Cerpen
Disukai
0
Dilihat
2,869
Si Gembul Sahabatku
Komedi

Laras duduk di teras rumahnya yang baru, menghirup udara segar desa yang sudah lama dirindukannya. Setelah bertahun-tahun tinggal di kota, akhirnya ia kembali ke desa yang penuh kenangan. Dengan senyum di wajah, Laras mengenang masa-masa kecilnya, terutama saat bersama sahabatnya, Raga.


Raga, atau yang biasa dipanggil Gembul oleh teman-temannya, adalah anak yang ceria dan penuh kreativitas. Tubuhnya yang gendut namun tinggi membuatnya selalu mencolok di antara anak-anak lainnya. Selain itu, ia juga memiliki bakat luar biasa dalam memasak, yang selalu membuat Laras kagum.


Hari pertama sekolah pun tiba. Laras bersemangat karena tahu ia akan bertemu banyak teman baru, dan mungkin bertemu lagi dengan Raga. Dan benar saja, ketika ia memasuki halaman sekolah, ia melihat sosok familiar yang sedang duduk di bangku taman sambil mengunyah roti.


"Raga?" panggil Laras, setengah ragu.


Raga menoleh dan matanya melebar, "Laras? Wah, kamu kembali ke sini?"


Mereka berdua berpelukan dan tertawa riang. Tak disangka, mereka berdua mendaftar di sekolah yang sama, meski jurusannya berbeda. Laras mengambil jurusan olahraga, sedangkan Raga memilih jurusan tata boga.


Di hari pertama belajar, Laras merasa sangat antusias di kelas olahraga. Namun, ketika tiba saatnya pelajaran memasak, ia mengingat betapa buruknya ia dalam hal itu. Dulu saja ia pernah memasak nasi yang ternyata masih mentah. Kini, ia merasa makin grogi karena tahu bahwa Raga sangat ahli dalam memasak.


Suatu hari, Laras memutuskan untuk mengunjungi kelas tata boga, di mana Raga sedang memperagakan cara membuat kue tart. Semua siswa terlihat serius memperhatikan, kecuali Raga yang dengan santai berbicara sambil terus memasak.


"Laras, sini lihat! Ini yang namanya buttercream, jangan sampai salah, ya!" seru Raga sambil tersenyum lebar.


Laras mencoba mencicipi buttercream yang ditawarkan Raga. "Wah, enak banget! Kamu memang jago, Gembul!"


Raga tertawa, "Tentu dong! Kamu kapan-kapan coba buat, ya!"


Beberapa hari kemudian, Laras memutuskan untuk mencoba membuat nasi goreng di rumah, sebagai upaya membuktikan bahwa ia bisa memasak. Ia mengikuti resep yang sederhana dan tampaknya semua berjalan lancar, sampai akhirnya ia sadar bahwa lupa menambahkan garam. Raga yang kebetulan berkunjung, tertawa terbahak-bahak.


"Untung saja kamu ambil jurusan olahraga, bukan tata boga," kata Raga sambil membantu menambahkan garam pada nasi goreng yang hampir selesai dimasak oleh Laras.


Hari demi hari, persahabatan Laras dan Raga semakin erat. Meski berbeda jurusan, mereka selalu saling mendukung dan mengisi kekurangan satu sama lain. Raga sering membantu Laras dalam urusan memasak, sementara Laras sering memberi ide kreatif pada Raga untuk membuat hiasan kue yang menarik.

***

Suatu hari, sekolah mengadakan kompetisi memasak antar jurusan. Laras memutuskan untuk ikut sebagai bentuk dukungan pada Raga. Meski awalnya ragu, ia merasa percaya diri karena tahu sahabatnya pasti akan membantunya.


Di hari kompetisi, Laras dan Raga bekerja sama membuat hidangan spesial. Meski ada beberapa insiden lucu, seperti Laras yang hampir membakar kue, namun dengan bimbingan Raga, mereka berhasil menyelesaikan hidangan tepat waktu. Akhirnya, mereka meraih juara kedua, dan Laras merasa sangat bangga.


"Ini semua berkat kamu, Gembul!" kata Laras sambil memeluk Raga.


"Ah, tidak juga. Kamu juga hebat kok, Laras!" balas Raga sambil tersenyum.


Persahabatan mereka yang unik dan penuh tawa membuat hari-hari di sekolah menjadi sangat menyenangkan. Laras pun belajar bahwa meskipun ia tidak ahli memasak, dengan bantuan sahabat sejatinya, ia bisa melakukan apa saja.


Hari-hari berlalu dengan cepat, dan tak terasa, Laras dan Raga sudah memasuki semester kedua di sekolah baru mereka. Hubungan mereka semakin erat, dan mereka terus menemukan cara untuk saling membantu dan menghibur satu sama lain.

***

Suatu hari, sekolah mengadakan acara "Hari Kreativitas" di mana setiap siswa diharapkan menunjukkan bakat atau hobi mereka. Laras, dengan semangatnya dalam menulis cerpen dan menggambar, memutuskan untuk membuat komik pendek tentang persahabatan mereka. Raga, di sisi lain, berencana untuk mendemonstrasikan pembuatan hidangan khas yang rumit namun lezat.


"Laras, kamu pasti harus menggambar sesuatu yang kocak tentang kita. Semua orang suka cerita lucu!" ujar Raga saat mereka duduk di kantin.


"Aku setuju! Dan aku akan menceritakan semua momen lucu kita, termasuk kejadian nasi goreng tanpa garam itu!" jawab Laras sambil tertawa.


Pada hari acara, Laras menyiapkan meja dengan komik yang sudah selesai digambarnya. Cerita tentang bagaimana mereka pertama kali bertemu lagi di sekolah, petualangan memasak mereka, dan kejadian-kejadian kocak lainnya tergambar dengan jelas dan penuh warna.


Raga, di sisi lain, sudah siap dengan bahan-bahan untuk memasak. Dengan apron dan topi kokinya, dia terlihat seperti seorang koki profesional. Banyak siswa berkumpul di sekeliling meja Raga, tertarik melihat bagaimana ia mengolah bahan-bahan menjadi hidangan yang lezat.


"Ladies and gentlemen, mari kita buat hidangan istimewa hari ini!" seru Raga dengan penuh semangat. Para penonton pun tertawa dan bersorak.


Saat Laras berjalan mengitari area acara, ia melihat banyak siswa tertawa membaca komiknya. Beberapa bahkan meminta tanda tangan padanya. Ia merasa sangat bahagia melihat karyanya dihargai.


Ketika Laras mendekati meja Raga, ia melihat sahabatnya itu tengah sibuk memotong sayuran dengan cekatan. "Raga, hidangannya pasti enak! Aku nggak sabar buat coba!" teriak Laras.


"Tenang saja, Laras! Kamu akan jadi yang pertama mencobanya!" jawab Raga dengan senyum lebar.


Ketika hidangan Raga sudah siap, ia memanggil Laras untuk mencicipi. Laras mengambil sendok dan mencoba suapan pertama. Matanya langsung melebar dan senyum besar muncul di wajahnya.


"Ini enak banget! Kamu memang hebat, Gembul!" puji Laras dengan tulus.


Penonton yang melihat reaksi Laras pun mulai mencoba hidangan tersebut, dan semua memberikan pujian kepada Raga. Hari itu berakhir dengan sukses besar, dengan Laras dan Raga menjadi bintang acara tersebut.


Setelah acara selesai, mereka berdua duduk di bawah pohon besar di halaman sekolah, menikmati angin sore. "Kita hebat hari ini, kan?" tanya Raga sambil tersenyum.


"Iya, kita memang hebat. Terima kasih sudah selalu ada untukku, Gembul," jawab Laras sambil menatap langit yang mulai kemerahan.


"Dan terima kasih sudah menjadi sahabat yang terbaik, Laras. Kita akan terus bersama, kan?" kata Raga sambil menepuk bahu Laras.


"Tentu saja, Gembul. Kita akan terus bersama dan saling mendukung, apapun yang terjadi," jawab Laras mantap.


Dan dengan itu, mereka berdua berjanji untuk selalu menjaga persahabatan mereka, menjalani hari-hari dengan tawa dan kenangan manis yang tak terlupakan.

***

Waktu terus berjalan, dan Laras serta Raga semakin dikenal di sekolah. Keterampilan Raga dalam memasak membuatnya sering diminta untuk membantu dalam berbagai acara sekolah, sementara bakat Laras dalam menulis dan menggambar membuatnya sering dipercaya untuk membuat poster dan majalah sekolah.


Suatu hari, sekolah mengumumkan akan mengadakan festival besar, yang melibatkan berbagai kompetisi dan pameran. Laras dan Raga pun tidak ingin ketinggalan untuk ikut berpartisipasi.


"Laras, bagaimana kalau kita bikin sesuatu yang unik untuk festival nanti?" Raga mengusulkan saat mereka sedang berjalan pulang.


"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Laras penasaran.


"Kita bisa gabungkan bakat kita! Kamu buat cerita atau komik, dan aku akan buat hidangan yang terinspirasi dari ceritamu. Kita bisa pamerkan di stan bersama," jawab Raga dengan antusias.


Laras berpikir sejenak, kemudian senyum lebar muncul di wajahnya. "Ide yang bagus! Ayo kita lakukan!"


Mereka pun mulai merencanakan proyek mereka. Laras memutuskan untuk membuat komik tentang petualangan mereka di dapur, sementara Raga akan membuat hidangan-hidangan yang muncul di dalam cerita tersebut.


Malam-malam mereka pun dipenuhi dengan kreativitas. Laras menggambar dengan penuh semangat, sementara Raga bereksperimen dengan berbagai resep. Keduanya saling memberi masukan dan dukungan.


Saat festival tiba, stan mereka menjadi salah satu yang paling ramai. Pengunjung tertarik dengan konsep unik yang mereka tawarkan. Mereka bisa membaca komik lucu karya Laras sambil mencicipi hidangan lezat buatan Raga.


"Wow, komiknya lucu banget! Dan makanannya enak!" komentar salah satu pengunjung.


Laras dan Raga saling berpandangan dan tersenyum. Usaha keras mereka membuahkan hasil yang manis.


Namun, di tengah keramaian, tiba-tiba terdengar suara keras dari dapur stan mereka. Laras dan Raga segera berlari ke belakang dan menemukan bahwa salah satu panci berisi sup telah tumpah dan mengotori seluruh dapur.


"Oh tidak, apa yang terjadi?" Laras panik.


Raga cepat tanggap dan mulai membersihkan kekacauan tersebut. "Tenang, Laras. Kita bisa atasi ini."


Dengan cepat dan cekatan, Raga berhasil membersihkan dapur dan menyelamatkan hidangan yang tersisa. Laras pun membantu semampunya. Mereka tertawa kecil di tengah kepanikan, menyadari bahwa ini adalah bagian dari petualangan mereka.


Setelah situasi terkendali, mereka kembali ke stan dengan senyum di wajah. Para pengunjung yang melihat kejadian tersebut malah semakin terkesan dengan kekompakan dan ketangguhan mereka.


"Kalian hebat! Tidak hanya kreatif, tapi juga bisa mengatasi masalah dengan baik," kata seorang guru yang mengunjungi stan mereka.


Festival itu berakhir dengan sukses besar bagi Laras dan Raga. Mereka mendapatkan banyak pujian dan penghargaan, dan lebih penting lagi, mereka semakin mempererat persahabatan mereka.


Malam itu, setelah festival selesai, mereka duduk di taman sekolah, menikmati ketenangan malam.


"Ini hari yang luar biasa, Gembul," kata Laras sambil menatap bintang-bintang di langit.


"Iya, Laras. Aku senang kita bisa melakukan ini bersama," jawab Raga.


"Dan aku yakin, kita bisa melakukan banyak hal hebat lainnya di masa depan," tambah Laras dengan penuh keyakinan.


Raga mengangguk setuju. "Ya, dengan kamu di sisiku, aku yakin kita bisa menghadapi apa saja."


Mereka berdua pun tertawa, merayakan kemenangan kecil mereka dalam perjalanan panjang persahabatan yang penuh tawa dan kenangan manis. Hari itu menjadi salah satu momen tak terlupakan yang selalu akan mereka kenang dengan penuh kebahagiaan.


Festival itu menjadi momen puncak yang menandai pencapaian besar bagi Laras dan Raga. Mereka menyadari bahwa kerja keras, kreativitas, dan persahabatan mereka bisa membawa mereka meraih hal-hal luar biasa.


Hari-hari berlalu, dan mereka terus menjalani kehidupan sekolah dengan semangat dan keceriaan. Laras semakin aktif dalam kegiatan menulis dan menggambar, sering mengikuti lomba-lomba dan memenangkannya. Sementara itu, Raga semakin mahir dalam memasak, bahkan diundang untuk mengikuti kompetisi kuliner di luar sekolah.


Suatu sore, ketika mereka berdua duduk di bawah pohon besar di halaman sekolah, Laras berkata, "Gembul, terima kasih sudah selalu ada di sampingku. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi kalau kita tidak bertemu lagi."


Raga tersenyum hangat. "Aku juga merasa beruntung punya sahabat sepertimu, Laras. Kamu membuat hidupku lebih berwarna dan menyenangkan."


Mereka berdua berbicara tentang masa depan, bercanda tentang mimpi-mimpi mereka, dan berjanji untuk selalu saling mendukung, apa pun yang terjadi.


Waktu berlalu dengan cepat, dan tanpa terasa, mereka sudah berada di tahun terakhir sekolah. Hari kelulusan pun tiba, dengan suasana haru dan kebahagiaan memenuhi aula sekolah.


Setelah acara kelulusan selesai, Laras dan Raga berjalan beriringan di lapangan sekolah, mengenang semua momen indah yang telah mereka lalui bersama. 


"Kita akan pergi ke jalan yang berbeda setelah ini," kata Laras dengan suara pelan.


"Iya, tapi persahabatan kita nggak akan pernah berubah. Kita tetap bisa saling mendukung, walau jarak memisahkan," jawab Raga dengan penuh keyakinan.


Mereka berdua saling berpelukan, merasa terharu sekaligus bersemangat untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan peluang.


Saat matahari mulai terbenam, Laras dan Raga berjalan pulang bersama, berbicara tentang rencana mereka setelah lulus. Meskipun mereka akan menempuh jalan yang berbeda, persahabatan yang mereka bangun sejak kecil akan selalu menjadi fondasi yang kuat.


Hari itu menjadi akhir dari satu babak, namun sekaligus awal dari petualangan baru. Dengan senyum di wajah dan hati yang penuh semangat, Laras dan Raga siap menghadapi masa depan, mengetahui bahwa persahabatan mereka akan selalu menjadi kekuatan terbesar yang mereka miliki.


Dan begitulah, kisah persahabatan antara Laras dan Raga, si Gembul sahabatnya, akan selalu terukir dalam kenangan manis yang tak akan pernah pudar.


TAMAT

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)