Cerpen
Disukai
3
Dilihat
13,752
Kucing yang kutemui di jalan itu
Drama

Saat ini aku sedang berjalan menuju angkutan kota yang akan mengantarkanku pulang. Tidak sampai rumah, namun setidaknya hampir. Terlihat beberapa angkutan kota yang sedang mengetem. Menunggu di daerah sekitar sekolah akan membuat angkutan kota itu penuh dengan siswa. Namun sekarang sudah pukul 4 sore. Para siswa sudah pulang sedari tadi. Lalu mengapa para supir angkot ini masih mengetem? Mengapa mereka tidak mengendarai angkot itu dan maju. Siapa tahu ada orang di depan sana yang menunggu kedatangan angkot lama sekali, tetapi yang ditunggu tidak kunjung datang.

Akhirnya aku memilih berjalan melewati angkot angkot yang sedang mengetem itu. Berjalan hingga ujung jalan. Lalu menunggu angkot yang akan berhenti ketika melihat ada penumpang yang menghentikannya ingin naik dan langsung jalan.

Sudah lebih dari 5 menit aku menunggu, tetapi tidak ada satu pun mobil angkot yang berlalu. Sekalinya ada bukan dengan jurusan yang sesuai dengan daerahku.

Aku menghela napas. Merasa lelah dan bosan dengan kegiatan yang harus kulakukan terus menerus selama dua tahun ini. Matahari sudah menunjukkan tanda tanda akan turun dan aku masih di tempat ini sampai menit ke 10.

Seekor kucing berwarna oranye mendatangiku. Menggosok kepalanya pada kakiku yang terbalut celana panjang berwarna hitam. Ia melakukannya terus menerus seperti menyapa pikirku karena aku tidak mengerti bahasanya.

Aku berganti posisi menjadi berjongkok. Mengelus kepalanya lalu dia mengeong. Kucing ini tampak kurus, sepertinya dia belum mendapatkan makanan hari ini. Aku harus membelikannya makanan. Sayangnya pada saat yang bersamaan sebuah mobil angkot datang, lalu aku memberhentikannya. Aku pamit kepada kucing oranye itu dan berjanji jika besok kita bertemu lagi, aku akan memberinya makan.

Besoknya aku kembali ke tempat itu. Berharap bisa bertemu kucing oranye yang kemarin aku temui di tempat itu. Sebelumnya aku sudah membeli makanan kucing. Harganya memang sedikit mahal. Lebih mahal dari makanan yang biasa aku beli di warteg. Uangku bulan ini memang hanya sisa sedikit dan hari gajianku masih lama. Tapi tak apa, aku lebih merasa kasihan dengan kucing. Dia terlihat kurus dan matanya seperti penuh harap seseorang akan memberinya makan.

Sesampainya di sana, aku tidak menemukan kucing itu. Apa ia sedang berada di tempat lain? Aku tidak tahu. Aku mencoba memanggilnya dengan suara yang biasa orang keluarkan ketika memanggil kucing kesayangannya.

Tak lama setelah itu ia datang. Tidak sendiri, ia membawa teman temannya. Sepertinya kucing itu sudah menyadari kedatanganku membawa makanan.

Diam diam aku memperhatikan kucing kucing itu dengan lekat. Mereka makan makanan itu dengan lahap. Awalnya aku pernah berpikir ingin menjadi kucing saja rasanya. Ketika melihat kucing kucing gemuk di rumah temanku. Kerjaan mereka hanya makan tidur dan bermain. Mereka tidak pernah capek karena tumpukan kerjaan. Tetapi setelah aku bertemu kucing kucing yang ada di hadapanku.

Aku rasa pemikiranku saat itu salah. Jika aku terlahir jadi kucing, belum tentu juga aku akan menjadi kucing gemuk dengan perhatian dan kasih sayang seorang pemilik kucing. Juga tentang kerjaan yang hanya makan tidur dan bermain. Bisa jadi aku malah terlahir sebagai kucing jalanan yang harus berusaha mencari terlebih dahulu untuk bisa mengisi kekosongan perut. Yang jika tidak dapat menemukan makanan akan memilih tidur. Tidak seperti kucing rumahan yang tidur ketika lelah bermain. Kucing liar tidur agar mereka bisa melupakan tentang rasa lapar. Menghabiskan waktu dengan tidur berharap hari bisa segera berganti dan berharap besok bisa mendapatkan makanan.

Memikirkannya saja membuatku sedih. Aku tidak tahu ada berapa kucing di luar sana yang menderita karena tidak mendapatkan makanan. Ada berapa kucing yang memiliki nasib buruk. Yahh setidaknya aku bisa membantu salah satu dari kucing kucing itu.

Makanan yang aku beri sudah habis. Mereka sepertinya kekenyangan. Salah satu dari mereka ada yang berjalan pergi meninggalkan tempatku dan yang lain masih diam di tempat. Melakukan aktivitas seperti menjilat jilat tubuhnya. Ada pula yang merebahkan tubuhnya di jalanan.

Kucing oranye yang kemaren kutemui mendekatkan diri kepadaku lalu melakukan hal yang sama seperti kemarin. Yaitu menggosok kepalanya pada kakiku. Aku mengusapnya pelan dan kini ia malah beralih menggosokkan kepalanya pada tanganku.

Hari ini aku merasa sangat lelah sekali. Begitu melihat kucing kucing ini. Entah bagaimana caranya, rasa lelah itu seperti menghilang. Aku menamai kucing oranye itu dengan nama Jale. Entah apa artinya, aku hanya kepikiran nama itu dan sepertinya kucing oranye ini berjenis kelamin Jantan. Langit sudah mulai gelap, sepertinya aku harus segera pulang.

Sejak hari itu aku selalu menyempatkan mendatangi mereka untuk memberi makan dan menyapa. Kadang pula aku bercerita tentang hari ini kepada Jale. Sebab yang lain sepertinya hanya ingin makananku saja. Tidak seperti Jale yang tidak pernah absen menggosokkan kepalanya padauk.

Mungkin orang yang berlalu lalang dan melihatku berbicara dengan kucing menganggapku sedikit gila. Aku lebih memilih menceritakannya kepada kucing. Jika dibandingkan bercerita dengan manusia yang tidak begitu mengerti masalahku dan memberikan solusi atau tanggapan yang seolah tahu padahal tidak.. Jale berbeda dengan manusia manusia itu, dia mendengar dan tidak menyalahkan atau menyudutkanku. Jale seakan berkata cerita saja apapun masalahmu tetap aku dengar kok.

Pekerjaan ini memang pilihanku. Awalnya kupikir daripada tidak mempunyai penghasilan lebih baik terima saja kerjaan apapun. Toh gajinya lumayan untuk bertahan hidup di ibu kota. Hanya saja aku merasa tumpukan kerjaan ini tidak bisa aku selesaikan. Lingkungan kerja yang tidak positif pun menjadi salah satu alasan.

Awalnya aku berencana untuk pindah. Tetapi aku tidak tahu akan melamar pekerjaan kemana. Aku juga teringat saat aku baru lulus dan mulai menghadapi kenyataan hidup. Baru menyadari bahwa mencari pekerjaan tidak semudah yang dibayangkan. Aku yang selalu menerima semua fasilitas dan menjalani hidup dengan mulus merasa sangat tertekan. Orang tuaku tidak pernah menuntut apapun kepadaku, bahkan tentang bekerja. Ibu malah menawariku untuk membantu di toko kuenya. Tetapi, aku menolak karena merasa aku tidak berhak lagi mendapat bantuan orang tua. Padahal mungkin ibu akan merasa senang jika aku menerima tawarannya.

Ah sudahlah, tentang pekerjaan aku akan memikirkannya lagi nanti. Rasanya aku jadi ingin memelihara kucing. Tetapi tempat kosku tidak menerima hewan peliharaan. Jadi apa boleh buat. Yang bisa kulakukan hanya memberi mereka makan setelah pulang kerja.

Hampir setiap hari aku mendatangi tempat itu. Kecuali hari libur. Memberi makan kucing dan kadang berbagi cerita. Rasanya tidak pernah bosan walaupun dilakukan berulang ulang. Entahlah sepertinya kucing kucing ini sudah menyerap semua energi negatifku sehingga aku tidak pernah merasa bosan. Lagipula bagaimana mungkin aku bisa bosan dengan hewan selucu dan semenggemaskan ini. Walaupun terkadang Jale tertidur ketika aku bercerita. Dasar tukang tidur. Setidaknya tidurmu ini bukan tidur untuk melupakan rasa lapar, tetapi karena perutmu sudah terisi penuh dengan makanan yang membuatmu sulit bergerak karena kekenyangan dan berakhir terlelap.

Aku dan para kucing itu seperti memiliki hubungan mutualisme. Kucing mendapatkan makanan dan aku mendapatkan kebahagiaan. Setidaknya ada hal yang membuatku semangat dalam menjalani hariku. Masa bodoh dengan pindah kerja. Baru saja terpikir di otakku, jika nanti aku beneran pindah kerja, mungkin aku tidak bisa lagi bertemu dengan mereka.

Aku masih bertemu mereka hingga saat hari di mana aku lembur karena pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Aku menatap ke arah tasku. Sebungkus makanan kucing kering yang diikat dengan karet. Makanan itu hanya tersisa setengah. Aku berharap bisa segera menyelesaikan pekerjaanku lalu bisa memberi kucing kucing jalanan itu makan. Pasti saat ini mereka sedang menungguku dan berharap. Sabar ya, aku akan segera ke sana.

Aku berhasil menyelesaikan tepat pada jam dinding yang jarum pendeknya terletak di angka 8 dan jarum panjangnya yang terletak di angka 11. Sudah hampir jam 8 malam.

Sebenarnya aku takut berjalan kaki sendirian di malam yang gelap ini. Biasanya jika ada lembur aku memilih untuk menggunakan fasilitas ojek online. Tetapi aku merasa harus memenuhi kewajibanku untuk para kucing. Memang bukan kewajiban, tetapi aku merasa begitu. Aku terlalu memikirkan bagaimana jika para kucing itu belum makan apapun hari ini. Jadi aku memaksakan untuk berjalan kaki, melawan rasa takutku.

Aku sampai pada tempat biasa. Memang tempatnya tidak gelap, namun sedikit redup. Aku memanggil para kucing seperti biasa aku memanggil. Tetapi, entah kenapa mereka tidak kunjung datang. Yahh mungkin mereka sudah makan di tempat lain, mungkin ada seseorang yang memberi makan di sana. Aku harus berpikir positif agar sedikit lebih tenang. Agar aku tidak perlu mengkhawatirkan mereka.

Besok nya aku kembali ke tempat itu dengan jam yang sama seperti sebelumnya, sebelum aku lembur. Aku terus memanggil, tetapi mereka tidak datang. Padahal ketika aku kembali memanggil di hari senin setelah libur dua hari, mereka langsung mendatangiku. Ada apa dengan kucing kucing itu? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tidak bisa membayangkan jika ada orang yang sengaja mengusir mereka dengan kekerasan hanya karena tidak suka. Entah mengapa aku berpikir seperti itu, mungkin karena tadi aku baru saja melihat berita orang jahat yang melakukan kekerasan terhadap kucing. Aku harap itu tidak terjadi kepada mereka.

Sebuah angkot berhenti di depanku seperti menanyakan ingin naik atau tidak. Sepertinya aku harus pulang, semoga besok kucing kucing itu akan datang ketikaku panggil seperti sedia kala, yahh aku harap. Mobil angkot berjalan ketika aku sudah duduk. Aku terus memandangi tempat itu hingga terlewati.

Besoknya aku masih melakukan hal yang sama memanggil dan mencari. Jadi kemana perginya para kucing itu? Mengapa mereka meninggalkanku? Aku masih butuh kalian untuk semua ceritaku hari ini. Aku masih punya makanan untuk kalian makan, bahkan jika habis pun aku masih ada uang untuk membelinya. Aku mengganti posisi menjadi jongkok, istirahat sebentar untuk menghilangkan rasa lelah. Dan pergi tak begitu lama setelah itu.

Aku masih mencari hingga hari ke sepuluh. Aku berhenti. Mungkin aku terlalu memaksa keadaan untuk mewujudkan keinginanku. Mungkin memang aku ditakdirkan bisa Bersama Jale dan teman temannya hanya dalam waktu yang sebentar. Mungkin tugas mereka sudah selesai. Mungkin tugasku memberi mereka makan juga sudah selesai. Ya aku tidak bisa terus terusan mencari. Bahkan sampai seperti ini. Mungkin ada kucing liar lain yang lebih membutuhkanku. Membutuhkan uangku untuk membeli makanan mereka.

Ternyata bukan hanya manusia saja yang datang dan pergi, ternyata kucing pun begitu. Aku sudah selesai dengan masalahku di tempat kerja. Aku sudah mulai merasa nyaman dan menikmati. Ternyata aku hanya perlu waktu dan mencoba. Mungkin bukan lingkungan yang tak berpihak kepadaku, tetapi aku hanya belum terbiasa dan menutup semuanya. Mungkin memang para kucing itu adalah seekor kucing yang tidak biasa, yang diberi tugas untuk mendengar ceritaku di saat susah, yang menemaniku, dan yang mengubah cara pandangku.

Mendengar kata pulang. Aku belum benar benar pulang selama satu tahun ini. Aku sepertinya lupa. Selain Jale dan teman temannya, ada satu manusia yang selalu mendengarkan cerita ceritaku yang sama tulusnya.

Sepertinya besok adalah waktu yang tepat untuk pulang. Untuk menerima pelukan hangat seorang ibu. Untuk menerima nikmatnya masakan ibu. Juga untuk menerima telinga ibu. Selama itu aku tidak berpikir untuk pulang. Padahal sepertinya aku sangat membutuhkannya. Orang terdekat yang akan selalu menerima apapun baik buruk ku.

"Bu, aku pulang"

Terdengar jawaban setelah aku mengatakan kalimat itu. Tetapi bukan suara ibu. Bukan juga suara manusia. Melainkan suara kucing yang mengeong dari arah dapur. Hah sejak kapan ibu melihara kucing. Aku segera berlari ke arah di mana suara itu muncul.

Hah, Jale?

-         End

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)