Flash
Disukai
0
Dilihat
1,501
Direktur Gula-Gula
Horor

Rapat pagi berlangsung seperti biasa. Lampu putih. Layar presentasi. Kertas berderak. Dan suara Pak Direktur, yang seperti biasa juga—manis sekali.

“Tenang, semua sudah saya rancang,” katanya sambil menyeka keringat dengan dasi mahalnya. “Investor tinggal teken. Target akan tercapai. Semua akan naik!”

Kepalanya sedikit bergetar setiap kali bicara. Seolah terlalu banyak kata yang ingin keluar sekaligus. Kami mengangguk, mencatat, pura-pura mengerti.

Ia berjalan keliling ruangan, melempar senyum seperti permen.

“Percayakan pada saya,” katanya, lagi-lagi. “Ini hanya soal waktu.”

Dan entah kenapa, saat ia lewat di belakangku, aku mencium bau sirup.

Bukan parfum. Bukan sabun. Tapi bau manis yang lengket, aneh, dan terlalu manis untuk orang dewasa.

Kuperhatikan tangannya. Jarinya seperti meleleh sedikit. Meneteskan cairan bening dari sela kuku. Cairan itu jatuh ke lantai—berkilat, seperti gula yang dipanaskan.

Dia terus bicara. Tentang langkah-langkah ke depan. Tentang masa depan gemilang.

Tapi saat kulirik bawah meja, kaki-kakinya tak menapak tanah. Tak menyentuh karpet. Kakinya transparan. Bergetar. Rapuh. Seolah tubuhnya hanya disangga oleh kalimat-kalimat manis yang mengembang seperti balon permen.

Dan saat akhirnya ia berdiri di depan whiteboard besar, menggambar panah-panah naik dengan spidol merah, aku tahu satu hal pasti.

Jika satu orang saja berhenti percaya, seluruh tubuhnya akan runtuh jadi cairan lengket yang tak bisa dibersihkan. Janji-janji manis yang mencair akan memenuhi ruangan ini, tanpa pernah jadi kenyataan.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)