Flash
Disukai
1
Dilihat
8,945
Laut Juga Ingin Bercinta
Romantis

Gadis itu tersenyum sepanjang dirinya dan Chakra berlarian menuju pantai dengan pasir putih yang lembut. Ini bukan pertama kalinya mereka pergi ke pantai, namun rasanya selalu berbeda tiap kali ia menginjakkan kakinya di sana, tiap kali ia memandang laut yang membentang luas di hadapannya. Suara ombaknya, anginnya, juga langitnya. Selalu ada hal baru yang membuatnya tidak pernah bosan untuk pergi ke pantai, lagi dan lagi.

"Kali ini apa, Na?" tanya Chakra, sambil berkacak pinggang. Pandangannya menyapu seluruh pantai mencari-cari perbedaan apa yang terlihat dan terasa hari ini.

Ina memicingkan matanya sebentar, lalu menutup matanya kembali sambil menarik napas dalam-dalam. "Ombaknya," gumam Ina.

Ketika maniknya kembali jatuh pada laut, gadis itu melangkah pelan mendekati bibir pantai. Kali ini ombaknya sedikit lebih tinggi, suaranya lebih nyaring, dan sedikit menakutkan. "Kelihatannya ... perasaannya sedang nggak karuan," ucap Ina, sedikit sendu.

Chakra mengambil langkah hati-hati menuju Ina. "Maksud kamu?"

Ina menoleh pada Chakra, memandangany sebentar sambil tersenyum kecut. "Laut gelisah karena ia ingin bercinta, sementara manusia terus menyakiti darat," katanya. "Laut sudah tidak sabar ingin menggertak manusia, tapi Tuhan ingin laut bersabar."

Kapan, ya?

Dulu sekali, Ina sering mendengar ayahnya bercerita tentang laut yang amat sangat mencintai darat. Laut ingin sekali memeluk darat; setiap pegunungannya, perbukitannya, hutan-hutannya, lembahnya, hingga jurangnya, semuanya. Laut ingin memeluk semua hal yang ada di darat. Akan tetapi, Tuhan tak pernah mengizinkannya.

Tuhan lalu menciptakan pantai sebagai tempat mereka bisa bertemu.

Melalui pantai, sesekali laut melanggar perintah Tuhan untuk tetap berada di tempatnya. Laut memaksa memeluk darat, namun darat tersiksa. Darat tersakiti. Laut memporak-porandakan apa yang ada di darat.

Hanya saja, laut terlalu egois. Bagaimana pun ia mencintai darat, cintanya hanya akan merusak. Untuk itulah Tuhan tidak pernah mengizinkan mereka untuk bersama, karena Tuhan amat menyayangi darat yang rela menampung segala hal tentang manusia di atasnya; rela tanahnya dikeruk, rela hutannya dibakar. Darat lebih banyak berkorban, meski cintanya laut amat dalam.

Terkadang, laut juga ingin bercinta. Sayangnya, lagi-lagi, cintanya laut merusak daratan. Merusak segala isinya, keindahannya. Di sisi lain, laut tahu jika rusaknya darat karena dirinya tidak separah ketika manusia merusak daratan.

Maka dari itu, ketika laut ingin bercinta, laut juga akan menghempas manusia.

"Setidaknya, Tuhan masih mengasihi laut karena darat tidak pernah pergi ke mana pun. Darat tidak pernah meninggalkan laut, kan?" tanya Chakra.

Ina tersenyum, kemudian tubuhnya perlahan turun, duduk di atas pasir pantai. "Kamu pernah dengar soal 'cinta sedalam lautan' atau 'cinta seluas samudera' belum?"

"Iya, sering."

Chakra turut mendudukkan dirinya di sebelah Ina, menatap manik kecoklatan gadis itu yang tampak sedikit menggelap karena rona senja.

"Jika cinta memang diibaratkan seperti laut, maka dalamnya sangat gelap dan luasnya membuatmu tersesat." Ina menghela napas pelan, sesekali jemarinya membenahi helaian rambutnya yang berantakan diterpa angin.

"Maka, kupikir, mencintai itu sewajarnya saja. Jangan terlalu dalam, jangan terlalu luas." Ina melirik Chakra, memandangnya sebentar. Kemudian, ia kembali bersuara.

"Jangan seperti cintanya laut pada darat. Terkadang merusak."

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)