Masukan nama pengguna
Pengumuman
(Selaras dengan undang-undang baru hasil resolusi pertama
Pasca pengangkatan Queen of Spade ketiga)
Ditujukan untuk seluruh rakyat Wizard Card Island:
Poin pertama, demi menjaga keamanan dan kemurnian dek, maka strata baru telah ditata ulang. Budak tidak menempati strata terendah, melainan blankdeck. Blankdeck adalah sebutan untuk penyihir hasil campuran dek lain. Berikut strata yang telah diperbaharui:
2. Blankdeck
3. Budak
4. Rakyat biasa
5. Bangsawan
6. Pendidik/guru
7. Ilmuwan
8. Pekerja pemerintahan
9. Keluarga kerajaan
10. Sejarawan
11. Queen of Spade
Poin kedua, demi berhasilnya undang-undang baru, maka penangkapan dan pengganjaran besar-besaran akan dilakukan secepat mungkin. Bagi orang yang sengaja menyembunyikan blankdeck, sanksi akan ditanggung oleh keluarga, bukan pelaku. Apabila terjadi persekongkolan perihal penyembunyian blankdeck, sanksi akan berubah menjadi hukum cambuk abadi di alun-alun.
Poin ketiga, demi kenyamanan bersama, maka hak bicara kepada blankdeck diketatkan, yakni tidak sembarang orang bisa mengajak atau memberikan respon bicara kepada blankdeck. Jika dilanggar, hukuman potong lidah akan berlaku.
Penyihir Agung Pallas
20/02/2002
***
Kau percaya, gara-gara undang-undang yang sudah terbit selama dua abad itu hidupmu jadi kacau. Gara-gara itu juga, kau ada di tempat busuk dan berteman dengan kerangkeng itu. Orang-orang bilang jangan pikirkan, sudah takdir. Orang-orang bilang, biasakan diri dan terima kenyataan jika ingin tetap hidup. Namun, kau marah. Kau tidak terima. Dengan sedikit ambisi yang tersulut oleh kebencian kau berani berteriak kepada lelaki berjubah putih dengan pin dada bertuliskan ‘Penjaga Khusus Blankdeck’.
Kau melemparinya dengan batu, tanah, sampah, atau apa pun yang ada disekitarmu. Mulutmu mengelurkan kata-kata yang tak pantas: bajingan, babi, penikmat kelamin, sayur busuk, anjing bodoh, dan yang lainnya.
Hei, dari mana kau tau kata-kata itu?
Umpatan dalam keluhan yang biasa dikeluarkan lewat bisikan oleh orang-orang, telah dikatakan olehmu secara langsung. Namun, itu tidak baik untukmu. Penjaga itu marah, membuka gembok dan menyeretmu dengan paksa. Luka lama dikakimu terbuka lagi dan tanah mencetak jalurmu dengan darah dan nanah.
Kau tidak berteriak, juga tidak menangis. Itu adalah trikmu. Kau benci terlihat lemah di depan orang-orang meski kau tau dengan jelas tentang hukuman itu.
Tiga belas kali hukum cambuk.
Tiga belas kali hukum baja panas.
Tiga belas kali hukum air garam.
Tiga belas hari hukum abai.
Meski dalam proses itu kau tetap diam. Oleh karena itu, orang-orang menyebutmu gadis gila. Siapa dirimu? Siapa namamu? Berapa umurmu? Apa kesukaanmu? Tidak ada yang tau. Meski begitu, kau tetap mendapat julukan, kan?
Setiap mendapatkan hukuman seperti ini, kau baru bisa memikirkan latar belakangmu. Orang-orang hanya tau kau dibawa oleh penjaga berjubah putih tanpa luka. Kau tidak sadarkan diri selama tiga belas hari. Setelah itu orang-orang bertanya namamu, umurmu dan alasanmu dikurung, tapi kau tidak tau. Kemudian orang-orang menduga-duga kalau usiamu sekitar dua puluh tahun dan kau tetap tidak tau.
Kini kau menggosok-gosok tubuhmu, bersandar di pojokan. Baju lusuh dan bau membuat kulitmu jadi jelek, padahal orang-orang pernah menyanjung kulit putih dan bersihmu. Tembok kerangkeng itu lembab membuatmu berinisiatif bergerak ke kiri sedikit untuk mendapatkan posisi yang nyaman. Kau memainkan rantai kaki hingga berbunyi dan tersenyum seolah telah mendapatkan mainan baru, tapi semakin lama kau menjadi bosan. Tidak apa-apa, jangan mengeluh. Itulah trik keduamu. Sebab dengan mengeluh, hidupmu akan lebih menyedihkan.
Dalam kebosanan, kau mengamati langit-langit. Menggerakkan matamu ke atas, ke kiri, dan ke kanan. Tidak ada yang spesial, sebab kau sudah melakukan rutinitas ini selama dua tahun dan selama itu pula kau nyaris menjajaki semua jenis kerangkeng.
Kerangkeng putih dan bersih, itu adalah tempat pertama yang kau singgahi.
Kerangkeng yang dipenuhi dengan aliran listrik adalah tempatmu setelah menendang titik vital penjaga lelaki dan ada lebih menyebalkan baginya: kau terlihat bangga.
Kerangkeng dengan bau menyengat, bercampur dengan sampah dan kotoran adalah tempat setelah kau membuat salah satu penjaga babak belur.
Sekarang, kau berada di sebuah kerangkeng minim cahaya dan bersuhu sangat rendah. Tidak apa, toh semua sama saja. Sebab trik keduamu adalah jangan mengeluh. Jangan mengeluh dengan siksaan. Jangan mengeluh meski keadaan menekan tubuhmu dengan keras.
Sebenarnya kau harus melakukan sesuatu, tapi setiap kau melakukannya pasti akan berakhir sama. Inilah yang kau perjuangkan, keinginan tanpa perencanaan. Kau hanya mengandalkan emosi sesaat seolah harimau akan mati setelah tergigit kucing. Itu mustahil.
Kau mendengar kerangkeng dibuka, itu bukan untukmu karena kau baru tiga hari disitu. Pasti ada orang ‘malang’ lagi. Setelah decitan kerangkeng ditutup, suasana kembali sepi. Ah, bercanda! Memang suasana sudah sepi meski ada suara lain dan kau tidak perlu tertawa untuk itu. Kau tidak penasaran wajahnya bahkan suaranya, padahal itu bagus untuk mengisi kebosananmu. Namun, sepertinya dia tidak sama denganmu.
Dia menyapamu.
Kau sedikit terkejut, karena dia lelaki.
Dia menunggu responmu.
Kau diam.
Dia bertanya namamu.
Kau tetap diam.
Dia meceritakan banyak hal tanpa kau suruh.
Kau marah. “Berisik!”
Suaramu membuatnya berhenti bercerita, tapi dia menjadi penasaran denganmu. Suaramu yang dingin dan sarkas, membuat dia bersikap lebih aneh. Dia bilang, “Kau wanita? Kupikir kau lelaki. Bagaimana kau bisa ada di sini?”
Kau benci basa-basi. “Tidak tau.”
Kau menjaga jarak dengannya. Jauh-jauh. Semakin jauh semakin baik karena dia cerewet dan menyebalkan. Sedangkan dia sudah berhenti mengoceh karena mungkin kau membosankan.
Entah butuh waktu berapa lama hingga kau tertidur. Lalu tubuhmu bergerak aneh, kau menggosok-gosok kakimu, rantai berbunyi karena gesekan, mulutmu menggumamkan sesuatu, keringatmu dingin. Gosok-gosok sampai kulit kakimu lecet. Kau terbangun dengan napas yang menderu.
Kau berdiri dan berjalan mondar-mandir, terlihat gelisah. Kau mengaku telah bermimpi, lalu dia meresponmu. Kau lupa kalau ada orang lain di kerangkeng itu, jadi kau berkata, “Tidak ada.”
Dia mengerti, tapi tetap keras kepala. “Tidak baik menyimpan mimpi buruk.”
Seolah bisa berpikir jernih, kau pun mulai bercerita. Perempuan dewasa dengan gaun putih berlapis jubah emas membawa sebuah tongkat dan bunga datang membelaimu, menyanyikan lagu dan mengelus keningmu. Kau diajaknya bermain-main, berlarian. Suasananya sangat menyenangkan. Tiba-tiba pandanganmu menciut ketika perempuan itu berusaha mencekikmu. Kau terbatuk-batuk dan tidak bisa bernapas. Taman bunga berubah menjadi padang rumput yang hitam dan kering. Kau melihatnya tertawa senang. Kau tidak bisa seperti itu jika tidak mau mati. Kau berusaha melepaskan cengkraman dan menendangnya. Kini giliran perempuan itu terbatuk-batuk, tapi ekspresinya semakin terlihat senang. Perempuan itu berkata, “Temui aku dan kenali dirimu.”
Kau hanya mengingat sampai batas itu padahal kau yakin mimpi itu belum usai. Kau berusaha mengingatnya lebih dalam, tapi kepalamu sakit.
Dia mendengarkan ceritamu dengan seksama. “Bukankah ini kesempatan yang bagus untuk menjadi teman? Aku bisa memberimu saran” Begitulah ocehannya.
“Enyah!”
Mendengar hal itu, dia mundur perlahan-lahan. “Tenanglah, aku hanya menawarkan hal baik. Jika kau tidak suka, aku akan meminta penjaga memindahkanku ke kerangkeng lain. Aku akan bilang, kalau teman senasibku galak dan tidak tersentuh.”
Kau terlihat diam, tapi sebenarnya kau memikirkan ucapannya. Kau merasa tidak pernah memiliki teman dan sekarang seseorang datang menawarkan hubungan. Tidak masalah membuka diri selama beberapa hari, toh cuma sampai kau dipindah ke kerangkeng lain. Biasanya begitu, kan?
Suaramu terdengar hampa. “Baiklah, cuma beberapa hari.”
“Nah, siapa namamu?”
“Aku tidak tau nama, umur, dan asalku. Bahkan alasanku bisa di sini.”
Dia bingung, lalu bertanya, “Kau tidak lahir di sini?”
Kau menggeleng meski dia tidak melihat gerakanmu itu. “Tidak.”
Tidak ada keraguan dalam suaramu membuat dia buru-buru mendekatimu. Kau terkejut dan menendangnya sampai kepalanya terbentur.
“Apa!?” tanyamu.
Dia menggosok-ngosok kepalanya sebentar. “Mengecek chip, jadi diamlah sebentar.”
“Hah?” Kau terbengong.
Dia menjelaskan kalau semua penyihir yang sudah diakui identitasnya akan memiliki tanda, sebuah chip berbentuk kristal kecil dan ditanam dalam telinga kiri. Dia juga bilang pemasangan chip dilakukan saat bayi berusia tiga tahun.
Kau termenung.
Tiga tahun? Orang-orang pernah berkata kalau mendapatkan identitas itu sangat sulit. Kau baru tiba ditempat ini dua tahun yang lalu, dan … matamu membelalak. “A-apa aku korban salah tangkap?”
Untuk pertama kalinya kau berbicara penuh gairah.
Beberapa waktu kemudian kau sadar kalau suasananya sedang kikuk. Cukup lama dia meraba-raba telingamu. Dia melakukan sesuatu dan membuat telingamu merasa sakit, hanya sedikit. Kau tidak tau persis, tapi dalam penjara yang samar-samar kau melihatnya memegang sesuatu. “Aku mendapatkan ini secara tak sengaja ketika penjaga memberiku makan,” katanya. Dia meletakkan jari telunjuknya, kemudian ada tulisan diatas alat itu.
Nama: Segani
Kode identitas: tidak diketahui
Jenis kelamin: perempuan
Kemampuan dasar: tidak diketahui
Kemampuan khusus: tidak diketahui
Anugerah: tidak diketahui
Tingkat kecerdasan: tidak diketahui
Strata sosial: tidak diketahui
“Apa maksudnya?” Kau menjadi lebih penasaran.
Dia memberikan tatapan aneh, dan kau merasakannya. Namun, kau tetap diam menunggu jawaban. Dengan rasa penyesalan dia berkata, “Maaf, aku baru melihat identitas yang seperti ini. Dengar, sepertinya kau bukan korban salah tangkap. Seseorang sengaja memasukkanmu ke sini.”
“Oh.” Kau kehilangan semangat lagi.
Dia berusaha menghiburmu---sebagai seorang teman. “Yang penting kau sudah tau namamu, kan?”
Itu tidak berguna. Kau sangat penasaran dengan perempuan itu. Belaian lembut dan suara yang tak asing. Kau berpikir keras, tapi kau tidak tau. Kau mengetuk-ngetuk keningmu sampai sakit, tapi kau tetap tidak tau. Kau tau dunia luar terlihat indah dan ramai, tapi kau tak ingat siapa pun: kau dan orang-orang yang dekat denganmu. Memikirkannya membuatmu gila. Kau berteriak keras. Emosimu buruk lagi.
Tenang, jangan mengeluh. Tahan, jangan menangis.
Kau duduk ke tempat semula. “Apa kau bisa membantuku keluar dari sini?”
“Aku tidak tau.” Dia meragu. “Aku bukan penyihir hebat, tapi itu bisa membantu walau sedikit.”
“Itu cukup,” katamu.
Kau melupakan sesuatu. Kau tidak bertanya namanya, kau juga tidak penasaran dengan identitasnya. Kau lupa kalau blankdeck tidak bisa memakai sihir. Ah, lebih tepatnya kalau blankdeck susah mengendalikan sihirnya, bakatnya bertabrakan. Cacat, itu tidak sempurna. Kau salah karena tidak mencurigainya.
“Dengar, kita berada di Fabrik. Memang susah untuk keluar, tapi tidak mustahil. Kau hanya perlu berlari secepat mungkin,” jelasnya.
Fabrik, ya?
Kau tau karena kau masih ingat itu.
Kau tidak asing dengan suasana orang kelaparan, lingkungan yang cukup buruk di beberapa sudut sedangkan sisanya terlihat bersih, tapi tak spesial. Di sana juga ada orang-orang yang menggunakan rantai kaki sepertimu. Kau masih ingat orang-orang seperti itu juga dipukuli, beruntung mereka masih mendapat undang-undang perlindungan. Kau pernah berpikir untuk membebaskan mereka. Kau pernah melakukannya di wilayahThree of a Kind.
Kau pernah minum teh bersama seseorang di taman bunga, itu indah. Kau diajak jalan-jalan. Kau terpesona karena semua sudut jalan dan bangunan terlihat mewah dan kinclong. Sepatumu berbunyi tuk! tuk! dan tidak kotor saat berjalan di sana, tidak seperti tempat sebelumya. Lalu, orang itu berkata, “Selamat datang di Four of a Kind, salah satu kebanggaan Queen of Spades kita.”
Ya, kau tak asing dengan kata-kata itu, tapi kau lupa orang yang mengatakannya. Meski begitu, kau merasa perkataan itu ada benarnya. Kau pernah membandingkannya dengan Royal Flush, ibu kota Wizard Card Island. Kau mengakui Four of a Kind jauh lebih megah, tapi kau juga lupa alasan di balik perbedaan itu. Padahal kau merasa pernah mengetahuinya.
Sekarang kau baru sadar, ingatan-ingatan penting dalam hidupmu menghilang padahal kau mengira hanya melupakan orang-orang terdekat dan jati dirimu saja. Sekilas kau merasa ketimbang disebut lupa ingatan, kau lebih setuju disebut orang tidak berguna. Kau menampar pipi dua kali. Untuk pertama kalinya kau ingin menahan tangis, matamu sudah berair. Kau menjadi emosional. Tanpa alasan yang jelas, kau ingin mencabik, membakar, menginjak kepala, atau apa pun yang bisa membuat dirimu jadi lebih baik.
Tidak apa, kau harus bersabar. Jangan mengeluh terhadap kenyataan. Jangan menangis meski rasanya mengecewakan. Setidaknya kau sudah paham, kau orang bebas yang dijebak di One Pair. Tempat yang paling mengerikan sebab menghasilkan ribuan orang mati karena pengganjaran tanpa harapan keamaanan, dan Fabrik dibangun untuk merealisasikan itu.
Tapi sampai kapan?
Kau sudah lama berada di sini, bukan?
Kau tidak bisa menunggu lagi karena kau tau kalau kau tidak seharusnya ada di sini.
Dalam helanaan napasmu, terdapat kebimbangan yang dalam. “Hei, apa kau bisa membantuku besok? Aku ingin segera keluar dari sini.”
Lelaki itu menimang-nimang sebentar. “Besok? Ini terlalu terburu-buru, kau juga tidak memiliki rencana. Ini sangat meragukan, tapi aku akan mencoba.”
“Terima kasih.” Kau terlihat senang.
Ada kelegaan melalui ekspresimu. Mungkin kau mulai membayangkan kehidupan yang lebih baik sembari mencari tau identitas diri. Ya, itu adalah hal yang wajar. Untuk pertama kalinya kau menjadi tidak sabaran untuk hari esok. Kau tersenyum sedikit padahal kau tidak pernah melakukan senyuman seperti itu. Selama berada di Fabrik, kau hanya mengumpat, merenung, menatap tajam, dan berteriak. Dan waktu yang kau harapkan telah tiba. Bermodalkan keberuntungan, sepertinya kau berharap misi ini akan sukses.
Ketika penjaga menyodorkan makanan, lelaki yang kau minta tolong itu bergerak cepat. Dia memukul dan membuat si penjaga pingsan. Kau mengendap-endap bersama dia, tapi kau bingung. Kau tidak tau harus ke arah mana. Namun, lelaki itu mengandengmu dan berlari. Kau terkejut. Sangat terkejut ketika tau lelaki itu bisa memahami lorong-lorong dan belokan di dalam Fabrik.
Kau mulai curiga. Kau berusaha melepaskan tangan yang digenggamnya. “Siapa?” Kau baru bertanya perihal identitas lelaki itu. “Kamu siapa?”
“Aku? Aku cuma tahanan baru di sini.”
“Bohong,” ujarmu. Kau sadar kalau selama ini tidak ada tahanan yang lebih tahu tentang Fabrik selain dirimu. Kau sudah dua tahun berada di Fabrik, tapi kau tidak benar-benar tau seperti apa rute Fabrik. Lalu sekarang muncul orang yang sangat lihai dengan rute Fabrik dan mengaku sebagai tahanan baru? Tentu kau tidak sebodoh itu!
Lelaki itu berusaha menenangkanmu. “Hust, tenanglah. Kita bisa membahas ini nanti, sekarang kau harus ikut denganku. Kumohon, percayalah kepadaku walau hanya sekali ini, setidaknya sampai kita benar-benar keluar sampai sini.”
Kau terlihat ragu, tapi kau tidak punya pilihan lain. Sejak awal kau sadar, tidak mudah keluar dari tempat ini oleh karena itu kau meminta bantuan ke dia. Setiap waktu selalu ada pengecekan dan kau juga tidak terlalu paham jadwal mereka.
Lorong-lorong yang kau lalui tidak terlalu terang, tapi cahaya samar-samar itu cukup. Kau berusaha berjalan tanpa suara dan dia terlihat celingukan. Kau penasaran. “Ada apa?”
“Mencari seseorang, kakakku.”
Kau mulai paham dengan situasinya. “Kau sengaja masuk ke sini? Berarti kau memang kaum blankdeck?”
Dia berkata, “Sudah lama aku mencari tau tentang Fabrik, dan aku sudah bertaruh nyawa untuk ini. Tapi aku bukan kaum blankdeck karena kami bukan saudara kandung. Kami hanya memiliki hubungan keluarga setelah mengalami banyak hal yang serupa.”
“Siapa?”
Lelaki itu mengulang pertanyaanmu. “Siapa?”
“Nama kakakmu.”
“Oh, Helai. Namanya Helai.”
Kau berusaha mengingat sesuatu. “Aku pernah mendengar nama itu karena kami pernah berada di satu kerangkeng. Hanya saja, aku tidak tau apa dia masih di kerangkeng itu.”
“Ah, tidak apa. Tunjukkan saja,” katanya.
Tentu saja, dia tidak akan menghapus kemungkinan itu. Setidaknya, dia masih menganggap itu sebuah petunjuk baru.
Kau mengendikkan bahu. “Aku tidak tau jalannya kalau dari tempat ini. Kau tau kerangkeng khusus perempuan? Kami bertemu di sana.”
Tidak ada basa-basi, dia langsung mengandengmu seolah dia benar-benar tau. Kalian berjalan mengendap-endap mencari celah-celah yang bisa digunakan untuk bersembunyi dan lagi-lagi kau tercengang karena lelaki itu lebih cepat tau arah menuju kerangkeng khusus perempuan. Kerangkeng yang biasanya diisi oleh perempuan-perempuan bertubuh bagus dan mulus. Kerangkeng yang selalu terdengar suara jeritan dan tangisan saat para penjaga memperkosa mereka. Meski begitu, hanya kau yang tidak pernah tersentuh. Kenapa? Kau tidak tau.
Aneh. Semua yang terjadi di sini aneh. Menurutmu begitu, kan?
Kau dan dia mencari-cari Helai dari satu kerangkeng ke kerangkeng yang lain. Awalnya, kau merasa tidak yakin kalau Helai masih ada di sana, tapi keyakinanmu salah. Helai masih di sana akibat mata dan parasnya yang cantik. Sangat cantik meski tidak secerah dulu. Helai hanya meringkuk di pojokan dan menangis.
“Kakak,” ucap lelaki itu dengan bibir bergetar.
Mata sembab Helai semakin berurai air mata. Tidak ada yang bisa perempuan itu katakan seolah tenaganya dikuras habis tak bersisa. Kau tau kalau keyakinan Helai untuk bebas sudah hilang sejak lama. Ketika perempuan itu melihat sosok yang sangat dia rindukan, lagi-lagi hanya tangis yang bisa diekspresikan.
Kau ikut sesak. Kau merasa situasi saat itu sangat mengharukan. Mungkin kau berpikir keberadaan orang yang mempedulikanmu sudah tiada atau mungkin kau ingin ada seseorang yang memperjuangkanmu dan membebaskanmu, kan?
Tubuhmu merasakan sensasi merinding. Kau melihat keyakinan Helai yang hilang telah muncul kembali. Kau menyaksikan lelaki itu menjadi harapan bagi Helai. “Cepatlah,” katamu sebab sekarang bukan waktunya mengharu biru.
Namun, semua tidak berjalan sesuai rencana. Kau dan mereka ketahuan oleh para penjaga. Mungkin kau dan lelaki itu bisa berlari, tapi tidak untuk Helai. Kau berteriak, “Jangan halangi kami!”
Teriakan itu hanya sebatas teriakan. Apa manfaatnya? Tidak ada. Para penjaga tidak pernah mendengarkanmu karena kau bukan Queen of Spades. Kau tidak lebih dari seseorang yang kehilangan identitas dan tidak mampu membuktikannya. Kau bahkan tidak mengingat poisimu di dek mana.
Spadesdeck, sang penyihir angin?
Heartdeck, sang penyihir air?
Clubsdeck, sang penyihir api?
Atau …,
Diamonddeck, sang penyihir tanah?
Kau tidak tau. Kau hanya tau bahwa blankdeck bukan dekmu. Jika kau tidak bisa mengingat dekmu, kau tidak bisa menggunakan mantra sihir karena setiap dek memiliki mantra yang berbeda.
Lelaki itu mengenggam tangan Helai rapat-rapat. Suasana menjadi tidak terkendali. Untuk pertama kalinya kau merasa putus asa di tempat itu. “Jangan kemari!” teriakmu lagi sambil merentangkan tangan, pertanda kau ingin menghalangi para penjaga mendekati mereka.
Entah itu kegilaan karena putus asa atau memang keberanian sejati, kau tetap berusaha menghalangi para penjaga. Para tahanan di kerangkeng perempuan mulai menajamkan penglihatan mereka karena kejadiaan seperti itu belum pernah terjadi.
Para penjaga tidak pernah mengatakan apa pun walau sekata saja. Andai mendengar, mereka cuma menunjukkan wajah tanpa ekspresi. Para penjaga pandai menyembunyikan emosi. Tapi kau tau kalau mereka bisa berbicara dan memiliki kemampuan yang bagus. Jadi kau mengambil ancang-ancang. Kau tidak tau, tapi tubuhmu tau seolah kau memang terbiasa berada di posisi seperti itu.
Lalu atas dasar intuisi, Helai diposisikan dibelakang dua punggung, dirimu dan dia. Posisi yang terbaik. Pertanyannya, bisakah kau dan mereka keluar? Jika tertangkap lagi, hukuman mati bisa menjadi lis pertama, kan?
Kau bertaruh untuk itu. Tidak apa karena sudah telanjur begini, akan sangat disesalkan jika tidak diperjuangkan lagi. Lelaki itu mengeluarkan bola-bola api, cukup memberitahu kalau dia adalah clubsdeck. Sedangkan, kau hanya bisa menghindari serangan para penjaga dan melindungi Helai menggunakan kelincahan tubuh, tapi itu tidak cukup. Para penjaga yang saat ini kau lawan ada lima orang dan sangat kuat. Makanya, kau sudah bertaruh untuk kebebasanmu. Bebas dari Fabrik dengan selamat atau bebas dari Fabrik dengan kematian. Tidak buruk, kan? Terpenting kau bisa bebas.
“Bagaimana sekarang?” tanyamu pada lelaki itu yang sudah kehabisan tenaga.
“Kita keluar tanpa memiliki rencana, kekalahan sudah pasti tapi aku tidak ingin kakakku masuk ke kerangkeng itu lagi.” Lelaki itu berteriak, penuh emosi kemarahan dan kekecewaan. “Jadi, tidak ada pilihan lain sekarang. Hanya itu yang bisa kulakukan.”
Kau menatap Helai yang juga tidak mengerti maksudnya. “Hanya itu?”
Lelaki itu membuat pola dengan gerakannya yang sangat cepat. Kau bahkan tidak tau apa yang dia lakukan, tapi wajah penjaga mulai menengang. Ada kewaspadaan yang tinggi dari mereka. Kenapa? Kau mencoba mencerna. Namun, sepertinya Helai sangat paham.
“Raib, apa yang kau lakukan? Kau bisa melakukan apa saja, asal jangan itu!” ucap Helai yang terlihat frustasi.
“Apa? Ada apa?” Kau memaksa Helai untuk memberitahunya. “Dia melakukan apa?”
Helai tidak menjawab dan tangis Helai semakin buruk. Rasanya sudah bukan lagi tangis bahagia seperti beberapa menit yang lalu. Kali ini rasanya lebih pedih dan pilu.
Para penjaga yang seharusnya menjadi lawanmu mendadak mengambil ancang-ancang untuk melindungimu. Kau kebingungan, pun helai. Ini adalah hal yang tidak mungkin terjadi, kan? Kenapa? Kenapa kau tidak ingat apa pun? Kenapa dengan para penjaga? Semakin dipikirkan, kepalamu semakin sakit. Tanganmu mengenggam tangan Helai dengan erat---sangat erat sampai-sampai membuat perempuan itu berdesis kesakitan.
Lelaki itu bernama Raib. Entah kenapa kau tidak asing dengan nama itu. Kau menatapnya lekat-lekat. Seketika kau tidak bisa mengikuti pergerakan Raib dan tiba-tiba dia berada di depanmu, lolos dari kewaspadaan para penjaga. Secepat itu juga dia berkata, “Aku saja tidak cukup dijadikan penebusan untuk portal kebebasan itu. Dengan perjanjian iblis, aku meminta mereka menjaga dan merawat kakakku agar bisa berlatih sihir. Oleh karena itu, tidurlah abadi bersamaku wahai sang anak emas Queen of Spade.”
Kau terkejut seiring rasa sakit yang ada di dadamu dan memorimu yang berputar di masa-masa kecil. Kau tau ini bukan pertama kalinya bertemu dengan dia. Wajahmu terlihat cerah. “Ah, iya … akhirnya aku bebas dari ibuku juga.”
Kau tidak ingat banyak hal termasuk hubunganmu dengan Raib. Tapi kau tau satu hal, bahwa keinganmu untuk bebas dari Fabrik menjadi kenyataan. Kau tidak butuh lagi ingatan yang hilang itu. Kau hanya ingin bebas dari segala situasi yang membelenggumu.
Tubuhmu dan Raib perlahan melebur dan menghilang seleras dengan keterkejutan Helai yang juga akan menghilang. Konyol. Kau, Helai dan Raib akan sama-sama menghilang, tapi itu berbeda. Kau dan Raib dan benar-benar tertidur abadi, sedangkan Helai harus berjuang untuk hidup. Ah, bukankah kau ingin mengumpat karena perpisahan yang buruk ini?
Tapi kau dan Raib tidak punya waktu untuk berbincang.
Kau, sang anak emas Queen of Spades telah terbebas sekali lagi.
Selamat!
--TAMAT--