Flash
Disukai
4
Dilihat
8,053
Kau tau aku mencintaimu?
Romantis

Di sebuah kota kecil, di mana mimpi melayang di sepanjang jalan-jalan yang hening, terlihat Dama dan Nara sedang duduk-duduk diatas bukit melihat pemandangan kota.

Tengah malam, ketika bulan mengintip, melemparkan cahaya di tempat favorit mereka, Dama berpaling kepada Nara. "Tinggallah malam ini jika kau mau. Aku bisa menunjukkan padamu semua mimpiku." Mereka duduk di bawah bintang-bintang, sementara melodi cinta memainkan tugasnya dengan lembut.

Dama, yang sudah lama pergi, mengaku. "Sudah lama sekali, dan aku merindukanmu di sana. Aku tidak bisa membayangkan berada di tempat lain selain di sini."

Nara, terhanyut dalam emosi, bertanya-tanya bagaimana dia dipilih oleh seseorang yang begitu istimewa.

Nara, menoleh dan menatap mata Dama, tersenyum lembut. "Bagaimana bisa kau memilihku?"

Dama menghela nafasnya lirih. "Aku tak pandai bernyanyi atau memilih kalimat indah untuk sekedar memujimu, tapi aku rasa, kata-kata tidak dapat mengungkap keindahanmu. Kau indah dengan misterimu." Jawaban itu menari di udara, sebuah pernyataan yang cukup melengkungkan senyum bibir Nara.

Bernostalgia tentang perjalanan mereka. "Bagaimana kita bisa berakhir seperti ini? Kau membangkitkan kebinatangan dalam diriku. Aku bertekuk lutut hanya dengan pandanganmu. Sejak saat itu, aku lemah terhadapmu," Dama berbalik bertanya.

Nara, tersentuh oleh kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki di sampingnya.

"Semua kesederhanaanmu, adalah alasan ku tinggal. Selama kau di sini bersamaku, aku tahu aku akan baik-baik saja," jawab Nara melirik pada Dama, lalu membelai dadanya sendiri, dimana degub jantungnya tak henti berdetak.

Dama berkata dengan tulus. "Aku tak bisa berjanji padamu jika semua ini tidak akan rusak. Tapi aku bersumpah, aku takkan pernah pergi. Tolong tinggallah selamanya bersamaku."

Mereka saling memandang, dan Nara seketika menangis.

Momen sunyi menyusul, Dama hanya tersenyum dan menunggu Nara meluapkan kesedihannya. Ditengah perangnya dengan airmata. "Kau sempurna dengan seluruh kemisteriusan mu," Nara berujar.

Dama menoleh, menatap Nara lekat, tersenyum. "Mereka bilang, cinta itu selamanya. Namun, bagiku, selamanya milikmu adalah hal yang aku butuhkan. Tolong, tinggallah selama yang kau butuhkan," ujarnya sangat lirih.

Nara membuang wajahnya dan menunduk.

Dari kedua mata Dama, ia melihat tubuh mungil di sampingnya itu menangis, dan dari kedua telinganya, Dama bisa mendengar suara Nara sangat-sangat lirih terdengar samar. "Maaf."

Dama hanya tersenyum, lalu memandang langit di atasnya.

*****

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)