keheningan mendatang, dan Pak Yayan terlihat sudah ingin pergi dari situ. Dan berisyarat kepada Lucky untuk menanganinya. Setelahnya Pak Yayan pergi meninggalkan Ruangan.
"Baik lah." Lucky membuka obrolan dengan beranjak mengambil kursi yang baru saja di dudukki oleh Pak Yayan. Lucky berpikir positif dan mencari cara agar terlihat adil tanpa penyesalan pihak manapun. Namun, dirinya masih belum bisa mengambil keputusan.
Tetapi, Dita mengambil pembicaraan. "Kami masih belum bisa mengambil keputusan, kami akan memberi kalian kesempatan. Kami akan berdiskusi lebih lanjut tentang ini. Jadi, kami akan memberikan informasi lebih lanjut nanti." Dita langsung mengakhiri meeting ini. Dan mempersilahkan Klub Musik untuk keluar ruangan.
Jam pelajaran pertama telah usai. Istirahat pertama yang menunjukkan pukul sepuluh kurang. Tampak Anjani sedang berjalan rusuh menuju kelas. Dan terlihat tangannya sedang memegang Handphone. Setelah sampai di mejanya. Dia membuka handphone dan mencoba melakukan sesuatu. Namun, Kaori datang dan mengambil Handphone itu.
"Tidak boleh ada siswa yang membuka handphone sebelum jam sekolah selesai." Tentu saja ucapan mendadaknya membuat Anjani terkejut. Namun untungnya, Kaori seperti tidak melihat isi handphone itu. Tentu saja Kaori orang yang taat tentang Privasi.
"K-kaori. Maaf, A-aku gaada maksud untuk melanggar peraturan sek..." Ucapan yang belum ia selesaikan di potong oleh Kaori dengan kata-kata tajam.
"Tentu saja, Saya percaya dengan kamu. Dengan tingkah laku kamu selama Aku kenal emang orang yang tidak begitu. Saya bukannya ingin ikut campur, tapi saya harus tau apa yang kamu lakukan dengan handphone kamu di jam begini." Setelahnya, Mutia datang dan tiba-tiba mengambil handphone Anjani dari tangan Kaori.
"Kaori!" Dengan langsung mengambil secara mendadak. Namun sayangnya Handphone Anjani jatuh hingga rusak. Hal itu mengejutkan semuanya.
Anjani reflek terkejut dan beranjak keluar bangku untuk melihat handphonenya rusak atau tidak. Dengan Mutia yang merasa bersalah dan menunduk untuk membantu Anjani mengambil handphone itu sambil meminta maaf. "Maaf Anjani, aku gaada maksud merusak Handpone kamu. Ka-kalau kamu marah aku janji aku bakal ganti."
"A-aku ga butuh handpone baru. Kalau kamu mau bertanggung jawab, aku minta kamu untuk memperbaiki handpone aku, dengan syarat tidak ada yang terhapus sedikitpun dari handpone aku." Tegas Anjani. Seluruh kelas yang sedang ada menatap pokus Anjani karena terkejut. Anjani tampaknya tidak pernah seperti itu sebelumnya.
Karena malu menjadi pusat perhatian orang banyak. Anjani membawa handphone itu dan pergi dari kelas, dengan di keliringi teman sekelas yang terus menatapnya.
Anjani terus berjalan cepat menuju toilet. Tanpa lupa menyembunyikan handponenya yang rusak di saku. Tampak air mata tiba-tiba keluar dari matanya. Setelah Anjani berada di toilet. Dia pun menangis. Dia menyesal karena mungkin niatnya tadi adalah isyarat dari Tuhan untuk mengurungi niatnya. "Yatuhan, kenapa ketika aku berani membuka semuanya, kamu malah menghapuskan semua bukti yang aku simpan selama ini."
Namun, ketika dia menangis, dia berhenti ketika mendengar suara dari clavinofa dan Keryyn. "Aghhh! Kesal banget tau!" Suara Clavinofa.
"Sabar Cla." Respon Keryyn.
"Aku gamau tau, aku kesel banget cewek alay kampungan itu deket-deket sama Perdi!" Tentu saja ketika Anjani dengar dia pikir adalah Laras.
"Yaudah, kita tinggal kasih pelajaran ke dia, dia udah membuat kesalahan besar!" Ucap Keryyn. Clavinofa melihat mata Keryyn dengan paham maksudnya. Begitu juga Anjani. Tampak dia mengerti apa yang mau di lakukan oleh mereka.
Istirahat pertama selesai. Pelajaran kedua pun sedang berlangsung. Dengan para siswa yang pokus dalam pelajaran yang sedang berlangsung. Sehingga tanpa disadari istirahat kedua datang.
Sebelum Mutia dan Anjani keluar, Mutia membuka pembicaraan tentang apa yang terjadi dengan Handpone Anjani. "Anjani, aku benar-benar minta maaf sebesar-besarnya sama kamu. Aku gaada maksud merusak Handpone kamu. Kamu boleh minta apapun yang kamu mau, aku pasti turuti. Asal kamu mau maafin aku yah?"
Anjani terdiam tidak ingin menolak. Dia mengeluarkan handphone rusaknya dari saku, dan dia taro di atas meja dengan mengatakan. "Kamu benerin handphone ini dengan cepat ya?"
Mutia merespon dengan agukkan kepala. Dan berkata, "Iyah, aku pasti bakal benerin handpone kamu dengan cepat kok! Kamu ga marah lagi sama aku kan?"
Anjani pun merespon dengan agukkan kepala. Namun, Anjani pun membuka ucapan. "Aku boleh minjam Handpone kamu gak?"
Slide langsung berganti. Tampak Clavinofa dan Kerryn yang sedang membully Reva dengan kasar. Dikarenakan Clavinofa yang melihat Reva sedang mengusap pundak Perdi di istirahat pertama. Dia pun berniat untuk memberi Reva pelajaran agar tidak mendekati Perdi lagi.
"Dengar ya?" Ucap Clavinofa sambil mengambil kacamata yang terdapat di depan mata Reva. Lalu memberikannya ke Keryyn. Meskipun Reva Kakak Kelas. Reva tidak mampu melawan Clavinofa. Dia hanya bisa terdiam dan berharap ada orang yang membantunya.
"Karena aku masih ingat kalau Ayah kamu adalah supir Ayah aku, aku hanya ingin peringati ini ke kamu. Kalau kamu gamau Aku buat Ayah kamu pengangguran dengan waktu lama. Jauhin Perdi!" Dengan dorongan yang cukup keras. Clavinofa langsung pergi dan meminta keryyn menjatuhkan kacamata milik Reva di tempat yang jauh Reva berada. Dikarenakan Reva mint jarak jauh, hal itu akan mempersulit dirinya untuk mencari.
Hari di sekolah langsung berakhir. Clavinofa yang sedang berkumpul di warung yang terkenal sering di sebut warung Pak Wardi. Warung itu sering di pakai oleh siswa-siswa yang bersekolah di SMPN dan SMAN. Saat Clavinofa sedang memainkan ig untuk live, tiba-tiba Ibunya memberi pesan. Sontak Clavinofa menghentikan live nya dan membaca chat dari Ibunya. Namun, dikarenakan takut di baca oleh temannya, Clavinofa berdiri dan membacanya di tempat yang cukup untuk membuat temannya tidak membacanya.
"Cla, tolong pulang sekarang."
"Ayah kamu pulang tiba-tiba hari ini."
"Mamah ketakutan."
"Tolong kamu pulang sekarang juga."
Sontak Clavinofa meminta ijin ke temannya untuk pulang lebih awal. "Gays, aku pulang duluan yah? Aku ada urusan." Ungkapnya dengan mengambil tasnya di meja dan memasukkan handphonenya ke tas.
"Mau gue antar?" Tawar Satria.
"Eh gausah, Aku udah pesan Grap."
Clavinofa langsung berpaminat dan pergi meninggalkan teman-temannya.
~
Terlihat Klub Musik yang sedang berkumpul di ruangan. Tentu saja mereka semua tidak memiliki mood untuk memutar lagu. Dan terlihat semua memandang Handphone mereka masing-masing. Tenyata, mereka sedang mencari kompetisi musik agar bisa beraperiasi. Tapi, tampak tidak ada satu pun yang menemukannya.
"Gaada yang dapat?" Tanya Perdi. Yang mukannya juga tampak kusam tak bersemangat.
"Sepertinya emang udah takdirnya Band kita bubar..." Sela Fauzan. Namun, Ergy langsung membantahnya.
"Maksud Lo apa?" Bentaknya dengan tangan yang sudah memain keran.
"Udah, udah cukup." Halang Ariq.
Namun, Perdi langsung pergi begitu saja. Dan teman-temannya hanya bisa memandangnya pergi.
Ketika Perdi sedang berjalan di lapangan. Dan duduk di kursi kantin. Laras tampak berjalan menuju toilet, dan melihat Perdi yang sedang tidak bersemangat. Laras hanya bisa memandang jauh dan mengabaikan untuk kembali pergi menuju toilet.
Setelah Laras selesai mengunakan toilet. Dirinya kembali menuju Ruang kelas yang sedang di pakai untuk kumpul agenda OSIS.
Dengan mengetuk pintu terlebih dahulu, dan dibukakan. Laras kembali menuju mejanya. Tampak Lucky sedang membahas tentang Eskul Musik. "Bagaimana? Apa tidak ada yang ingin memberi usul agar bisa membuat Eskul Musik bertahan?"
Laras segera mencoba untuk berpikir, sehingga tak lama dia mendapatkan ide. Setelah itu dia langsung mengangkat tangan dan berdiri. "Siap Kak, Saya ijin menjawab."
"Oh iyah boleh, silahkan." Jawab Lucky.
Laras langsung berdiri dari duduknya dan membuka pendapatnya. "Siap Kak, menurut saya bagaimana bila kita mengadakan POS."
"POS?" Ucap Brianita.
"Siap, Iya kak. Jadi seluruh Eskul Seni dan Olahraga bisa memperlihatkan kemampuannya, dan itu semua di tonton oleh bapak dan ibu guru jadi mungkin mereka bisa melihat kemampuan Klub Musik, dan kemungkinan besar mungkin Klub Musik mendapatkan kesempatan dari kesiswaan dan kepala sekolah Kak."
Lucky dan Wakilnya saling menatap dan menyetujui pendapat Laras. Lalu mempersilahkan Laras untuk kembali duduk.
Di tempat lain, Clavinofa yang baru sampai dirumah mendadak berlari. Dengan sangat cepat di selimuti oleh suara-suara seakan ada yang kacau di dalam rumahnya.
"MAMAH..." Clavinofa dengan tergesa berlari menuju posisi Ibunya dan memeluk erat Ibunya. Tampak, Keadaan rumah yang berantakan dan Ibunya yang berada disudut rumah dengan Ayahnya yang berdiri di depan Ibunya seakan sedang marah besar.
Clavinofa yang memeluk erat Ibunya dengan pekat, tanpa ingin melepaskannya. Ibunnya tentu sangat menikmati pelukan Clavinofa dan membalasnya dengan sama erat.
Ayahnya langsung pergi menuju kamar, dan meninggalkan Clavinofa dan Ibunya. Lalu, terlihat Clavinofa dan Ibunya menangis tanpa henti dengan pelukan yang tak kunjung lepas.
Hari ini berlalu dengan cepat, sehingga hari esok tiba. Tampak Clavinofa yang sedang berjalan di gerbang dengan para OSIS yang sedang mengecek akribut. Lalu tiba-tiba ketukkan pundak dari belakang oleh seseorang.
"Cla, Kamu harus tau!" Ungkap Kerryn sambil membenarkan tas yang tampak awalnya tergendong satu sisi.
"Apa sih?" Namun, Mood Clavinofa tampak sedang tidak baik. Tetapi, Kerryn tidak menyadari dan antusias membicarakan obrolannya.
"Gue udah tau, siapa yang ngasih surat itu ke Perdi!" Namun, clavinofa masih saja lemas dan tidak peduli. Namun, ketika Kerryn memberitahu bahwa itu Laras epresi muka Clavinofa langsung berbeda dan antusias dengan pembicaraan. "Dia Laras!"
Dengan mendadak Clavinofa berhenti dan menatap Kerryn sehingga mereka saling menatap. Lalu Clavinofa langsung berjalan dengan mempercepat dan pergi menuju kelas.
Terlihat, kelas yang tampak masih kosong dan hanya beberapa siswa yang sudah datang. Termasuk Laras yang sedang duduk mempelajari mata pelajaran yang akan datang. Namun, Clavinofa datang dengan aura menyeramkan dan tampak sedang kesal dari kejauhan.
DAMMM...
Clavinofa mengetuk meja dengan keras tepat di depan wajah Laras sehingga terkejut. "Jujur sama aku, kamu suka sama Perdi?"
"Cla, kamu kenapa sih?" Ucap Laras dengan terputus-putus, tampak dirinya ketakutan.
"Kamu tau kan, kalau aku udah lama suka sama Perdi! Sekarang kamu tiba-tiba berlagak seolah-olah kamu ingin ngerebut Perdi dari aku!"
Laras berdiri dan mencoba untuk menenangkan Clavinofa. Namun, Cla ternyata sangat marah sehingga mengambil minuman yang berada di sekitarnya, di depan meja Karisya dan menumpahkannya tepat dari atas kepala Laras.
"Cla!" Kaget Karisya. Namun, beberapa teman sekelas menatap tak tahan melihatnya, tetapi segan untuk menghentikan Clavinofa.
Brukkk
Namun, Mutia yang baru datang sekolah mendorong Clavinofa sehingga dirinya jatuh ke depan, hal itu membuatnya tampak seakan berlutut memohon kepada Laras yang berdiri tegak tak bisa bergerak.
"Aghh!!!" Kesal Clavinofa. Dirinya berdiri dan melihat ke belakang. Lalu, Mutia tepat ada di depannya. Clavinofa dengan kesal langsung ingin menamparnya. Namun, Mutia cepat dan menangkap tangan Cla.
"Fuck!" Clavinofa melepaskan tangan Mutia dari tanganya.
"Itu mungkin kamu! Karena apa yang kamu lakukan ke Laras udah kelewatan batas! Kamu persetannya. Kalau sampai OSIS tau, aku yakin kamu bakal di keluarkan dari sekolah! Kamu tau itu?" Mutia langsung menasehati Clavinofa. Namun, Cla tampak tidak mau mendengarkan ucapan Mutia. Dirinya berniat untuk pergi. Tetapi, Mutia menahannya.
"Aku tantang kamu di Story Telling yang di tugaskan oleh Bu Nunung kemarin," Mutia melangkah maju, dan mendekatkan dirinya kepada Cla. "Siapa yang akan mendapatkan hati Bu Nunung dan mendapatkan nilai paling tinggi di kelas, dia Quinn kelas. Dan boleh minta apa aja untuk si kalah di antara kita!"
Clavinofa melipatkan tangan ke depan dadanya. "Inggris?" Cla dengan sombong langsung bilang, "dari awal masuk aku udah jadi Quinn Inggris si di kelas ini!" Dan Cla langsung pergi keluar dari kelas.
Mutia langsung menghampiri Laras dan membantunya lalu berjalan menuju toilet untuk membersihkannya.
Di tempat lain. Tampak Perdi yang baru mau memasuki kelas. Namun, Lucky menghentikan langkah Perdi untuk membicarakan sesuatu. "Perdi!"
"Hemm?" Responnya. Dengan berhenti berjalan dan menunggu Lucky berjalan menghampirinya.
"Kami sudah membicarakan cara agar kalian masih bisa bertahan. Dan kami memutuskan untuk mengadakan POS yang di isi oleh ekstrakulikuler Seni dan Olahraga. Agar kamu bisa menunjukkan seberapa pantas kalian untuk tetap mengembangkan Klub kalian di sekolah ini."
Namun, Perdi senang dan mengatakan terimakasih saja kepada Lucky. Lalu pergi memasuki kelas meninggalkan Lucky di depan kelas.
Tanpa terasa, istirahat pertama datang. Seluruh siswa antusias dan langsung pergi meninggalkan kelas. Perdi di mampiri oleh teman Klubnya ketika dia masih mengerjakan tugas. Namun, kedatangan mereka malah membuat Perdi teringat ucapan Lucky.
"Teman-teman, kalian tau nga?"
"Apaan?" Ketus Fauzan.
"OSIS bakal ngadain event yang khusus untuk menyelamatkan kita!"
"Khemm" batuk terkejut semua temannya.
Mereka tampak senang dan langsung menggandeng leher melingkar satu sama lain.
"Panggilan untuk Ketua Eskul Seni dan Olahraga. Ditunggu di depan ruang guru sekarang juga." Ucapan Pak Yayan yang ia katakan dua kali.
Perdi langsung melepaskan pelukan temannya dan langsung berpamitan dengan teman-temannya. Tentu saja Perdi tau apa yang akan di bahas. Namun, dirinya mencoba untuk tetap datang agar tidak di pandang buruk oleh eskul lain.
Jam pelajaran terus berlalu. Di perpustakaan, terlihat Perdi yang sedang memilih buku dan tidak sengaja mengambil buku yang di ambil oleh siswa lain. Dan ternyata itu Laras. "Heh?" Terkejut Perdi dan Laras secara bersamaan.
"Kamu suka baca buku Inggris?" Tanya Perdi kepada Laras. Sambil terus menatap mata Laras yang di halangi oleh rak buku.
"Eh iyah, aku terkejut baru tau kalau kamu suka buku Inggris..." Tentu saja Perdi terkejut, dirinya merasa ada yang aneh dengan ucapan Laras. Karena dirinya merasa ucapan Laras seakan mengenal Perdi, padahal dirinya tidak pernah kenal dengan Laras.
"Maksud kamu? Emang kamu tau sesuatu tentang aku?" Perdi menatap bingung. Namun, Laras merasa malu karena salah ucapan, dirinya langsung pergi keluar perpustakaan meninggalkan Perdi yang terdiam paku menatapnya.
Istirahat ke dua berlalu dengan cepat. Tampak pelajaran selanjutnya yang di hadapi oleh IX-2 IPA adalah Bahasa Inggris. Tetapi, di kelas tersebut banyak Siswa yang menyukai malah jago dalam bahasa Inggris, maka dari itu banyak siswa yang menunggu guru bahkan meminta Kaori untuk memanggil guru.
Bu Nunung datang dengan riangnya, dirinya seakan tidak sabar untuk memulai pelajarannya dan langsung meminta siswa yang sudah siap untuk tampil ke depan kelas membacakan Story telling yang telah di rencanakan sebelumnya. Mutia dan Cla langsung mengangkat tangannya bahkan Cla dengan berani mengatakan untuk Bu Nunung memilih siswa yang paling bagus di antara mereka berdua.
Clavinofa memulai terlebih dahulu untuk Story telling dengan menceritakan tentang sebuah kerajaan dengan pangeran yang di kutuk menjadi hewan menjijikan. Sedangkan Mutia menceritakan cerita tentang putri yang tertidur dan hanya terbangun bila dirinya mendapatkan ciuman dari pangeran.
Bu Nunung menghentikan dan menunda siswa lain untuk tampil karena Clavinofa memintanya untuk menilai terlebih dahulu siapa yang paling baik antaranya dan Mutia. Bu Nunung membicarakannya dengan mengunakan bahasa Inggris. Dan dirinya mengatakan Clavinofa lebih baik dari Mutia. Dan Bu Nunung mengatakan kekurangan Mutia dan Cla ketika bercerita.
Pelajaran berakhir dengan baik. Jam pulang sekolah bersenandung. Beberapa siswa bersemangat untuk pulang. Namun, Pak Yayan bersenandung mengunakan mic dan memberitahukan bahwa hari Jumat akan ada acara POS. Pameran Olahraga Seni. Seluruh siswa menjerit riang tidak sabar. Namun, ketika Mutia senang saat dirinya bersama Karisya Laras, Anjani dan Kaori. Clavinofa datang. "What... What... What! Ada aroma kekalahan nih!"
"Mau Lo apa?" Ketus Mutia.
"Aku mau sesuatu dari Laras sih... Kalau dia bersedia mengantikanmu!" Jawabnya.
"Apa mau kamu?" Ketus Laras.
"Jauhin Perdi, jangan dekat-dekat sama dia. Kalau kamu melangar aku yakin kamu paham apa yang akan aku lakukan ke kamu... Bahkan jauh lebih dari yang pernah aku lakukan ke kamu!" Cla langsung pergi setelah mengatakan itu. Diikuti oleh gengnya.
"Dia pernah ngelakuin apa?" Tanya Kaori yang mencermati perkataan Cla.
"Eh? Gaada." Laras langsung pergi meninggalkan semuanya.
Saat pulang sekolah, ternyata Cla tidak berkumpul dengan temannya. Melainkan langsung pulang. Saat hendak pulang, dan berada di gerbang. Cla di hampiri oleh Catherine.
"Cla!"
"Catherine? What?" Responnya.
"Besok kita tampil dance, dan aku mau malam ini kita latihan di tempat biasa, dan siapkan tampilan apa yang akan kita pamerkan besok. Paham?" Ketusnya. Cla merespon dengan agukkan kepala, dan Catherine pergi meninggalkannya.
Saat pulang, Cla langsung menganti baju dan menghampiri orang tuanya yang sedang makan siang. Cla mengambil makanan dan menatap Ayahnya.
"Pah?" Ucap pelan dengan segan-segan.
"Iyah?" Responnya dan lanjut makan dengan santai.
"Besok sekolah Cla ada acara, Papah mau datang?"
"Boleh, besok kita berangkat sekolah bareng oke? Papah juga ingin sekali ketemu dengan teman kamu yang peringkat satu kemarin itu, Papah ingin menanyakan tips dia belajar. Jadi kamu bisa belajar tips dari dia!"
Treng... Tanpa sengaja Cla menjatuhkan sendoknya sehingga berbunyi karena jatuh tepat di atas piringnya. Tanpa membuka suara, Clavinofa pergi meninggalkan orang tuanya dan pergi ke kamar.
Di malam hari, tampak Anjani sedang istirahat di kamarnya. Tiba-tiba terdapat ketukan pintu di depan rumahnya. Anjani dengan tubuh yang memaksakan bangun langsung menuju depan dengan mengatakan "Sebentar..."
Saat Anjani membukakan pintu, ternyata itu adalah Mutia. "Hai Anjani!!!" Dengan riang menyapa.
"Mutia? Kamu tau rumah aku dari mana?" Tanya Anjani.
"Boleh aku masuk?"
"Oh, iya..." Anjani pun mengijinkan Mutia untuk masuk.
Mutia dan Anjani duduk di kursi yang ada di ruang tamu. "Maaf Anjani aku datang tiba-tiba. Aku cuma ingin menyampaikan kalau handphone kamu mungkin bisa pulih lima sampai tujuh hari lagi."
Tampak muka Anjani kecewa, dirinya tidak tau seberapa lama lagi dia bisa membantu temannya. Namun, Anjani mendapatkan pikiran. "Kalau kamu memberikanku handphone baru, apa data yang ada di handphone rusak aku bisa di ambil?"
"Sebenarnya aku bisa aja meminta orang melakukan itu, meskipun memakan banyak uang, aku juga gatau seberapa lama itu bisa. Kalau mau besok aku antar kamu ya?"
"Kita bolos sekolah!" Anjani langsung melemparkan kata-kata yang tidak masuk akal.
"Hah?" Mutia sedikit terkejut. Mutia memikirkan hal itu sekejap. "Kalau aku pasti ga bisa ya... Tapi aku punya ide! Kamu bisa bolos dan pergi dengan sepupu aku. Dia namanya Raka, it's okay walaupun dia selalu bolos tapi orangnya baik kok! Aku bakal minta dia temenin kamu besok dan antarin kamu kemanapun kamu mau. Oke?" Anjani merespon dengan agukkan kepala, lalu tidak lama mereka mengobrol Mutia pamit pulang.
Hari yang sangat melelahkan berlalu. Dan hari esok tiba. Hari dimana sekolah mengadakan POS. Terlihat sekolah mengijinkan siswa tidak memakai seragam, dan bahkan No Pack Pack Day. Ada yang membawa boneka ransel dan sebagainya. Bahkan kandang kucing.
Tentu saja, hari ini tidak ada mata pelajaran, dan siswa bebas menonton pameran yang diadakan sekolah. Tetapi, tidak di ijinkan keluar sekolah kecuali keperluan tampil dan urusan mendesak.
Lapangan di persiapkan dengan baik oleh OSIS, tentu juga aula. Tampak brosur yang besar di ikat erat di tembok besar. Seperti yang telah di sampaikan, pameran olahraga di adakan di lapangan dan pameran seni di aula. Acara di mulai pada pukul delapan. Dan siswa siswa sibuk berkumpul, OSIS sibuk mempersiapkan acara, dan eskul seni olahraga sibuk menyiapkan tampilan.
Namun, karena sekolah mengadakan pesta, Orang tua siswa diperbolehkan datang. Maka dari itu Pak Deni, ayahnya Cla antusias datang dengan permohonan dari Cla.
Di lapangan, ketika para OSIS menyiapkan barang untuk tampilan, tampak Laras yang sedang kebingungan untuk membantu. Tetapi, Perdi datang menghampirinya. "Hai?"
Laras terkejut dan langsung melihat ke belakang. "Eh, iyah ada apa?" Sambil menahan salting Laras mencoba untuk menenangkan dirinya.
Tetapi, di pertengahan itu, Cla yang baru sampai melihat Laras yang tampak dekat dengan Perdi. "Laras berani-beraninya melanggar peraturan yang udah di ucapkan ke aku! Benar-benar!!!" Ketika Cla akan menghampirinya, Kerryn menahan dan menenangkan Cla.
"Cla, tahan! Mending kamu ke ruang tunggu dan menemui Catherine dari pada dia ngamuk-ngamuk lagi!" Dan ternyata, kerryn berhasil dan membuat Cla merenungkan niatnya.
"Hemmm, benar kata kamu. Tapi liat aja, pulang sekolah aku bakal kasih dia pelajaran lebih besar dari apa yang udah dia perbuat ke aku!" Dengan amarah dan langsung pergi meninggalkan lapangan.
"Sepulang acara ini, kamu mau kan pergi ke toko buku bareng aku?"
"What??"
Kaget Laras, tentu saja dirinya tidak menyangka kalau Perdi akan mengajaknya date.
"Eh maaf, anggap aja ini sebagai tanda terimakasih aku karena kamu mau mengalah untuk aku meminjam buku kemarin, pas di perpustakaan."
Laras benar-benar menahan untuk menari-nari tidak jelas karena di buat gugup oleh Perdi. Dan langsung menganggukkan kepala karena tidak bisa membuka mulut.
"Oke, tunggu aku di gerbang sepulang sekolah ya?" Perdi langsung pergi meninggalkan Laras.
Saat Perdi membalikan badan Laras langsung loncat loncat kegirangan. Untungnya Perdi tidak dengar dan tidak menyadarinya.
Cla yang datang melihat semua sudah bersiap-siap, tampak dialah yang terakhir baru sampai. Catherine yang tampak menghampirinya dengan wajah marah. "Cla! Kamu ga lihat jam? Kamu baca grup gak sih? Kita datang jam enam dan latihan dulu. Kamu jam segini baru datang?" Dan Cla hanya bisa diam tampa melawan.
"Udah lah Catherine, dari pada kamu marah-marah mending minta dia ganti baju cepat dan latihan. Yang pertama tampil itu kita loh?" Ucap indah berniat menangkan Catherine.
"Agh, iya udah cepat!" Catherine hanya bisa menuruti Indah dan meminta Cla untuk cepat ganti baju dan make up.
Perdi berjalan menuju Ruang Musik. Dan tampak teman-teman Club-nya sedang berlatih. "Per? Dari mana?" Tanya Fauzan.
"Hemmm? Ada yang harus Aku tanyain ke OSIS tadi." Jawabnya.
Teman Club-nya percaya dan memutuskan untuk lanjut berlatih.
Akhirnya acara di mulai. Namun, Pak Deni tidak antusias untuk melihat Cla Dance. Melainkan mencari keberadaan Laras. Ketika Pak Deni melihat Laras yang tampak sedang berjalan menuju aula. Akhirnya Pak Deni langsung berjalan mengikuti Laras. Dan tanpa di sadar melihat Cla sedang Dance.
Ketika Cla sedang Dance. Dia melihat Pak Deni menyaksikannya. Dengan senang Cla menjadi bersemangat dan fokus untuk menampilkan yang terbaik. Namun, ketika Laras beranjak untuk pergi. Pak Deni sontak mengikuti Laras keluar aula. Hal itu membuat Cla gagal fokus dan berhenti secara tiba-tiba. "CLAAA!!!" Kesal Catherine tanpa berhenti menari. Cla langsung kembali fokus dengan dance nya dan untungnya dia bisa kembali menyamakan gerakan.
"Laras..." Teriak Pak Deni. Dan Laras sontak berhenti untuk berbalik badan.
"Iyah Om?" Tanya Laras. Namun, ketika Pak Deni membuka mulut, Lucky memanggil Laras.
"Laras!" Teriak Lucky.
Laras berbalik melihat arah Lucky, dan meminta ijin kepada Pak Deni untuk pergi. "Maaf Om..." Dan Laras pergi meninggalkannya.
"Sepertinya Laras sedang sibuk sekali, lebih baik saya menemuinya selesai acara saja. Dan sekarang lebih baik saya melihat penampilan Clavinofa." Ucapnya dalam hati.
Namun, di tempat lain. Ketika Cla selesai memainkan Dance, pertunjukan dari eskul lain pun akan segera di mulai. Cla yang melihat aula tampak tidak ada Ayahnya pun kesal, tetapi kesalnya di selimuti dengan sedihnya. Dengan berjalan dan menahan tangisnya, Cla pergi menuju toilet.
Namun, saat dirinya sampai. Cla sudah tidak ada di aula. Dan Pak Deni pun menanyakan keberadaan Cla kepada teman Dance nya. "Cla dimana yah?"
"Oh, Om..." Indah mencium tangan Pak Deni. Setelahnya menjawab pertanyaan Pak Deni. "Cla tadi ke toilet Om."
"Oh begitu ya? Yasudah deh, terimakasih ya." Pak Deni langsung pergi menuju lapangan.
Di toilet. Cla menutup rapat pintu dan membuka keran agar suara tangisnya tidak terdengar siapapun. Cla sangat nyaring menangis tanpa ingin berhenti.
"Kenapa sih Papah lebih peduli sama Laras. Padahal Cla baru kalah sekali... Baru kali ini saja." Cla masih terus menangis.
Slide langsung berganti. Memperlihatkan Karisya Adzra dan Anjani sedang berjalan di kantin. Namun, Anjani yang ingin segera pergi keluar sekolah tidak bisa meminta mereka pergi begitu saja. Hal itu membuat Anjani berpikir untuk memanfaatkan kantin yang penuh. Dan dia pergi tanpa di sadari karisya dan Adzra dengan melewati lorong depan ruang eskul.
Setelah itu, Anjani yang ingin keluar dari sekolah terpaksa harus menghadapi Pak Dadang. Tampak Pak Dadang tidak bisa mengijinkan Anjani keluar. Hal itu mempersulit Anjani untuk pergi.
Tetapi, Mutia datang dan langsung menghampiri Pak Dadang. Dirinya menghampiri Pak Dadang dan meminta Pak Dadang untuk masuk ke piket dan menanyakan tentang ijin Anjani. Anjani tampak tidak paham maksudnya, namun Anjani sepertinya harus menuruti apa yang di rencanakan Mutia.
"Oke kalau misalnya Anjani emang berniat menjenguk saudaranya yang sakit, terus dia pergi dengan siapa?" Mutia langsung menunjuk ke arah Raka yang sedang diluar.
Raka mengabaikan tangan lalu Mutia mengode Anjani untuk keluar. Anjani pun keluar dan menaiki motor yang sedang di naiki Raka, dan pergi meninggalkan sekolah.
"MUTIA!" Teriak Kerryn yang sedang berjalan bertiga dengan Satria dan Erlangga.
Tentu saja Mutia langsung terkejut dengan teriakan tiba-tiba itu. "Apa sih?" Kesalnya.
"Kamu lagi apa disini?" Tanya lantang dengan tatapan penuh ancaman.
"Emangnya kenapa kalau aku disini?" Sombongnya.
"Kalau kamu macam-macam... Jangan harap kamu bisa sekolah tenang disini!" Kerryn langsung pergi meninggalkan Mutia.
Acara terus berjalan dengan lancar. Tampak penampilan olahraga yang terus berisik dengan teriakan penonton, dan acara pentas Seni yang terus berirama.
Dengan acara yang terus berjalan, Anjani dan Raka terus berusaha menyalin data handphone Anjani yang rusak. Sehingga akhirnya data berhasil di salin. Anjani dan Raka langsung senang dan pokus dalam rencana selanjutnya.
"Raka... Hack WhatsApp Lucky. Ketua OSIS dan share video ini ke semua group sekolah yang dia punya." Ucap Anjani bersemangat.
"Oh, oke oke." Raka mengambil laptop dan menuruti keinginan Anjani.
Dengan acara yang akan berakhir. Tiba-tiba beberapa siswa sadar dengan pesan yang Lucky kirim di grup. Lalu tiba-tiba Nailah datang menghampiri Lucky.
"Lucky!" Teriaknya.
"Iyah kenapa Nailah?" Jawabnya.
"Kenapa kamu share tanpa seijin yang lain? Maksud kamu apa share publis? Kita kan bisa diskusi ini tanpa harus mengetahuan siswa lain?"
"Bentar, maksud kamu apa sih?" Lucky belum sadar apa yang di maksud Nailah.
"Kamu lihat handphone kamu, dan lihat apa yang udah kamu share!" Nailah tampak emosi.
"Bentar." Lucky mengambil handphone dari saku, dan melihat apa yang Nailah maksud. Dan tampak dirinya terkejut apa yang ia share.
"Nailah, sumpah aku tidak tau kenapa aku share video ini. Dan sumpah aku ga pernah punya video ini." Lucky panik.
"Sepertinya ada yang hack kamu. Aku tau dia baik memberikan informasi bullying, tapi cara dia untuk publis ini semua salah. Pokoknya kamu hapus dulu semuanya sebelum terlambat." Lucky pun menghapus video dari semua grup.
Namun, Kerryn tampak sedang melihat video itu. "Gays, lihat deh. Video ini kok bisa ada?" Tanya dia kepada Satria dan Erlangga.
"Sial, gawat!" Respon Satria ketika telah melihat video itu bersama dengan Kerryn dan Erlangga. Mereka pun langsung pergi menuju aula dan mencari Clavinofa.
Ketika Kerryn sudah menemukan Cla yang sedang berjalan menuju toilet. Kerryn langsung berteriak. "CLAA STOPP!!"
Cla sontak berhenti dan melihat ke belakang, lalu menatap Kerryn yang berjalan menghampirinya lalu dengan tergesa-gesa mengambil handphone dari saku. "Kamu harus lihat ini Cla. Namun tampak Erlangga dan Satria tidak mengikuti Kerryn karena memasuki toilet perempuan. "Kita ke kantin deh ya." Teriak Erlangga mengajak Satria pergi.
"Lihat apa sih?" Tanya Cla.
Kerryn pun melihatkan video yang sempat di hapus namun di share lagi oleh orang ke orang. Lalu, ketika Cla melihat video itu. Dirinya terkejut karena berisikan dia yang sedang menindas Laras. "What?"
Cla dengan emosi di campur sedih merasa bahwa dirinya sedang di timbang kekalahan. Cla tiba-tiba ambruh berlutut di tempat.
"Dari sekian lamanya, bertahun tahun aku menang. Dan selalu menjadi peringkat satu. Sekarang harus merasakan kekalahan yang diujung tanduk. Dimana aku tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini."
Lalu, di tempat lain. Anjani yang sedang memutar video itu dengan tertera bahwa dirinya sukses mempublisnya. Dirinya merasa lega.
Di waktu bersamaan. Anjani dan Cla mengatakan "Kau kalah, Cla."
"Aku kalah."
"Kamu selalu bertingkah seakan berdiri tegak di sindangsana raja. Dan tak pernah berpikir bahwa kamu akan jatuh di waktu yang tak terduga. Kini, aku orang yang berdiri tepat selalu di belakang kamu, menatap kamu yang selalu tersenyum didepan, di atas orang orang lemah sepertiku berdiri." Ungkap isi hati Anjani.
"Kau kalah, Cla."
...
Di sekolah. Tampak Club Musik yang sudah siap untuk menampilkan penampilannya kini berseruh tentang video itu. Tampak Fauzan yang berlari menghampiri teman-temannya yang sedang menyiapkan barang di aula. Sontak berteriak. "Gays."
Setelah sampai di depan teman-temannya. Fauzan menarik napas terlebih dahulu. "Ini penampilan kita bakal berantakan gak sih gays?" Semuanya pokus memperhatikan Fauzan.
"Berantakan kenapa?" Tanya Perdi.
"Seluruh siswa lagi berkeruh membahas video yang lagi viral itu. Aku yakin kita tampil pasti di campakkan."
"Lebih bagus gak sih? Kalau kita berhasil mengalih perhatian, dan membuat suasana berpaling ke kita. Aku yakin pihak sekolah akan menilai kita plus." Positif Perdi.
Teman-temannya saling menatap dan mempercayai apa yang Perdi ucapkan. Lalu, ketika Perdi melihat Pak Yayan datang, dirinya langsung bersemangat untuk memulai penampilannya.
Karena lagunya langsung dan keras. Sontak siswa-siswa yang sedang berbincang tentang video itu, dan sedang menonton pameran olahraga, bahkan siswa yang sedang menampilkan bermain basket sekalipun terhenti mendengar musik yang di main kan Club musik. Tampak seluruh siswa bahkan guru menikmati lagu tersebut. Bahkan Pak Yayan tanpa sadar sedikit tersenyum dan tertawa melihatnya. Lucky, dan seluruh Big-Five yang tanpa sengaja sedang berada di aula, ketika melihat Pak Yayan menikmatinya mulai tersenyum luluh. Tentu saja Lucky berpikir mungkin saja Club Musik dapat bertahan karena ini.
Setelah itu. Acara yang di tutupi Pameran Basket dan Pameran Musik akhirnya selesai. Seluruh siswa heboh karena akan pulang. Namun, terdapat pengumuman yang memanggil Ketua kelas dan Cla.
"Perhatian. Panggilan kepada seluruh ketua kelas. Di tunggu di ruang Workshop sekarang juga." Hal itu di ulang dua kali oleh Pak Yayan. Lalu, setelah itu Pak Yayan mengucapkan pengumuman berbeda kembali.
"Dan di tunjukkan kepada Clavinofa kelas tujuh D di tunggu di ruang kesiswaan sekarang juga." Dengan sama, di ucapkan dua kali.
Cla yang lagi menangis di toilet dengan pelukan dari Kerryn, ketika mendengar panggilan suara tersebut. Cla berdiri dan menghapus air matanya. Dirinya tetap memegang lengan Kerryn dan berjalan menuju ruang BK.
Setelah sampai dekat ruang BK. Kerryn melepaskan pegangan tangan Cla dan meminta Cla untuk berjalan sendiri memasuki ruang BK. "It's okay semuanya akan baik-baik saja."
Cla menganggukkan kepala dan memulai melangkah memasuki ruangan. Ketika Cla baru memasuki ruangan, tampak Pak Deni sudah berada di dalam dan menatap Cla yang sedang bergemetar dengan dia yang sambil duduk di kursi.
Cla hanya bisa menunduk dan tidak ingin menatap Ayahnya serta guru kesiswaan. Tidak ada yang dirinya dengarkan. Dia hanya merasakan ke heningan dan tidak ingin tau. "Entah mengapa aku tidak ingin mendengar apapun. Apa yang mereka bicarakan atau mereka ungkapkan. Diriku merasa teringaku menolak suara apapun kecuali angin. Sehingga pada akhirnya aku mendengar kata "dipulangkan" dan menderung berkali-kali." Setelah Cla mendengar ucapan itu. Tampak pembicaraan telah selesai.
Cla dan Pak Deni keluar dari ruangan. Pak Deni memberikan wajah marah tak ingin menahan. "Kamu benar-benar udah bikin Papah kecewa, Cla!"
"Pah, Cla bisa jelasin..."
"Jelasin Apa?"
"PAH!!!"
Cla tampak emosi. Dirinya seakan mulai membuka hatinya dan berbicara lantang kepada Ayahnya.
"Papah tau gak kalau semua yang aku lakukan adalah bentuk sayang aku ke Papah. Tapi Papah gak pernah ngertiin Cla... Bahkan kayaknya Papah gak peduli sama Cla!" Mata Cla memerah dan mulai mengeluarkan air mata. Namun, emosi Cla tak kunjung berhenti.
"Aku selalu mencari cara untuk membahagiain Papah, menjaga mental Papah dan terus memaksa diri Cla untuk menyukai sesuatu yang Papah sukai. Bahkan sampai aku lupa kalau aku punya kebahagiaan aku sendiri Pah..."
Cla berhenti, seakan mulutnya tidak bisa bicara lagi. "Udah cukup Pah... Mulai sekarang Cla gaakan melakukan sesuatu yang Papah inginkan... Cla akan mencoba untuk melakukan yang Cla sukai sekarang."
Cla tidak ingin mendengar jawaban dari Ayahnya. Setelah mengatakan isi hatinya, Cla pergi meninggalkan Papahnya dengan isi hati yang sakit.
Pak Deni hanya terdiam paku. Dia seakan di penuhi paku yang tertancap di sekitarnya dan meminta dia untuk diam tak bergerak. Namun, Pak Deni hanya berjalan menuju gerbang sekolah dengan pikiran kosong.
Di ruang Musik. Club Musik yang berhasil mencairkan suasana sedang membereskan peralatan Musiknya. Lalu, Lucky dan Wakil OSIS berjalan menuju mereka. "Perfek!" Ketusnya.
Perdi yang awalnya pokus membereskan alat Musik, akhirnya memalingkan pandangan dan melihat Lucky. "Makasih." Jawab Perdi.
"Kalian hebat bisa memutar lagu di tengah-tengah kekacauan Video itu. Sebelumnya kami terimakasih karena kalian, siswa-siswi mungkin sudah ada yang melupakan sejenak video itu dan pokus dalam acara ini."
"Gak gratis loh?" Perdi berdiri dari duduknya. "Dengan catatan kalian gaakan menandatangani surat pemberhentian Club Musik kami."
"Kami janji." Ketus Lucky. Setelah itu, Lucky dan Wakilnya pergi meninggalkan Ruang Musik.
Di tempat lain. Pak Deni tampak sedang berjalan dengan pikiran kosong. Tiba-tiba, Laras datang memanggil Pak Deni. "Om!!"
Pak Deni pun berhenti dan memalingkan wajah. "Oh, Laras..." Jawabnya.
"Iyah Om, Saya Laras." Ungkapnya dengan mencium tangan Pak Deni. "Untuk tadi, ada apa yah Om?"
Pak Deni merenung, lalu Laras memperlihatkan tangga untuk di duduki.
"Soal anak saya... Sebelumnya saya sangat meminta maaf atas apa yang telah dia lakukan ke kamu Ras, saya merasa saya salah mendidik anak saya. Sehingga dirinya bisa membuat sejauh ini. Dan saya harap kamu bisa memaafkan apa yang sudah anak saya lakukan ke kamu. Dia baru saja di keluarkan dari sekolah." Laras langsung terkejut mendengarnya. Tampak Laras baru mengetahuinya.
"Kamu baru mengetahuinya? Saya pikir semua siswa melihat videonya. Karena kesiswaan mengatakan bahwa video itu telah tersebar."
Laras terdiam, dirinya tidak bisa berbohong bahwa ia baik-baik saja atas apa yang sudah Cla perbuat kepadanya.
"Saya tidak ingin membohongi Bapak, tapi saya memang merasa kalau Cla berubah Pak. Saya merasa tidak mengenalinya, saya merasa dia seperti memaksakan diri untuk menjadi seseorang yang tidak saya kenal." Laras membenarkan kacamatanya.
"Om... Manusia memiliki dua pilihan hidup. Untuk melakukan apa yang dirinya inginkan, atau melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan untuk orang lain. Dan Cla memutuskan untuk melakukan apa yang Ayahnya inginkan, tanpa dia sadar dia tidak peduli dengan sesuatu yang dia inginkan. Om, Cla sudah melakukan hal lebih jauh dari apa yang dia bisa. Karena Cla ingin Om bahagia dengan apa yang udah Cla lakukan. Jika Om sayang sama Cla. Om tidak usah meminta Cla melakukan sesuatu yang Om inginkan. Cukup meminta Cla untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan dan Laras yakin Cla hanya butuh Om sebagai suporter, bukan contoh. Contoh yang harus dia tiru." Laras berhenti sejenak. Dirinya melihat Pak Deni yang hanya bisa terdiam paku. Namun, Laras melihat Perdi sudah menunggunya di depan gerbang.
"Laras duluan yah Om?" Laras mencium tangan Pak Deni dan pergi meninggalkannya. Lalu, Laras dan Perdi pergi ke toko buku sesuai janji.
Singkat cerita. Pak Deni mulai mencoba untuk tidak memperdulikan trauma yang ia alami di masalalu, dan mencoba untuk membiarkan Cla melakukan apa yang dia inginkan. Dan Cla harus masuk ke SMA swasta. Dimana dia bisa masuk tanpa harus tertinggal pelajaran jauh. Pindahnya dia sekolah tidak membuat dirinya tidak berkomunikasi dengan teman lamanya di SMA. Bahkan dia sering ketemu dengan Laras, dan tampak mereka menjadi sangat akrab.
~ Selesai ~