Masukan nama pengguna
15.30
Tring ...
"Bel, ayo pulang atuh. Tidur wae kamu," ajak Tami sembari merapihkan alat tulis dan bukunya.
Fabel yang masih sedikit terbangun hanya bisa celingukan, nyawa yang masih setengah, kepala yang terasa pusing hingga beberapa kali ia mengucek matanya.hanya untuk mengurasi rasa pusing di kepalanya.
'Gue Fabel Jenan dan gue pindah ke Bogor karena ikut bokap yang pindah dinas, gue kelas 12 semester 2. Ya bisa di bilang bentar lagi gue lulus. Bunda nggak ikut pindah, katanya sayang sama lingkungan kota metropolitan yang udah bikin dia nyaman. Gue sekolah di salah satu SMA yang gue pengenin semenjak gue berkunjung ke rumah tante gue dulu di Bogor, katanya si sekolah ini angker. Dan karena itu gue tertantang buat masuk ke sini.'
"Bel, kamu kalo masih mau di kelas jangan ngelamun atuh ya. Nanti langsung pulang loh, jangan lama-lama diem di kelas takut ada yang ngikutin pulang sampe ke rumah nanti." sambung Tami.
"Alah palingan mereka yang aku ikutin Mi, gak takut aku sama begituan. Anggap aja mereka temen kita yang nggak terlihat." celetuk Fabel yang membuat Tami sedikit memukul pundaknya.
"Stt ah! Kamu jangan sompral juga disini, ngeri udah banyak kejadian soalnya." timpal Tami lagi lalu bergegas pulang.
"Becanda doang aku Mi. hati-hati ya!" seru Fabel lalu melambaikan tangannya.
Tami membalas lambaian tangannya lalu pergi dengan wajah yang sudah terlihat sangat lelah.
Fabel langsung membereskan mejanya dan memasukan alat tulis hingga buku ke dalam tas. Namun saat ia ingin memasukan tempat pensil, dari sudut matanya terlihat ada seseorang yang terus memperhatikannya, tepat dari arah pintu kelas.
Ia langsung menoleh, namun saat ia menoleh tidak ada siapapun di pintu. Hanya ada kucing oren yang sedang mandi menjilati bulunya.
"Ah gara-gara Tami gue jadi parno begini. Lagian mana ada sih begituan di siang hari, aneh banget." gumam Fabel. Namun pada saat ia menoleh ke arah tas ia melihat tangannya yang sudah berlumuran darah. Isi tas-nya sangat bau busuk dengan potongan kepala manusia di dalamnya.
"AAAA! ENGGA. ENGGA INI CUMA RASA PARNO GUE DOANG." teriak Fabel dengan mimik wajah yang sangat shock. Ia ingin berlari ke arah keluar dan membersihkan darah yang berlumur di tangannya, namun saat itu ia menabrak tubuh yang sangat kekar, hingga dirinya terpental.
Manusia misterius itu membawa bambu kuning yang runcing dan sangat tajam di tangannya. Fabel berteriak histeris sampai sampai untuk bangkit saja ia tidak bisa, karena lemas.
"GUE MAU PULANG, LO JANGAN MACEM-MACEM SIALAN. KALO LO MACEM-MACEM GUE BAKAL BILANG SAMA AYAH!" teriak Fabel lagi, namun seakan-akan kuping pria itu tertutup oleh sesuatu ia tidak bereaksi apapun.
Pria itu mengangkat tinggi-tinggi bambu tersebut hingga bagian runcingnya terlihat sangat jelas, ia mulai mendaratkan bambunya di atas dada Fabel.
...
Fabel terbangun dari mimpinya dengan napas yang sangat ter-engah-engah. Ia melihat sekitar, masih ramai dengan siswa yang belajar dan mengerjakan tugas. Waktu menunjukan pukul 14.36 ia langsung teringat bahwa dirinya belum sholat.
"Bel, kamu mau sholat nggak? Kalau mau ayok aku temenin, soalnya kamu tadi aku bangunin malah makin ngorok." ujar Tami.
"Kebetulan aku mau sholat."
...
16.00
"Bel, ayok pulang." ajak Tami.
"Aku pulangnya nanti bel, mau mupala dulu. Soalnya kemarin aku nggak ikut kumpul." ujar Fabel.
Tami hanya mengangguk dan melambaikan tangannya untuk berpamitan pulang terlebih dahulu.
"Hati-hati ya Bel! Kamu jangan somprak kalau sampe malem disini." kata Tami sambil mengkhawatirkan Fabel.
"Mana ada aku begitu Tam." celetuknya sambil sesekali melihat kanan kiri.
...
Fabel menunggu anak Mupala yang lain sambil memakan bekal yang tidak sempat ia makan tadi siang. Sesekali ia melihat arsitektur bangunan yang tertata rapih walaupun kuno itu memberi kesan estetika yang sangat mahal menurutnya.
Cuaca diluar hujan dan hawanya sangat dingin. Ia melihat kondisi beberapa tanaman diluar basah karena terkenanya air hujan yang sangat deras.
"Bel, lo dari tadi di sini?" tanya Mario memastikan.
Di belakang, Mario di susul oleh Zio yang sama-sana anak Mupala.
Fabel mengkerutkan keningnya sambil susah payah mengunyah makanan yang masih berada dalam mulut dan berusaha menelan cepat.
"Ya terus menurut lo gue harus nunggu di luar gitu??" balas Fabel sembari mengunyah sisa makanan yang belum tertelan.
"Gimana ya. Sejauh ini lo berani sih nunggu di sini Bel, soalnya kalo anak-anak lain gabakal berani nunggu di sini. Mereka malah milih nunggu diluar biar tenang aja gitu hawa-nya." kata Zio membantu Mario menjawab Fabel.
"Kenapa tuh? Gue mau tau dong cerita di sekola ini sebenernya tuh kaya gimana." pinta Fabel agar kedua temannya itu menceritakan hal yang terjadi di masa lampau dan di ceritakan dari mulut ke mulut.
"Jadi ceritanya tuh gini, dulu ada siswi namanya Vabella, dia bisa di bilang cewe bandel yang suka pake make up tebel banget ke sekolah."
Fabel berusaha fokus untuk mendengarkan cerita Zio sambil mengunyah makanan.
"Tunggu. Vabella, kok mirip nama gue." ujarnya.
"Nama lo pasaran Bel, makanya banyak yang niru." celetuk Mario.
"Lanjut aja Zi, Mario berisik banget."
"Terus ada satu hari dimana dia tuh kurang enak badan, sampe ngga sempet buat make up. Dia pingsan waktu ikut upacara, sampe mukanya aja pucet. Nah dia kan di bopong sama salah satu satpam yang suka bener-benerin alat yang macet di sekolah ini, kaya toa dan semacemnya lah, ke UKS. Awalnya baik-baik aja dan disitu juga ditemenin sama guru yang ada diruang BK. Emang deket ruang BK sama UKS. Beberapa saat dari itu guru BK yang tadu nemenin keluar mau ngambil makanan yang di pesen lewat aplikasi, dan itu niatnya buat Vabella karena katanya dia belum sarapan di rumah. Pas guru itu balik lagi, ada satpam itu di dalem sambil ngeraba-raba tubuh Vabella yang katanya lagi ngobatin, tapi nyatanya Vabella tuh ngga ada reaksi sedikit pun. Nah disitu micu banyak guru yang marah, sampe-sampe di hari kejadian satpam ini di tampar sama salah satu guru killer dan itu udah termasuk pelecehan. Dan tadinya dia mau dilaporin tapi ada beberala hal yang katanya menutupi aib sekola juga." jelas Zio yang tiba-tiba istirahat meminum es teh.
"Terus-terus abis gitu si satpam ini dipecat??" tanya Fabel.
"Tunggu dulu, ini belom klimaks nih." timpal Mario.
"Jadi abis itu satpam sekolah ini ngga di pecat, malah sampe sekarang ini masih kerja di sini sebagai satpam." sambung Zio mampu membuat Fabel seperti disengat ribuan lebah.
Matanya membelalak seperti mau keluar, kunyahan di mulutnya kini terhenti, sesekali ia melihat kanan kiri lalu berbisik.
"Siapa namanya?" tanya nya.
"Dengerin dulu. Besok harinya Vabella kaya biasa berangkat sekola, dan itu hari selasa. Dia make up dan kondisi tubuhnya juga udah better. Sekolah kaya biasa, belajar, becandaan, sampe pas waktu pulang dia kejebak hujan yang deres banget sampe-sampe dia nunggu di pos depan lama banget. Udah gitu dia ada niatan tuh mau pulang, karena emang udah malem juga takut orang tuanya khawatir, tapi sadisnya pas dia mau pulang ada orang misterius badannya gede, keker gitu lah nusuk dia dari belakang pake bambu kuning runcing banget. Mayat Vabella juga di temuin besok harinya dengan tubuh kaku, saluran air di sekitarnya juga penuh sama darah, dan itu bau anyir banget. Dan kata gue tadi satpam nya nggak di pecat dengan perjanjian biar ngiket hantu nya Vabella di sekolah ini, 'katanya' kalo dia di pecat, citra sekola ini bakal jelek banget karena ada beberapa hal yang gak bisa di kasih tau sama pihak mana pun." jelas Zio panjang lebar.
Fabel seketika merinding mendengar cerita Zio, sesekali ia menela'ah apa yang zio katakan, namun sesekali ia tidak sanggup untuk bertanya lagi.
"Nama satpamnya siapa?" kata Fabel sangat penasaran.
"Kalo gue jadi Vabella, bakal gue gentayangin terus gue bunuh balik pembunuhnya." sambung Fabel.
Zio mendekat lalu menunduk dan berkata..
"Pak yayo."
Ucapan itu seketika mampu membuat Fabel menggidik ngeri, wajahnya meyakinkan Zio untuk berbicara 'bercanda' namun ketidam percayaan itu dipatahkan oleh Mario yang menambahkan..
"Emang si brengsek itu." kata Mario.
Mereka melanjutkan obrolannya, hingga saatnya kumpul untuk membicarakan proker yang akan mereka lakukan untuk satu tahun ke depan. Hingga akhirnya saat perkumpulan itu selesai Fabel meminta untuk Zio dan mario mengantarnya pulang.
...
04.50
Fabel cepat-cepat bergegas untuk mandi dan melanjukan dengan sholat shubuh, lalu ia sarapan dan bersiap untuk berangkat.
"Abel, nanti pulangnya di usahakan cepat ya. Ayah khawatir, Bogor sudah mulai hujan kemungkinan jalanan macet." saran Azura.
"Iya Ayah, lagian hari ini Fabel nggak ada kumpul mupala lagi." balasnya.
Azura mengangguk lalu bergegas pergi. Fabel bersalaman dan mengucapkan salam, ia langsung memakai sepatu dan pergi keluar sambil mengunci pintu lalu pergi.
...
Di perjalanan Fabel masih memikirkan cerita tentang Vabella yang di ceritakan oleh Zio kemarin malam saat perkumpulan.
Namun sesekali ia masih bertanya, hal apa yang harus ia lakukan agar ia tidak takut dengan satpam itu.
...
Fabel berjalan di koridor sekolah sambil menatap beberapa spot yang memang masih menggenang air. Ia menatap beberapa genangan air yang terlihat sangat keruh dan masih di bersihkan oleh penjaga sekolah.
"DARR!!" kaget Tami mampu membuat Fabel menghela napas dan mengusap dadanya perlahan.
"Tami! Apa si kamu ngagetin doang." kesal Fabel sambil memutar bola matanya.
"Lagian kamu kenapa si ngeliatin ke arah genangan air terus, gak bosen aoa mandanginnya. Bogor tuh gini kalo selesai hujan pasti banyak spot yang menggenang." ujar Tami.
"Kamu tumben bijak." balas Fabel.
Lalu tami tertawa dan sedikit membanggakan dirinya kata Fabel tadi.
Bel sekolah sudab berbunyi, Fabel dan Tami bergegas cepat ke kelas agar tidak telat masuk. Dan mereka pun tidak mau di hukum perkara telat masuk kelas.
"Bel, nanti aku kayanya mau izin pulang duluan deh, soalnya mau jenguk nenek lagi sakit." kata Tami.
"Jam berapa? Yahh aku ngga ada temen sebangku dong."
"Jam sembilan nanti, kan ada yang lain, tuh main aja sama Mario dia kan kabarnya suka sama kamu." sambungnya.
Fabel terdiam dan mengkerutkan keningnya.
"Hah apa Mi?" tanya nya memastikan.
"Ehh engga, tadi kayanya aku salah ngomong deh." sahut Tami.
Fabel mengkerutkan alisnya lalu memasang wajah keheranan.
...
Waktu begitu cepat berlalu, kini tinggal satu mata pelajaran lagi menuju pulang. Namun di luar hujan terlihat sangat deras, Tami sudah izin pulang sedari jam sembilan pagi tadi.
Fabel memandang keluar, dengan sesekali perasaan cemas dan was-was nya ngeri dengan cerita kemarin malam.
"Bel. Ngelamun mulu lo, kenapa?" tanya Mario sedikit membuat Fabel terkejut.
"Apasih lo, tiba-tiba ada di sebelah gue. Ngagetin banget lagi." kesal Fabel.
"Gue nanya, sensi amat lo. Lagi PMS ya?" tanya Mario lagi. Fabel memutar bola mata malas lalu mengehela napas dan berdecak.
"Ihh awas coba lo minggir dulu, gue mau beresin mejanya, bentar lagi balik. Mau cepet-cepet gue." ujarnya.
Mario berdecak lalu pergi sambil menjahili Fabel sedikit. Bel pun berbunyi, Fabel melangkahkan kakinya sangat cepat hingga sesekali ia berpikir untuk pulang dan tidak kebasahan karena ia lupa membawa payung.
"Ah anjir, bajunya buat besok lagi. Masa gue diem di sini."
"Takut di bunuh, nanti gue kaya Vabella lagi jadi hantu."
Ucapan Fabel terbilang sompral, karena beberapa kali ia menggidikan bahunya lalu berdecak sebal karena hujan sangat deras dan tidak berhenti-berhenti.
Langit mulai gelap, walaupun ini masih menunjukan pukul 16.30 namun sudah terlihat akan menjelang waktu maghrib.
Fabel memainkan hpnya, perlahan ia merasakan tubuhnya sangat dingin, ia mulai merasakan hawa yang tidak biasa. Sesekali ia menoleh kekanan dan kekiri untuk memastikan tidak ada siapapun selain dirinya di sana, karena ia sudah mulai merasa takut.
Namun semakin ia rasakan perasaat itu, semakin terasa sangat menakutkan. Tepat saat ia akan melangkahkan kaki untuk berlari menuju angkutan umum, tubuhnya di tarik dan di bekap lalu terasa sangat perih di bagian dadanya. Ia merabanya perlahan dan merasakan ada benda runcing yang menancap di sana.
Napasnya tidak karuan, rasa sakit yang ia rasakan berkali lipat rasa sakitnya.
Matanya masih terbuka, dengan sendu ia melihat siapa manusia bajingan yang sudah menusuknya. Dan terlihat itu Mario dan Tami yang tertawa terbahak-bahak dan berkata..
"Perasaan Vabella yang itu gak sebodoh Fabel ini."
"Mungkin Vabella itu berkelas, yang ini mah nggak ada apa-apanya."
END.
'Jaga ucapan lamun dimana-mana, ulah sompral.'
Sebenarnya. Mario meceritakan hal yang tidak masuk dinalar kepada Zio, Zio tidak tahu apa-apa dengan apa yang dilakukan temannya itu. Zio terpaksa menceritakan hal tersebut hanya untuk mengecoh korban yang akan Mario dan Tami bunuh. Tidak ada alasan pasti, namun alasan utama mereka membunuh hanya untuk kepuasan mereka dengan sekte yang mereka percayai bisa membuat mereka kaya.