Cerpen
Disukai
0
Dilihat
5,563
Kutukan Sang Arjuna
Horor


Arjuna. Lelaki itu memiliki paras tak sama dengan namanya. Seluruh penjuru kampung, kecamatan, kelurahan hingga kabupaten tahu tentang dia. Tak terkecuali pula kutukan yang disandang oleh dirinya. Namun, alih-alih sadar diri, dia justru semakin menjadi-jadi. Dia adalah teror bagi para gadis. Siapa pun itu yang disukai dan menolaknya akan berakhir dengan kematian.


Mengerikan.


"Jun, kau baik-baik saja?" tanya Laras.


Arjuna terdiam. Di tepian sebuah danau dia tengah meratapi nasib. Seorang gadis yang beberapa waktu lalu menolaknya telah meninggal. Untuk kesekian kali dia merasa kesal dan benci pada dunia ini. Dunia yang memperlakukan seseorang sangat berbeda hanya karena penampilan. Tak lama kemudian, dia melemparkan batu kecil sambil berteriak.


"Kapan semua ini akan berakhir, Ras?" Arjuna tak kuasa lagi berdiri. Dia pun terjatuh dan bersimpuh di tanah sambil menangis.


Arjuna dan Laras adalah teman sedari kecil. Banyak orang mengira itulah mengapa Laras tidak jijik dengan wajah buruk rupa Arjuna.


"Harusnya kau tahu bahwa tidak akan ada yang menerimamu apa adanya. Kau juga harus tahu bahwa kau bukan saudagar kaya. Di dunia ini hanya aku yang mampu menerima dirimu." Laras lantas berdecak kesal. Jika saja Arjuna mau menyatakan perasaan suka kepadanya, maka dia tidak ragu untuk menerima. Sebab persahabatan mereka sudah terjalin sejak kecil. Dia tahu bahwa sebenarnya Arjuna adalah orang baik yang malang.


Ya, orang baik memang tak selalu diterima oleh orang-orang. Jika dia tidak memiliki paras yang menarik atau harta berlimpah. Nilai-nilai kebaikan akan semu bahkan tak nampak di mata orang lain. Hanya sebagian orang, bahkan mungkin terhitung jari. Orang tulus yang dapat menerima orang baik meski dia seorang buruk rupa dan sedikit kepemilikan harta. Seperti Laras contohnya.


"Sudahlah, Ras. Aku tidak mau dikasihani seperti itu?" Arjuna kembali menampik perkataan Laras yang selalu diucapkan tatkala kutukan itu tengah terjadi.


"Aku tidak pernah mengerti dengan dirimu. Kau selalu merengek mempertanyakan kapan kutukanmu berakhir. Namun, saat ada orang yang ingin membantumu, kau menolaknya. Kau pikir gadis-gadis di luar sana akan menerimamu begitu saja apa adanya? Apalagi gadis-gadis yang baru saja kau temui. Hanya dongeng yang mengisahkan cinta sejati dan ketulusan datang dari orang baru, Jun!" Laras kesal dan meninggalkan Arjuna setelah perkataannya selesai.


Namun, siapa sangka percakapan mereka didengar oleh Melati. Dia bersembunyi di balik semak-semak untuk mencari tahu kebenaran. Dari perbincangan itu, dia menangkap sebuah kesimpulan. Dia berasumsi bahwa semua bencana yang menimpa para gadis kampung disebabkan oleh keegoisan mereka berdua. Seharusnya tak ada lagi korban jika saja Arjuna paham kutukan itu akan hilang oleh Laras.


"Sepertinya aku punya sebuah rencana," gumam Melati kemudian meninggalkan tempat tersebut.


***


Waktu telah berjalan. Hari pun terus berganti. Melati mulai melancarkan aksinya. Dia dengan sengaja mencari kesempatan untuk selalu berpapasan dengan Arjuna. Tatkala hal itu terjadi, dia akan tersenyum manis hingga lelaki itu tersipu. Pada akhirnya, Arjuna jatuh hati dan kembali menyatakan cinta kepada seorang gadis.


Di suatu petang, Arjuna telah menunggu Melati di tepian danau. Setelah sebelumnya dia memberanikan diri mengundang sebuah pertemuan.


"Aku sudah tahu namamu Melati. Namun, aku tidak tahu kenapa kau selalu tersenyum manis setiap kali berpapasan denganku," ucap Arjuna. Dia membuka obrolan basa-basi, tapi tepat pada topik yang ingin dibahasnya langsung. 


Melati tersenyum kemudian berkata, "Bukankah senyum adalah sebuah simbol keramahan? Aku hanya mencoba untuk tidak membeda-bedakan orang. Meskipun …" perkataannya tertahan.


"Meskipun aku adalah si buruk rupa yang meneror gadis desa dengan sebuah kutukan?" Arjuna tertawa kecil mengatakan kalimatnya.


Mereka lalu saling terdiam untuk beberapa saat.


"Apa kau tidak takut keramahanmu menimbulkan salah paham untukku? Apa kau tidak takut bahwa kau juga akan menjadi korban selanjutnya?" Arjuna mengatakannya dengan serius.


"Maksudnya kau …"


"Aku menyukaimu." Arjuna menatap Melati. Namun, gadis itu membuang pandangan dan terdiam.


"Kenapa? Kau jijik melihat wajahku? Kalau begitu, aku sudah tahu jawabanmu. Orang-orang memang begitu kejam bahkan pada dirinya sendiri. Jika dibandingkan menerimaku si buruk rupa, mereka justru lebih memilih mati saja." Arjuna menghela napas panjang. Dia berharap setelah mengatakan hal tersebut Melati berubah pikiran. Namun, gadis itu pergi tanpa sepatah kata pun.


Kabar pernyataan Arjuna yang ditolak pun cepat menyebar ke seluruh desa. Tak terkecuali kepada Laras juga. Orang-orang kemudian mulai muak dengan kutukan ini. Mereka akan menangkap sosok yang nantinya akan mengambil nyawa Melati. Maka dari itu, mereka melakukan penjagaan terhadap gadis tersebut.


Laras yang mengenal Melati karena masih saudara jauh pun mencoba untuk menemui dan mempertanyakan kabar tersebut secara langsung.


"Mel, apa benar kamu baru saja menolak Arjuna? Apa kamu tidak takut akan apa yang menimpamu nantinya?"


"Sebenarnya aku takut, tapi bukannya aku dikelilingi oleh orang-orang baik. Mereka bahkan mau menjagaku agar tidak menjadi korban selanjutnya," ungkap Melati.


"Mel …"


"Ras, percaya! Gak akan ada lagi gadis yang meninggal karena menolak cinta Arjuna." Melati menggengam tangan Laras dengan penuh keyakinan.


Laras pasrah. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali berdoa agar Melati baik-baik saja.


"Oh, ya. Boleh tidak kalau malam ini aku menginap di rumahmu?" tanya Melati.


Mau bagaimana lagi. Karena Melati masih saudaranya, dia pun mengangguk. Dia juga berharap dengan menginap di rumahnya, Melati akan terjaga dari marabahaya.


***


Singkat cerita saat malam, mereka tidur bersama di kamar Laras. Melati pun terbangun ketika waktu sudah semakin larut. Dia melihat kalau Laras begitu pulas. Dia mengendap-endap ke luar kamar menuju dapur. Tak lama dia kembali dengan sebilah pisau di tangan. Dengan segera dia menancapkan ke perut Laras.


Laras. Dia yang tertidur pulas tak sempat berkata apa-apa. Kematian begitu cepat memisahakan jasad dan rohnya.


"Mati kau! Setelah ini tidak akan ada lagi korban. Kau pikir aku tidak tahu bahwa mendiang Ibumu seorang dukun? Picik sekali kau menggunakan ilmunya untuk urusan cinta. Hanya karena Arjuna tidak mau denganmu, kau mengutuknya buruk rupa sampai siapa pun yang menolak cintanya akan mati. Kenapa kau tidak mengguna-guna lelaki itu dengan mantra saja agar menjadi milikmu?" Melati berkata-kata menumpahkan seluruh kekesalannya. Tiba-tiba sebuah asap hitam masuk dan terdengar sebuah suara.


"Karena dia tidak seperti yang kau tuduhkan." Sebuah jawaban dari pertanyaan Melati tentang mengapa Laras tidak mengguna-guna Arjuna.


Setelah suara perempuan mengatakan kalimat tersebut, asap hitam itu pun merasuki tubuh Melati. Gadis itu kemudian tampak seperti orang kesurupan. Tanpa sadar, sebilah pisau yang digunakan untuk membunuh Laras juga menancap di tubuhnya. Kematian dari kutukan Arjuna telah menghampirinya. Melati telah gagal mengakhiri kutukan para gadis yang menolak cinta Arjuna.


Asap hitam perwujudan dari kutukan Arjuna terlihat ke luar dari rumah Laras oleh salah seorang warga. Karena curiga dia mengetuk rumah Laras berkali-kali, tapi tak ada jawaban. Dia pun mendobrak rumah gadis yatim piatu yang tinggal sebatang kara tersebut. Betapa terkejutnya saat dua mayat gadis ditemukan di dalam kamar. Dia segera berlari ke luar rumah dan berteriak memanggil warga lain.


Rupa-rupanya, tak ada seorang pun yang tahu bahwa Melati menginap di rumah Laras, tak terkecuali orang tuanya juga. Sehingga orang-orang justru berjaga di depan rumah Melati. Mereka terheran diikuti rasa kesal juga. Mengapa kali ini korban kematian dari kutukan Arjuna ada dua orang. Saking kesalnya, mereka berbondong-bondong menyambangi rumah Arjuna. Namun, di sana tampak asap hitam menyelimuti sehingga ketakutan mulai hinggap di benak para warga.


"Mungkin lebih baik, kita kurung saja para anak gadis di rumah. Kita jaga saja agar mereka tidak sampai bertemu sengaja atau tidak dengan Arjuna," ucap salah seorang warga memberikan usulan.


Warga lain pun setuju. Mereka tahu bahwa lawannya bukan orang biasa. Mereka pulang membawa rasa kesal yang tak diluapkan. Sejak saat itulah para gadis tak pernah nampak ke luar. Bahkan kebanyakan dari mereka mendapatkan pasangan dari perjodohan.


Sementara itu, Arjuna kehilangan semuanya. Ada perasaan kosong di dalam rongga hati. Terutama, ketika dia mengingat sosok gadis yang menawarkan kebaikan kepadanya. Laras.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)