Cerpen
Disukai
1
Dilihat
4,012
Trilogi Kereta : Kereta yang Terekam
Drama

Jam telah menunjukkan dini hari, suara jalanan yang masih samar-samar terdengar ditambah dengan suara kereta masih lalu lalang tak berhenti. Suara peluit sang kondektur dan suara mesin si kereta merambat di seantero perkampungan si bapak. Orang-orang mungkin akan berkata jika mereka tidak akan tahan untuk hidup dan tinggal di perkampungan itu karena suara bising dari jalan dan kereta, tidak untuk si bapak dan keluarganya. Suara yang orang katakan bising itu bagi mereka adalah suatu harapan bahwa mereka bisa meninggalakan kehidupan miskin yang selama ini mengikat mereka. Kereta api itu menjadi jimat keberunttungan keluarga si bapak. Sudah menjadi kebiasaan jika sebelum si bapak berangkat bekerja, si bapak dan si anak akan melihat kereta yang melintas di pagi hari. Kebiasaan itu sekan menjadi jimat keberuntungan yang bisa mengantarkan mereka untuk pergi meraih mimpi mereka. Pagi itu ada sesuatu yang berbeda. Bos tempat si bapak bekerja memberikan hp bekasnya pada si bapak. Hp bekas seharga gaji sebulan si bapak itu menjadi barang pembicaraan di rumah selama beberapa hari ini. Si bapak, si ibu, dan si anak semangat untuk mencoba apa saja yang bisa dilakukan benda termahal yang pernah mereka miliki. Lalu, ide itu masuk dalam kepala si bapak. Bagaimana jika merekam kereta pagi yang selalu mereka tonton itu?

Keesokan harinya, tak hanya si bapak dan si anak yang meunggu di balik pagar pemisah stasiun dan pemukiman, si ibu juga ingin ikut melihat bagaimana hp itu merekam kereta yang biasanya hanya dia dengarkan dari kejauhan. Jam sudah menunjukkan 06:30, beberapa menit lagi kereta pagi iu akan menunjuukan batang gerbongnya. Si bapak mulai menyalakan kamera hp barunya. Si bapak menyerahkan tugas menjadi kameramen pada si ibu karena si bapak tahu betapa bersemangatnya si ibu dengan si hp baru. Si bapak cukup sadar jika si ibu ingin memiliki hp untuk dirinya sendiri seperti ibu-ibu di sekitar rumahnya, tetapi si ibu tak pernah mengatakannya kepada si bapak dan bisa menerima segala kekurangan si bapak dengan senyuman tanpa keluhan. Mereka menikah bukan didasari cinta, janji orang tua yang dibebankan pada mereka sebagai anak. Bagi mereka, cinta adalah barang mewah yang tak bisa mereka beli dan miliki, memiliki nasi di piring, baju di badan, dan atap di atas kepala lebih penting daripada barang mewah itu. Satu pemikiran itulah yang cukup untuk mengatarkan mereka merajut hubungan keluarga mereka tanpa ada gejolak yang berarti.

Suara denting siulan dan lonceng kereta api sudah mulai bisa terdengar. Detak jantung ketiga orang itu mulai memuncak dengan sendirinya. Kereta pagi itu melaju dan melaju tanpa ada tanda-tanda mengurangi kecepatannya. Si bapak yang mulai menyadari keanehan itu. Si ibu dan si anak yang tak tahu apa-apa masih sibuk merekam kereta yang selalu mereka kagumi itu. Si bapak latas menarik si ibu dan si anak, mencoba menjauh untuk antisipasi apa yang mungkin akan terjadi. Si ibu yang bingung dengan perilaku si bapak ikut menjauh tanpa melepaskan hpnya untuk merekam kereta itu. Beberapa detik kemudian, kereta yang melaju itu bertabrakan dengan kereta yang berhenti di stasiun. Semua kejadian ini terekam dalam hp baru si bapak sebelum si ibu menjatuhkan hp karena terkejut. Si bapak, si ibu, dan si anak berpelukan, berusaha menenangkan diri dari kejadian yang baru saja mereka saksikan. Si bapak mengecek apakah si ibu dan si anak mengalami luka akibat dari benda-benda yang berterbangan dari tabrakan dua kereta itu. Ketika si bapak tahu jika tak ada yang perlu dikhawatirkan, si bapak meminta si ibu dan si anak untuk kembali ke rumah dan mengatakan bahwa dirinya akan melihat dua kereta itu untuk melihat apakah ada hal yang perlu dibantu untuk evakuasi atau apapun itu. Si ibu yang masih shock hanya menurut, sedangkan si anak ingin ikut si bapak melihat kejadian yang menarik perhatian kepalanya. Si ibu berhasil membujuk si anak untuk pulang dengan es krim kesukaannya sebagai imbalan.

Kejadian yang biasanya hanya dilihat di layar televisi sekarang ada di depan mata. Kepanikan terlihat nyata di staff stasiun hingga penumpang kereta yang terjebak dalam gerbong. Beberapa saat kemudian, terdengar suara sirine bersautan. Mulai dari polisi, ambulan, hingga pemadam kebakaran datang ke lokasi. Si bapak membantu seadanya, hanya bergerak jika ada instruksi dari polisi atau damkar. Beberapa masih selamat dengan luka-luka ringan, beberapa lainnya harus digotong dengan tandu, dan beberapa lainnya dibawa dengan kantung mayat. Setelah tak ada hal yang bisa dibantu warga biasa, si bapak pulang. Di perjalanan pulang, si bapak mengabari bos tempat bekerjanya untuk meminta libur satu hari. Sebelum si bapak berbicara tentang alasannya, bos si bapak menyetujui permintaan si bapak tanpa panjang lebar. "Kalau ada apa-apa yang bisa saya bantu, kabari aja langsung. Jangan sungkan.", begitulah kata bos si bapak seakan dapat membaca kegelisahan si bapak hanya dari suara telepon.

----

Kumpulan reporter mulai terlihat ramai mengerumuni stasiun kereta api sebagai saksi bisu kecelakaan kereta api. Polisi, damkar, dan paramedis masih menyibukkan diri untuk evakuasi dari gerbong yang tak lagi berbentuk. Warga sekitar pun tak ingin ketinggalan melihat berita apa yang muncul di layar televisi yang biasanya hanya bisa mereka lihat dari kejauhan. Dari tua dan muda, pria dan wanita, miskin dan fakir miskin, semua berkumpul untuk melihat tragedi sembari mengucap syukur bukan dirinya yang sedang meregang nyawa di antara serpihan besi-besi itu. Di antara kumpulan warga itu, ada si anak bersama anak kampung lain yang bermain di sekitar reporter agar mereka bisa masuk di siaran berita yang tentu saja tak mereka lihat sebelumnya.

"Kak, kak, kakak yang biasanya ada di tv?", kata salah satu anak pada si reporter yang baru datang

"Iya. Adiknya disini aja, jangan dekat-dekat kesana biar pak polisinya biar bisa kerja.", kata si reporter sambil mempersiapkan siaran langsung.

"Kakak, kakak, kakak tahu nggak, temen aku lihat kecelakaannya langsung!", kata anak itu tak menghiraukan perkataan si reporter

"Oh, ya, temen kamu yang mana?", tanya si reporter dengan setengah fokus karena masih sibuk persiapan.

"Yang ini kak!", kata anak itu sambil mendorong si anak ke reporter.

"Apa benar kamu yang lihat kecelakaannya langsung?", kata si reporter sudah siap tinggal menunggu si kameramen

"Iya.", kata si anak malu-malu

"Bilang sama kakaknya, katanya kamu punya rekaman kereta.", kata anak itu seperti ingin memamerkan mainan barunya.

"Anu, di hp baru bapak, ada rekaman kereta tadi pagi. Ibu yang rekam.", kata si anak masih gugup

Si kameramen memberi sinyal pada si kameramen jika siara sudah bisa dimulai.

"Adiknya tunggu disini dulu ya. Kakak masih mau tanya=tanya.", kata si reporter pada dua anak itu sebelum si reporter mulai melakukan siaran.

----

"Bu, aku pulang!", kata si anak sambil membuka pintu.

"Kamu ini kemana aja? Ibu cari kemana-mana. Loh kamu bawa siapa ini?", kata si ibu kebingungan.

"Kakak-kakaknya katanya mau lihat rekeman kereta di hp baru bapak.", kata si anak

"Maaf menggangu waktunya. Saya xxxx dan ini teman saya xxxx. Kami reporter dari xxxx. Saya baru saja siaran dari TKP kecelakaan kereta, lalu saya bertemu adik ini dan temannya. Dari apa yang mereka sampaikan pada saya, saya datang kesini karena mendengar jika ibu punya rekaman kejadian kereta api yang baru terjadi. Apa benar, bu? ", kata si reporter memperkenalkan diri dan menegaskan maksud kehadirannya.

"Sebentar, sebentar, saya panggilkan suami saya dulu." kata si ibu sebelum menghilang ke dalam rumahnya.

Si ibu datang bersama si bapak. Si ibu bersama si anak masuk ke dalam rumah, sedangkan si bapak meladeni dua orang asing yang baru mereka kenal itu. Si ibu masih belum bisa memaksa dirinya untuk mengingat kejadian di pagi itu. Si ibu lebih memilih untuk menyibukkan diri di dapur untuk menyiapkan maka siang keluarga kecilnya serta minuman dan cemilan seadanya untuk tamu tak diundang itu. Si ibu menyuruh si anak untuk mengantarkan minuman dan cemilan yang disiapkannya, takut mendengar sedikit pembicaraan itu bisa memicu memorinya untuk kembali memutarkan kejadian yang ingin dilupakannya.

Tak berselang lama, tamu itu tak lagi berada di rumah mereka. Si bapak berusaha tetap bersikap normal seperti biasanya. Si ibu yang telah hidup bersama si bapak lebih dari satu deakde itu tak bisa dibohongi dengan akting abal-abal si bapak, namun ibu tak mengatakan apa-apa karena pria yang sudah menjadi belahan jiwanya itu telah ia percaya dengan sepenuh hatinya atas apa yang sudah dan akan terjadi. Malam itu berjalan seperti biasanya. Makan malam bersama sehabis isya', menonton tv bersama di ruang keluarga. Si anak tertidur di pangkuan di bapak. Si anak yang lelah bermain seharian itu bisa tidur tanpa perlu ada drama seperti hari-hari sebelumnya. Akting si bapak sudah tak nampak lagi, hanya gelisah yang tersisa di wajah si bapak. Si ibu pun mulai membuka pembicaraan.

"Bapak mau ibuk bikinin kopi lagi?"

"Teh saja, bu."

Si ibu mengangguk dan pergi ke dapur. Si bapak mengecek hp barunya yang bergetar. Si ibu pu datang dengan teh yang hampir tak pernah menjadi minuman pilihan si bapak.

"Ini, pak tehnya."

"Bu...", kata si bapak yang masih dengan gelisahnya

"Iya, pak."

"Ibu duduk disini dulu."

Si ibu menuruti perkataan suaminya itu tanpa pertanyaan

"Anu, reporter yang tadi pagi kesini, mereka mau beli rekaman kereta yang ibu rekam. Kalau menurut ibu bagaimana?", kata si bapak dengan agak tersenggal-senggal

Si ibu diam sejenak lalu menjawab pertanyaan si bapak

"Kalau ibu nurut bapak saja.'

"Kalau ibu nggak mau jual rekamannya, bapak nanti tinggal tolak reporternya.", kata si bapak berusaha meyakinkan si ibu agar bisa mengatakan apa yang dipikirkannya.

Si bapak khawatir jika kecelakaan tadi pagi bisa membuka ingatan yang ingin ibu lupakan. Bapak si ibu meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan. Si ibu yang selalu dekat dengan bapaknya itu masih tak bisa berhenti menangisi kepergiannya dan menakuti apa yang telah membuat mereka berpisah. Si ibu masih terlihat ragu-ragu jika harus bepergian atau sekedar melihat jalan raya. Dengan menjual rekaman video ini, rasanya sama saja dengan mengambil keuntungan dari tangis dan nyawa orang lain. Si ibu yang pernah dan masih berada di sisi korban tak akan terima dengan hal itu. Akan tetapi, uang ini juga bukan hal yang bisa ditolak semudah itu untuk keluarga si bapak. Barang yang serba meroket, biaya sekolah si anak dan perlengkapannya, sewa kontrakan yang harus dibayar, sementara gaji si bapak hanya segitu-gitu saja. Si bapak tak tahu harus apa.

"Jual saja kalau begitu. Nanti uangnya bisa dibuat modal jualan ibu biar ibu bisa bantu-bantu bapak cari uang.", kata si ibu berusaha tersenyum meyakinkan si bapak yang gelisah

"Ibu yakin?"

"Ibu tahu bapak masih nggak enak mau jual videonya gara-gara ibu. Ibu udah nggak papa kok. Kita perlu uangnya buat adik.", kata si ibu tak melihat si bapak sembari mengelus kepala si anak yang tidur terlelap.

"Kalau bapak masih nggak enak buat terima uangnya, nanti uangnya disisihan untuk amal buat korbannya, terus nanti kita juga doa buat mereka dan keluarganya.", si ibu berusaha meyakinkan si bapak walau masih tak bisa menatap mata si bapak.

Si bapak yang masih diam melihat si anak yang masih tertidur lalu mengambil hp barunya, mengetik pesan untuk si reporter tanpa banyak bicara. Lalu, si bapak dan si ibu kembali terdiam. Mereka tanpa sengaja berpandangan lalu si bapak mengalihkan pandangan untuk meneguk teh yang sudah dingin. Mereka berdua sama-sama tahu jika keputusan yang mereka pilih bukanlah perilaku suci yang patut dipuji, keadaan mereka yang menuntut mereka untuk menomor sekian kan perasaaan, doa dan amal yang mereka akan lakukan hanyalah sesuatu atas dasar keegoisan mereka untuk berusaha menyucikan "kejahatan" yang mereka lakukan. Mereka menghela napas bersamaan, berpegangan tangan masih tanpa pandangan mata. Tuhan, ijinkan hamba melakukan dosa ini.

-----

Bapi penumpang kereta jurusan **** - *****, harap mulai melakukan pengecekan tiket di loket yang tersedia karena karena akan tiba sesuai dengan jadwal yang tertera. Sekaku awasi barang bawaan anda. Ajukan pertanyaan pada staf stasiun yang ada jika anda memiliki persoalan. Selamat jalan.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)