Masukan nama pengguna
Panas terik matahari yang mulai menaik menandakan pagi yang akan berganti menjadi siang. Kicauan burung yang sangat merdu membuat seorang gadis muda merasa nyaman. Ia menyeruput teh nya yang masih hangat, sembari memandangi burung burung yang berterbangan. Berada di kafe ini dengan tempat duduk pojok kiri adalah hal terbaik, ketika ia sedang merindukan seseorang.
Gadis bernama lengkap Abinaya Lyan itu kini berusia 25 tahun, waktu yang pas untuk dirinya melepas masa lajangnya. Namun, ia tidak terlalu memusingkan untuk hal itu. Baginya, karir lebih penting.
Masa kecil seorang Abinaya Lyan tidaklah menyenangkan. Ia diasuh dan dibesarkan oleh neneknya sendiri. Entahlah, Lyan tidak tahu menau tentang keberadaan kedua orang tuanya. Neneknya tak pernah mau menceritakannya. Lyan juga sudah bosan menanyakan pertanyaan itu berulang kali dengan tanggapan yang sama. Neneknya selalu berpura pura sibuk melakukan sesuatu atau terkadang malah mengalihkan pembicaraan.
Hanya diasuh oleh neneknya juga merupakan masalah bagi seorang Lyan kecil. Ia diejek oleh teman temannya semasa SD. Namun Lyan kecil adalah sosok yang tegar, ia selalu berusaha tidak memperdulikan omongan jahat teman temannya yang seringkali melukai hatinya. Lyan kecil adalah sosok yang pemberani dan selalu membantu. Pernah sepulang sekolah, Lyan melihat temannya menangis. Ketika Lyan tanya, ternyata temannya itu kehilangan uang dan tidak ada ongkos untuk pulang. Lyan merasa iba, ia pun merogoh sakunya dan memberikan selembar uang berwarna abu abu. Ia pun bertanya kepada temannya, apakah uang itu cukup untuk ongkos pulangnya atau tidak, lalu temannya itu mengangguk menerimanya dan berterima kasih kepada Lyan. Lyan pun merasa senang bisa membantu temannya itu. Lyan memberi bukan berarti Lyan mempunyai uang banyak, Lyan memberi karena Lyan punya.
Ketika Lyan duduk di bangku SMP, Lyan menjadi seorang gadis cantik dengan rambut panjangnya yang berwarna cokelat tua. Banyak anak cowok yang menyukai seorang Lyan remaja, tetapi saat itu Lyan masih polos. Lyan yang beranjak remaja hanya tahu pelajaran matematika di SMP lebih sulit dibanding matematika di SD.
Semasa SMP, Lyan kembali lagi merasakan yang namanya diejek. Bahkan sepertinya masa SMP lebih kejam dibanding masa Sdnya. Tidak jarang, ia dikatai anak haram, anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya, anak buangan. Sungguh Lyan ingin menangis saat itu juga. Tetapi bukan Lyan namanya jika ia nangis saat itu juga. Lyan adalah sosok yang kuat. Walaupun dalam hatinya ia ingin sekali menangis. Namun, hal ini berubah ketika ia bertemu dan mengenal Baswara.
Pada saat SMA, Lyan memilih sekolah yang lumayan jauh dari rumah. Walaupun berat baginya meninggalkan neneknya seorang diri. Tetapi neneknya lah yang menyuruh Lyan untuk pindah. Menurut nenek, Lyan akan jauh lebih baik bila ia pindah.
Setelah lulus SMA, Lyan mendapatkan bantuan biaya kuliah di universitas impian Lyan. Katanya ada yang membiayai kuliahnya sampai ia lulus. Lyan merasa tidak enak, tetapi tak ada yang mau memberitahu Lyan, siapa yang membiayainya. Masa perkuliahan Lyan cukup menyenangkan, juga menyedihkan.
Saat itu juga Lyan dan nenek pindah, agar memudahkannya untuk pergi kemana saja.
***
Lyan melihat kearah jarum jam ditangannya yang menandakan pukul 9 yang artinya ia harus pergi ke tempat kerjanya. Gadis itu menyeruput tegukan terakhir nya lalu bergegas keluar kafe. Kafe yang ia datangi itu adalah kafe milik ibunda Baswara. Sebelum Lyan benar benar keluar dari kafe, ia menyempatkan pamit kepada pegawai disana.
Hanya 15 menit waktu yang dibutuhkan Lyan untuk sampai pada tempat kerjanya. Semilir angin menyeka rambut panjangnya yang berwarna cokelat. Ia suka udara di kotanya, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin terkesan sejuk.
Setelah menekan angka yang tertera, pintu lift mulai menutup. Namun sebelum pintu lift itu benar benar tertutup, ada seorang pria yang menghalang. Pria itu segera memasuki lift dan meminta maaf kepada Lyan karena membuat Lyan tersentak. Lyan merasa baru melihat pria itu di gedung ini, ada beberapa kemungkinan yang ada di pikiran Lyan. Pertama pria itu adalah pegawai baru, kedua pria itu ada keperluan di sini, atau memang Lyan yang tidak pernah bertemu dengannya. Ah mungkin memang Lyan yang tidak pernah melihatnya, tidak sedikit orang yang mempunyai urusan di sini. Lagipula untuk apa ia memikirkannya, orang bebas datang dan pergi.
Lyan memperhatikan pria itu, sampai ia tak sadar bahwa ternyata pria itu kembali melihatnya. Pria itu hanya tersenyum, dan seperti biasa Lyan membalas senyumnya. Pintu lift terbuka menandakan lantai yang Lyan tuju sudah sampai. Lyan terkejut ternyata pria tadi juga ikut keluar.
Karena tak mau berpikir panjang, Lyan langsung bergegas ke meja kerjanya untuk mengerjakan kerjaan yang harus ia selesaikan. Namun lagi lagi pria tadi menyita perhatian Lyan. Pria itu menempati meja kerja yang tepat berada di sebrang meja kerja Lyan. Memang meja kerja itu sudah lama tidak ada yang mengisi, dikarenakan orang yang dulu sempat mengisinya memilih pindah kerja, Lyan tidak tahu alasannya.
***
Setelah tiga jam berkutat dengan pekerjaannya, akhirnya jam istirahat pun tiba. Lyan segera membereskan meja kerjanya, lalu pergi ke rumah makan dekat kantor. Lyan selalu menanti nantikan jam istirahatnya, karena pada saat ini Lyan bisa merasakan enaknya ayam goreng rumahan yang bisa ia dapatkan di rumah makan dekat kantornya, juga sambalnya yang menjadi favorit Lyan.
Baru saja Lyan ingin menekan tombol lift, pria tadi sudah menekan tombolnya. Entahlah, menurut Lyan ini adalah peristiwa canggung yang membuat Lyan tidak nyaman dalam posisi ini. Untung lah pintu lift segera terbuka, ia dan pria tadi segera memasuki lift. Tidak seperti dugaan Lyan ternyata lift tidak terlalu penuh, padahal ini jam istirahat. Tiba tiba Lyan tersentak dengan sapaan pria tadi. Ternyata Pria tadi itu bernama Yuwa, nama yang cukup bagus pikirnya. Pria tadi baru saja memperkenalkannya, dan ternyata dia memang pegawai baru, jadi Lyan akan bertemu Yuwa setiap harinya.
Yuwa bertanya pada Lyan, mengapa Lyan menekan tombol lift pada lantai lobby, bukankah food court berada di lantai 2. Lyan berkata, bahwa Lyan lebih suka makan di luar kantor. Perkataan Lyan membuat seorang Yuwa Prasaja menjadi penasaran. Lantas ia meminta izin untuk ikut bersama Lyan. Lyan mengangguk. Lyan merasa baru kali ini ada orang yang tertarik ikut dengan Lyan, karena kebanyakan pegawai tidak terlalu suka makan di luar.
***
Rumah makan itu cukup dekat dengan kantor jadi tidak terlalu memakan banyak waktu. Baru saja Lyan membuka pintu rumah makan itu, aroma ayam goreng kesukaannya itu telah merasuki indra penciumannya. Lyan terlalu bahagia, hingga ia lupa bahwa kali ini ia membawa Yuwa. Lyan mengajak Yuwa untuk mencari tempat duduk yang pas, pilihan Lyan jatuh kepada tempat duduk paling ujung pojok kiri. Lyan meminta Yuwa untuk menempatkan tempat duduk mereka, dan Lyan yang memesan makanannya.
Tak lama setelah itu Lyan kembali, dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Lyan dan Yuwa mengobrol tentang pekerjaan. Menurut Lyan, Yuwa adalah sosok yang asik jika diajak ngobrol. Pembicaraan yang sangat asik harus terhenti ketika pesanan mereka telah datang. Diatas meja sudah tersedia 2 piring ayam goreng beserta teman temannya yang tidak lain adalah sayur dan sambal. Selain itu juga ada udang balado, makanan yang selalu Lyan pesan setiap ia datang kemari. Lyan bukan tipe seorang yang mudah bosan terhadap makanan.
Lyan menawarkan udang balado kepada Yuwa, tetapi Yuwa malah mengangkat tangannya sambil tersenyum lalu ia berkata bahwa ia tidak bisa memakan udang karena ia punya alergi. Lyan tersentak mendengar perkataan Yuwa. Pikiran Lyan langsung tertuju pada Baswara, entah ia sedang rindu atau apa, yang jelas ia teringat kenangan itu.
***
Seorang gadis SMP sedang mengayuh sepedanya dijalan pulang. Lalu dengan tiba tiba seorang anak laki laki menyusulnya. Kini posisi gadis itu berada di belakang anak laki laki itu. Gadis SMP itu adalah Lyan, Lyan menghentikan sepedanya ketika ia melihat laki laki itu sudah turun dari sepedanya. Lyan merasa penasaran dengan laki laki itu. Ketika Lyan mendekatinya, laki laki itu menoleh kearah Lyan sambil tersenyum. Laki laki itu bernama Baswara Madana, Lyan mengetahui setelah melihat name tag di seragamnya. Ternyata Baswara sering memperhatikan Lyan. Baswara suka dengan senyum Lyan, Baswara tahu dengan semua perkataan orang terhadap Lyan, Baswara tahu semua tentang Lyan, bahkan tentang orang tuanya. Baskara ingin Lyan merasakan hadirnya seorang Ibu, maka dari itu ia mengajak Lyan untuk ikut kerumahnya.
Sesampainya di rumah Baswara, Lyan merasa hangatnya sebuah keluarga, Lyan langsung disambut baik oleh ibunda Baswara. Ibunda Baswara adalah sosok ibu paling baik yang pernah Lyan kena,l ya karena Lyan memang tidak pernah merasakan kehadiran sosok ibu. Ayahnya sudah meninggalkannya sejak kecil.
Ibunda Baswara mengajak Lyan untuk ikut memasak di dapur. Ibu bertanya kepada Lyan apa makanan kesukaan Lyan, Lyan menjawab bahwa semua makanan ia suka. Lalu ibu kembali bertanya apa Lyan suka udang, Lyan menjawab bahwa Lyan belum pernah makan udang jadi Lyan tidak tahu rasa udang itu seperti apa. Ibu berkata bahwa ia sangat suka udang, tapi ia sedih karena Baswara mempunyai alergi terhadap udang, yang membuatnya tidak bisa makan udang.
***
Ibu masih berhubungan baik dengannya hingga saat ini. Bahkan beliau menganggap Lyan sebagai anaknya. Anaknya pun begitu. Ia baik, sangat baik. Tetapi sangat disayangkan Baswara meninggalkannya dan ibunya sendiri satu tahun lalu. Ah sudahlah, katanya tuhan memang lebih sayang orang baik. Setidaknya Baswara meninggalkan Lyan, ketika Baswara yakin Lyan sudah baik baik saja jika tanpa kehadirannya. Padahal Lyan merasa sangat kehilangan. Bagaimana tidak, hampir 10 tahun Baswara menemaninya. Tidak mudah bagi Lyan, membiasakan hidup tanpa Baswara.
Baswara memang menyukai Lyan, bahkan sampai detik terakhir pun begitu. Tetapi Lyan tidak bisa membalasnya. Lyan mencobanya, mencoba memunculkan rasa yang sama, tetapi Lyan tetap tidak bisa. Baswara mengerti dan menerima hal itu. Pada awalnya Lyan merasa tidak enak, tetapi Baswara hanya memintanya untuk bersikap seperti biasa, tidak usah pedulikan perasaannya terhadap Lyan, biar jadi urusannya saja.
***
"Lyan?"
"Ya? "
Lyan melamun lama sekali, sampai sampai makanan yang harusnya ia makan daritadi sudah hampir dingin.
***
Kabar nenek baik, namun dia sekarang sudah sangat tua, umurnya hampir menginjak 70. Lyan sangat khawatir jika nenek akan meninggalkannya dalam waktu dekat. Sebenarnya itu adalah hal yang wajar. Semua orang yang hidup di dunia pasti akan meninggal.
Hanya saja Lyan hanya punya nenek. Kalau nenek sudah tiada, Lyan sudah tidak punya siapa siapa. Bukannya Lyan tidak menganggap ibunda Baswara, tetapi Ibunda Baswara bukan keluarga kandungnya. Lyan baru ingat, ia sudah lama tidak menemui ibu. Lyan jarang ke rumahnya semenjak Baswara pergi. Rasanya ia seperti merebut ibunya. Padahal seharusnya Lyan tahu, ibu juga pasti merasa kesepian dan kehilangan. Lyan berencana mengunjungi ibu di jalan pulang.
***
Hari makin hari, Yuwa menjadi dekat dengan Lyan. Yuwa sering mengikuti kemanapun Lyan pergi. Bahkan diakhir pekan, Yuwa sering menanyakan tentang rencana Lyan.
Lyan belum mempernalkan Yuwa ke Baswara. Sepertinya ini adalah waktu yang tepat. Awalnya Yuwa bingung mengapa Lyan mengajaknya ke tempat pemakaman dan Yuwa tidak tahu makam siapa yang ada di hadapannya.
Lyan memberi tahu tentang makam yang ada di hadapannya, siapa Baswara dan apa yang akan dilakukannya. Lyan ingin memperkenalkannya kepada Baswara.
"Bas, Lyan udah punya temen baru namanya Yuwa"
Yuwa belum kenal lebih dalam dengan Lyan. Tetapi, Yuwa yakin Lyan adalah orang yang cantik hatinya.
Tidak hanya kepada Baswara, Lyan juga merasa harus memperkenalkan Yuwa kepada nenek dan ibu. Memang sedikit terkesan cepat. Tetapi sepertinya Yuwa adalah orang yang baik. Memang Lyan sudah mempunyai beberapa teman kantor, tetapi tidak sedekat dengan Yuwa.
***
Lyan pernah bertanya kepada Yuwa, alasan mengapa selalu menghampirinya. Yuwa menjawab dia tertarik kepada Lyan. Lyan tidak mengerti, tentang apa hal yang membuat Yuwa tertarik kepadanya. Yuwa tidak menjawab ia hanya tersenyum sambil memandang ke langit.
***
Di akhir pekan yang lain, Yuwa mengajak Lyan ke sebuah tempat. Tempat yang sangat indah, yang sebelumnya belum pernah ia temui. Walaupun sangat jauh dan harus memakan waktu sangat lama untuk sampai ke tempat ini, rasanya Lyan rela dengan hal tersebut. Di sini ia bisa menghirup udara segar. Ia jadi rindu rumahnya yang lama, di sana juga ia mendapatkan udara seperti ini, tetapi kalau soal keindahan rumah lamanya kalah.
Yuwa berkata tempat ini seperti Lyan. Sangat indah, mau dilihat berapa kali pun tetap begitu. Rasanya tidak akan pernah bosan. Sama seperti kata Lyan, walaupun harus melalui proses dan perjalanan yang panjang, asal mendapatkan pemandangan seperti ini tidak apa. Begitu juga dengan Lyan. Yuwa tahu akan sangat susah agar bisa memiliki Lyan tetapi itu tidak akan menjadi masalah yang besar. Lyan menoleh ke arah Yuwa. Yuwa pun menoleh ke arah Lyan dan tersenyum.
Malamnya kejadian tidak mengenakan datang. Tepat sesampainya Lyan di rumah. Ia melihat neneknya tergeletak di lantai. Yuwa membantu Lyan untuk membawa nenek pergi ke rumah sakit. Dan itu adalah hari terakhir Lyan melihat neneknya.
***
Butuh waktu beberapa lama untuk Lyan menerima hal itu. Walaupun begitu, Lyan teringat tentang tanggung jawabnya sebagai karyawan yang harus tetap masuk kerja.
"Lyan kamu nggak usah makasain kerja"
"Nggak papa, kesedihan nggak boleh berlarut larut. Aku juga harus menerima takdir"
"Aku izin meluk kamu ya"
Dan tangisnya pecah saat itu juga.
***
Setelahnya ibunda Baswara memaksa Lyan untuk tinggal bersamanya.
***
Setahun kemudian Yuwa melamar Lyan. Ada sesuatu yang membuatnya yakin untuk menerima lamaran dari Yuwa. Rasanya tidak ada keraguan. Sebelum menerima, Lyan ingin bertanya kepada ibu, tetapi ibu mengembalikan pertanyaan itu kepadanya. Karena semua jawaban ada pada Lyan. Lyan yang tahu mana yang terbaik untuknya.
Lyan menerima lamaran itu dan menikah pada tahun yang sama. Mengetahui hal ini pasti nenek dan Baswara juga bahagia di sana.
-end