Flash
Disukai
8
Dilihat
10,678
MIMPI
Horor

Aku berdiri menatap dinding beton lalu memanjatinya karena merasa sesuatu dibaliknya adalah hal yang aku sukai. Pikirku sesuatu yang benar-benar kusukai bakal terpampang di sana, TERNYATA HANYA RUMAHKU!

Papa dan mama sedang ngeteh di teras, jadi aku berniat bergabung. Kuhampiri mereka namun tiba-tiba tubuhku tersungkur dan jatuh ke dalam air. Kulihat mereka tak terpengaruh dengan keberadaanku, mengobrol dengan tenang seolah tak melihat ada orang yang jatuh ke danau?

Danau? Sejak kapan ada danau di halaman belakang rumahku?

Aku mencoba melangkah tetapi kakiku tak menemukan pijakan dibawah sana. Aku berenang. Tetapi semakin bergerak maju malah mereka semakin jauh, padahal dipikir-pikir, posisi mereka tepat di depan. Sangat dekat, nampak hanya sepuluh langkah dariku. Tenaga mulai terkuras, penglihatan mulai berputar.

Mendadak sesuatu dibawah sana menarik tubuhku dan menenggelamkanku. Paru-paruku terasa menyempit, aku tercekik, lambat laun menghilangkan kesadaranku.

Disisa terakhir kesadaran, aku berupaya membuka mata ... kudapati diriku terduduk di sebuah kursi bambu berwarna cokelat, tubuhku kering dan ada secangkir teh digenggamanku. Bola mataku bergerak kesana kemari merasa linglung. Papa duduk di sebelah kanan dan mama di sebelah kiriku. Kakakku sedang rebahan di atas karpet bulu sambil mengarahkan remote ke TV dan adikku, dia duduk di samping kakakku sambil menyelupkan biskuitnya kedalam susu.

Sembari menyeruput teh, mataku memperhatikan kakakku. Sejak tadi memencet tombol ganti diremote tetapi layar televisi tidak menunjukkan perubahan, tetap kelabu bersemut.

Ugh! Ada yang janggal, perasaanku tidak enak ... kutengok papa, dia balik memandangku dengan senyuman. Mataku beralih pada saudara-saudaraku. Mereka juga sama, menatapku. Dahiku mengkerut, udara dingin mendadak menyelubungi dan membuatku menggigil. Mereka semua ternyata kompak menatapku.

"Ada ap ... "

"Tuangkan teh ke gelas mama dong," pinta mama lembut sambil menangkup cangkir. Aku lupa mama masih disampingku. Tanganku bergerak sendiri meraih teko di atas meja dan menuangkan teh ke dalam gelas mama.

Mendadak listrik padam, tetapi menyala dalam detik ketiga.

Mataku membulat hingga urat-uratnya terasa perih. Pemandangan yang kulihat ... kakak dan adikku terbujur kaku dengan posisi kaki mencuat ke arah berlawanan, tubuh mereka seperti patah dua. Disisi lain, Papa, dia terlihat normal hanya sedetik setelah kusadari ususnya menggantung di perut. Aku terperanjat sampai tubuhku melompat dari kursi, lalu mama ...

Hanya ada kepala di kursinya. Kepala yang sedang tersenyum dengan mulut robek sampai telinga.

Andai petir tidak menyambar, mungkin aku masih meraung-raung di dalam sana. Terjebak dalam ketakutan alam bawah sadar. Mimpi macam apa itu? Kehilangan adalah hal yang paling aku takutkan terutama kehilangan keluarga dengan cara tragis seperti itu, aku sangat mencintai mereka. Jadi, kumohon Tuhan untuk tidak mendatangkan mimpi seperti itu lagi.

Kutoleh jendela, hujan di luar sana memporak-porandakan pepohonan, angin sedang mengamuk. Aku meringis, bajuku basah oleh keringat.

Usai berganti pakaian, minat tidurku hilang melihat kasur. Keluar dari kamar, kudapati papa duduk di atas karpet bulu sambil bersandar di kaki sofa. Papa sedang menonton film laga. Dia heran saat kuhampiri "Kenapa belum tidur?"

"Nightmare," kulempar bantalku ke karpet, "Aku tidur sini ya, sama papa."

"Sini," papa menaruh bantalku di sebelahnya, "Tidur sini, kalau sama papa pasti aman. Para setan pasti bakal takut masuk lagi ke mimpimu."

Tanpa berkata, aku membuang diri disampingnya. Kutaruh sebelah tangannya dikepalaku. Papa menggerakkan jemarinya mengelus-elus rambut dan pipiku, telapaknya cukup besar untuk menghangatkan sebagian wajahku. Sesekali iseng memasukkan jari telunjuknya ke lubang telingaku.

"Pa!" rutukku ketus, papa hanya terkekeh.

Kupeluk perut buncitnya dan kembali tertidur. Nyaman.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)