Flash
Disukai
0
Dilihat
4,502
Hampir Disetubuhi Dalam Mimpi
Horor

Kalian pernah bermimpi bercinta dengan seseorang di dalam mimpi? Katanya itu jin? Benarkah?

Kami pengantin baru, baru 1 bulan menikah. Hari itu suamiku diajak temannya memancing, dia sendiri sebenarnya tidak begitu menyukainya, hanya saja kami belum lama pindah ke tempat ini tidak enak menolak. Singkat cerita dia pulang sesudah magrib.

“Ko magrib, Mas. Pulangnya,” kataku begitu membuka pintu.

“Iya, maaf. Tadi keenakan cari pohon.”

Pohon? Aku melihat arah terasa, memang ada beberapa pohon yang dibawahnya dari hutan.

“Katanya mancing,” kataku lagi sambil memberikannya minum.

“Iya, yang lain mancing, Mas mending cari pohon bahan, mereka juga dapat banyak ikan hari ini, Dee.”

 “Ya udah mandi dulu, abis itu makan.”

Dia pun pergi mandi sementara itu aku menyiapkan makanan di dapur, suara ketukan pintu pelan menghentikan kegiatanku menata piring, aku melihat pada arah pintu. Tidak ada salam, tapi karena penasaran aku mendekat pada pintu lantas membukanya. 

Sepi, tidak ada siapapun tapi rasanya tadi seperti ada yang mengetuk.

Sudahlah, hanya salah dengar.

Aku mendengar lagi pintu kamar tertutup. “Mas, selesai mandinya? Makan dulu.”

“Mmm ....”

Begitu dia keluar dari kamar, wangi seketika menyerbak. “Wangi banget kamu, Mas. Parfum baru ya?” Aku tidak mengenal wanginya, seperti wangi bunga tapi begitu lembut di hidung, wangi yang tidak pernah aku cium dari parfum manapun.

“Masa? Ga pake parfum, sabun kamar mandi aja.”

Aku hanya mengangguk kecil tidak memperdulikan keanehan itu, kami pun menikmati makan malam lantas menonton televisi sebentar barulah masuk dalam kamar. 

Aku pikir dia lelah tidak akan menjamahku. Tapi, sayup-sayup aku merasa seseorang naik ke atas tubuhku.

Aku membuka mata. “Mas,” sapaku masih terkantuk. Wangi tadi seakan memenuhi kamar, tapi rasanya tadi kamar sudah gelap? Aku membuka mataku lebih lebar.

Dimana ini? Seperti dinding berbatu, sisi-sisinya terdapat beberapa tanaman kecil seperti rumput dan lumut. Aku kembali melihat suamiku yang masih ada di atasku.

“Dimana ini, Mas?”

Ia malah tersenyum dengan manis, aku meraba lengannya. Rasanya berbeda lebih berotot dan keras.

“Ini mimpi?” tanyaku.

Dia mengangguk dengan senyuman yang sama.

Aku tertawa kecil. “Jadi maksudnya dimimpipun aku sama kamu juga.” Dia mengangguk lagi. 

Apa karena di mimpi dia begitu berbeda, terlihat lebih jantan. Aku menyusuri dada bidangnya yang kokoh, urat-urat lehernya begitu menawan, sampai pada rahang tegasnya yang indah.

Dia mulai memelukku. 

Tangan mungilku menjelajah rambutnya yang hitam, rasanya benar-benar berbeda. Wajahnya sama tapi berbeda. Setiap inci tubuhnya terasa sangat menggairahkan untuk disentuh. Bahkan hanya membelai nya saja hasratku benar-benar memuncak. Ciuman bibirnya berbeda dari biasa, terasa menggoda untuk menuju hal berikutnya.

Cumbuannya semakin dalam di ceruk leherku, lidahnya bermain handal sampai aku mabuk kepayang. Punggungnya kekar saat tanganku bermain di sana, aku begitu terbuai dengan semua cumbun yang terasa berbeda malam ini. Bukan berarti malam sebelumnya aku tidak tergoda, hanya. Entahlah auranya malam ini berbeda.

Bibirnya terus bergerak menjelajah pada payudaraku, bermain disana cukup lama, dengan tatapan yang sekali-kali terarah padaku. Tatapannya berbeda, rasanya aku seperti hendak bercinta dengan orang lain yang wajahnya sama dengan Mas Damar, tapi berbeda. 

Dia sudah bersiap diatas kewanitaannku, sekali lagi senyumnya membuatku tidak mengenalnya. Senyum Mas Damar hangat penuh kasih, namun, yang sekarang penuh hasrat. Baru saja kami hendak bersatu, aku buru-buru mendorong dadanya menjauh.

Seketika aku tersadar meski mataku terasa berat aku mengamati ruangan ini, ini kamarku, aku menoleh pada bantal kepala yang biasanya tangan Mas Damar, Alangkah terkejutnya aku saat melihat tangan berbulu yang aku jadikan bantalan.

Astaga…

Sekaligus aku bangun, duduk. Belum terkumpul semua pikiran atas tangan berbulu tadi sudah ditambah dengan keadaan ku saat ini. Sejak kapan aku tidur memakai kain jarik. Aku buru-buru memegangi kain itu agar tidak terlepas.

Melihat Mas Damar yang tidur di ujung ranjang, membelakangiku. Dengan takut, perlahan, aku hendak menjangkau bahunya.

Apakah ini Mas Damar?

Atau ...

Semuanya campur aduk dalam pikiranku, tanganku terus mendekat ingin menjangkaunya. Begitu sampai.

“Kenapa, Dee?”

Mas Damar juga terkejut melihatku kacau, aku lega ini benar-benar suamiku.

“Kenapa, Dee?”

Tanyanya lagi melihatku aneh. Aku menggeleng, masih mengatur napas.

“Pake baju dulu.”

Menyadarkanku lagi dari peristiwa barusan, bagaiman bisa aku tidur telajang, jelas-jelas aku memakia pakaian tadi. Aku tidak berani cerita pada Mas Damar takut-takut dia malah berpikiran aneh tentang mimpiku.

Dua hari kemudian baru aku berani cerita apa yang kualami, kata Mas Damar mungkin Jin penunggu hutan yang ikut pulang. Terus kenapa aku yang diganggu? Mungkin Jin itu menyukaiku, kata Mas Damar. Dari peristiwa itu aku sekarang selalu berdoa sebelum tidur, malah terkadang sengaja menghidupkan murotal sampai pagi.   

 

  

 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)