Cerpen
Disukai
1
Dilihat
5,180
Hantu Air Mata Darah
Horor

Pada hari sabtu siang sekolompok gadis remaja SMA ingin pergi untuk healing atau malam mingguan ke sebuah tempat wisata yaitu gunung puntang daerah jawa barat kabupaten bandung.

Mereka pergi sekitar sore hari pukul 14.30 dan tiba disana pukul 16.00. “Kita ke pohon cinta yuk!” Salah satu dari mereka ingin pergi ke tempat yang di rumorkan.

Konon katanya jika pergi ke pohon itu akan memiliki pasangan. Tetapi terjadi kejadian yang aneh terhadap 2 orang gadis teman mereka, sebut saja Risca dan Firsil. “Hey, Riska dan Firsil mana?” Salah satu teman mereka baru menyadarinya jika mereka berdua sudah terpisah.

“Bukannya tadi mereka di belakang kita?” Salah satu teman melirik kebelakang tak melihat mereka berdua. Tetapi mereka masih berpikiran positif. “Mungkin mereka berdua pergi ke toilet kali, kita duluan saja.”

"Iya, nanti juga mereka nyusul, mereka juga sudah tahu tempatnya."

Sedangkan Risca dan Firsil berada di tempat lain yang berbeda. “Firsil mereka kemana?” Risca melirik kanan dan kiri tak melihat siapapun kecuali Firsil.

"Waduh... Harusnya mereka di depan! Apa mereka mau ngerjain kita?"

"Mana mungkin sih... Kita lanjut saja Yuk mereka sudah duluan mungkin!" Risca pun mengajak Firsil meneruskan perjalanan.

Setibanya di pohon cinta mereka tidak menemukan siapapun, karena takut tertinggal mereka kembali ke tempat mereka memarkir motor.

Ketika hari mulai gelap dan matahari sudah tenggelam, para gadis yang akan pulang masih belum bertemu mereka berdua. "Aduh... Mereka kemana sih?" Salah satu teman mereka gelisah.

"Tidak ada pilihan lain kita cari mereka, kalau hilang kan gawat!" Para gadis teman Risca dan Firsil memutuskan untuk mencari mereka berdua.

Risca dan Firsil yang sudah kembali keparkiran motor sudah tidak ada siapa-siapa. "Yang lain pada kemana? Semua motor juga sudah gak ada!” Mereka berdua mulai panik karena sudah tidak ada siapapun di tempat tersebut bahkan motor yang mereka tunggangi pun tak ada.

“Bagaimana ini kita ditinggal Risca?” Firsil panik. “Aku juga gak tau Fir, kita cari angkutan umum aja!” Riska melihat smartphone yang dipakainya tak ada sinyal.

Karena mereka tidak bisa menghubungi siapapun mereka pergi berjalan mencari angkutan umum, tetapi di jalanan mereka tidak menemukan mobil ataupun orang yang lewat ke arah mereka. “Aneh tidak ada yang lewat, dan angkot juga gak ada.”

Setelah lama menunggu hingga malam berjam-jam tak kunjung datang angkutan umum satu pun. Mereka berdua memutuskan untuk menunggu dengan berjalan menelusuri jalan pulang. “Kenapa mereka tega sekali ninggalin kita!” Firsil kesal dan kecewa.

Risca pun merasakan hal yang sama dengan Firsil, mereka menggerutu sambil berjalan menelusuri jalanan. Ketika sedang berjalan, didepan mereka terlihat embun yang tebal di jalanan. Mereka pun tanpa berpikir aneh memasuki embun itu.

Karena jalan pulang mereka harus melewatinya. “Embun nya tebal banget ya!” Kata Firsil.

“Iya nih jadi merinding!” Riska berjalan berpegangan tangan kepada Firsil.

Disamping jalan perhutanan muncul sosok bayangan orang yang banyak terlihat oleh mereka. “Fir itu apaan?” 

“Mana? Mungkin warga disini!” Mereka mencoba mendekati mereka karena mungkin dapat mengantar mereka pulang menggunakan kendaraan mereka.

Tetapi ketika mendekat mereka tampak menyeramkan, berwajah pucat, bola mata merah dengan air mata darah keluar dari mata mereka. “Aaahhh...!” Risca dan Firsil berteriak dengan berlari kencang ketakutan. 

Firsil berlari dengan melihat kebelakang. “Risca mereka mengejar!” mereka berdua berlari lebih kencang dengan berteriak. 

“Tolong…”

Mereka berdua terkaget saat melihat kedepan, sesosok hantu berair mata darah berdiri di hadapan mereka. “Aaa…” Teriakan kencang mereka berdua sangat keras hingga menggema.

Karena didepan dan belakang terhadang hantu gentayangan mereka berdua berlari ke samping, yaitu ke dalam hutan. Karena di dalam hutan gelap gulita Risca dan Firsil berlari berpegangan tangan. “Firsil jangan lepaskan tanganmu!” Risca berbicara dengan tangan gemetar.

“Aku juga takut Fir!” Firsil memegang tangan Risca erat.

Setelah lama berlari dengan napas terengah-engah mereka berlari melambat. Kemudian mereka melihat setitik cahaya dari kejauhan. “Fir lihat disana ada cahaya!” Risca menunjuk.

“Kalau begitu Ayo kita kesana!” Firsil berlar dengan memegang dan menarik tangan Risca.

Setelah berlari menuju cahaya ternyata itu sebuah masjid. “Ada Masjid disana, mereka mungkin gak akan mengejar.”

Risca dan Firsil berlari menuju Masjid itu. Setibanya disana ada seorang ustadz sedang dzikir yang kemudian Risca dan Firsil meminta tolong kepadanya. “Hah… hah… Pak ustadz tolong, kami di kejar hantu yang banyak!” 

“Hantu?”

“Iya Pak Ustadz mereka sedang mengejar berada di belakang kita!”

“Baiklah kalian tidak perlu takut!” Ustadz itupun keluar dengan berdoa.

Sedangkan Risca dan Firsil yang ketakutan menunggu di dalam Masjid atas suruhan Ustadz itu. Diluar Masjid Pak Ustadz berdo’a dengan mengambil satu gayung air. Setelah itu air yang di dalam gayung ketika para hantu air mata darah itu muncul dia siramkan kepada mereka.

Tiba-tiba para hantu air mata darah itu berteriak dan menghilang. Ustadz itu pun kembali dan berkata. “Mereka sudah tidak ada!” Risca dan Firsil keluar dari Masjid dan bersembunyi di belakang Pak ustadz dan melihat keluar. 

“Mereka sudah tidak ada Fir!” 

“Iya Ris!” Mereka berdua berterima kasih kepada Ustadz tersebut.

Kemudian Mereka berdua menceritakan apa yang terjadi kepada mereka berdua. Ustadz itu pun berkata. “Ketika berjalan pulang berdo’a lah kepada yang Maha Kuasa untuk diberi keselamatan tiba di rumah.”

Mereka berdua menuruti perkataan Pak Ustadz, tak lama kemudian ketika berjalan mereka mendengar suara teman mereka yang memanggil sedang mencari mereka berdua. “Riska… Firsil… dimana kalian!” suara teman mereka memanggil.

Mereka bergegas lari menuju suara yang memanggil mereka. Temannya yang ternyata tidak meninggalkan mereka berdua masih berada di gunung itu sedang mencari Risca dan Firsil yang hilang. Mereka berdua pun senang ketika bertemu teman-temannya. “Heeyy…!” Risca dan Firsil berteriak ketika melihat temannya.

Mereka berdua langsung memeluk teman-temannya dengan menangis. “Kalian berdua sebenarnya kenapa?” Teman-temannya bertanya karena mereka pergi entah kemana.

Mereka berdua pun menceritakan pengalamannya yang membuat teman-temannya sedikit tak percaya. Tetapi mereka tetap memercayai mereka dan menjadikannya pelajaran. Akhirnya mereka kembali ketempat parkiran motor. “Risca motor kita ada lagi!” Firsil kaget karena motornya yang hilang kembali.

“Kalian ini, kalau mator kalian tidak ada kita tidak akan mencari kalian!” Kata salah satu teman mereka.

“Bener kok kita waktu kesini semua kendaraan tidak ada!” Kata Risca yang sedikit kebingungan.

“Kalian sudah lelah sebaiknya kita cepat pulang!” 

Pulanglah mereka ke rumah bersama teman-temannya, karena mereka masih takut mereka pulang dengan berdo’a seperti yang Pak Ustadz katakan. Sepanjang perjalanan mereka berdua pulang dengan berdo’a. Mereka berdua pun pulang dengan selamat ke rumah mereka masing-masing.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)