Masukan nama pengguna
Di kelas, saat pelajaran berlangsung siswa siswi duduk di kursinya masing-masing. Mereka terlihat fokus mendengarkan penjelasan dari seorang guru yang ada di depan, begitu juga aku. Tapi kau, sesekali menatapku, pandanganmu itu membuat fokus ku sedikit buyar. Aku tidak suka dengan tatapanmu itu. Jadi, perlahan aku berlindung di balik teman di sampingku.
Hari-hari berlalu kau tetap dengan sikapmu itu yang sesekali menatapku, bahkan sekarang, kau mulai melontarkan candaan yang dengannya kau harap aku akan terhibur, tapi nyatanya aku hanya diam membatu.
Mungkin, kau sudah lelah dengan semua itu, dengan aku yang tak pernah mau meresponmu. Karena jujur saat itu di hatiku memang tak ada rasa apapun tentang kamu.
Hingga. Selang beberapa waktu sejak sikapmu yang sangat baik padaku itu, ada berita hangat yang menyebar di penjuru sekolah. Berita kalau kau baru saja menjalin hubungan dengan adik kelas kita.
Deg
Jantungku berdetak tak karuan, keluar keringat dingin dari kedua telapak tanganku. Bagai tsunami di padang pasir. Entahlah mengapa saat mendengar kabar itu hati ku terasa goncang. Bukankah dulu dengan tatapan mu saja aku tak suka.
***
Pagi itu saatku berjalan di koridor sekolah ingin menuju kelas. Tak sengaja aku melihatmu bersama seorang gadis yang tak lain adalah adik kelas kita, Bela. Kau duduk bersamanya di kursi depan kelas VIII A.
Mendengar kabar tentang mu waktu itu saja sudah membuat ku tak karuan, sekarang aku harus di hadapkan dengan kenyataan, aku melihat langsung kebersamaan kau dengan dirinya.
Aku membuang muka berusaha untuk tak sedetik pun melihat ke arah kalian. Untung nya ada jalan lain untuk ke kelas agar aku tidak lewat di depan kalian berdua. Jadi aku agak sedikit lega.
Seiring waktu berjalan rasa itu benar-benar telah tumbuh dalam hati ku. Rasa yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya akan hadir dalam diriku.
Entahlah, aku bingung. Mengapa aku harus mencintai mu saat kau sudah bersama orang lain.
Tapi ternyata, hubungan kau dengan bela tidak serta merta membuat kita saling menjauh, malah membuat kita sedikit lebih akrab. Karena sejak saat itu aku mulai belajar untuk lebih mengenal mu. Aku ingin menebus kesalahan ku di masa lalu.
Dulu, aku hanya diam membatu saat kau mencandai ku, tapi sekarang, aku selalu tertawa jika mendengar candaan mu, bukan di buat-buat melainkan sejak mengenal mu lebih dekat memang membuat ku tak bisa menahan tawa dengan kata-kata dan tingkah laku yang kau buat.
Kubilang tadi sedikit lebih akrab, bukan sangat akrab. Ya, itu karena aku yang terkadang masih dengan sifat ku yang diam dan seakan tidak perduli pada mu. Tapi, kau harus tahu sikap ku yang seperti itu bukan lah seperti apa yang ku lakukan dulu karena tidak suka padamu. Melainkan, sikap ku yang sekarang adalah karena aku salah tingkah pada mu.
Tapi na asnya kau salah penafsiran tentang sikap ku ini, kau pikir aku diam dan tidak peduli padamu itu karena aku tidak suka. Padahal seperti yang ku bilang tadi, salah tingkah.
***
Melihat sikap mu yang tetap baik pada ku membuat ku bingung apakah kau ada rasa pada ku atau memang sikap mu yang seperti itu. Tapi yang pasti, sejak saat itu aku menyimpan rasa cinta dalam diam terhadap diri mu.
Hari-hari berlalu baru kurasakan perbedaan itu. Kau sudah jarang berada di kelas, karena kau lebih sering berada di kelas Bela.
Saat kau berada di kelas aku sangat bahagia. Namun, jika kau tak ada di kelas karena sibuk dengan bela atau kau memang berhalangan hadir ke sekolah, sungguh membuat hari ku saat itu terasa sepi.
Ada banyak orang di sekolah, tapi kehadiran mu lah yang ku harapkan. Sejak saat itu, sepertinya aku terlalu berharap pada mu. Tidak ada kemajuan di antara kita. Aku dan kamu tidak lah terlalu akrab, tidak juga terlalu jauh.
Saat itu aku sadar, aku terlalu berharap pada mu. Ya, kau baik pada ku. Tapi kau lebih baik dan sangat perhatian pada Bela. Dan aku mulai merasakan pedihnya pengharapan.
Tapi beruntungnya aku waktu itu, aku menemukan kata-kata dari imam Syafi'i, yang dengannya hati ku tersa lega saat mengetahuinya.
"Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya."
-Imam Syafi’i -
Jadi, ku coba pahami aku merasakan pedihnya pengharapan bukan karena kau yang lebih baik pada bela dan biasa saja pada ku. Tapi aku yang terlalu berharap pada mu. Karena seharusnya aku hanya berharap kepada Allah sang pemilik hati. Bukan kepada kamu yang hanya di titip kan hati.
Hari-hari ku harus di hadapkan dengan melihat kau yang selalu bersama Bela.
Melihat kamu bersama dia memang membuat ku sakit. Tapi semua itu tidak membuat ku benci pada kalian.
Mengesampingkan perasaan ku, ada sesuatu yang lebih membuat ku sedih dari sekedar hati yang sakit.
Prestasi mu menurun, nilai mu anjlok. Dari awalnya peringkat 3 di kelas, kini kau menempati peringkat ke-11. Kebersamaan mu dengannya membuat ku khawatir. Kau berpegangan tangan dengannya dan saling mengumbar kata-kata manis, semua itu aktivitas yang tidak selayaknya di lakukan seseorang yang bukan mahram kan?
Aku sedih kalian mengatas namakan cinta untuk hubungan kalian yang tidak seharusnya itu. Hubungan bernama pacaran yang tidak ada dalam agama kita.
Aku memang mencintai kamu. Tapi, jika kau mengajakku pacaran aku juga tak akan mau. Karena aku ingin menjaga hati ku. Karena aku takut Allah tak suka jika aku terlalu berharap dan mencintai selain-NYA.
Yang ku bilang tadi. "Jika kau mengajakku pacaran", hanya "Jika" bukan sungguhan, karena nyatanya semenjak kita bersama di putih biru selama 3 tahun. Aku tak pernah tahu bagaimana perasaan mu kepada ku. Apakah kau mencintai ku atau tidak, aku tak pernah tahu. Begitu pula kamu, yang tidak pernah tahu tentang perasaan ku ini yang sebenarnya mencintai mu. Rasa cinta yang hingga saat ini hanya ku simpan dalam diam.
***
Tiga tahun kita bersama di putih biru, hingga saat ini, saat kita semua tak bersama lagi dan tak pernah bertemu sejak hari perpisahan sekolah itu. Aku tak pernah tahu perasaan mu begitu juga kau tak pernah tahu rasa cinta ku.
Tapi sekarang rasa itu telah hilang aku sudah tidak lagi mencintai kamu.
Aku sedang bahagia dengan cinta ku saat ini. Mencintai Allah, Rasulullah, para Habaib, Wali Wali Allah, dan orang-orang sholeh.
***
Aku menulis ini dengan sisa-sisa ingatan ku tentang kita.
Bahkan hingga aku menulis semua ini kau masih tak pernah tahu tentang perasaan ku ini.
Kalau kau samapai membaca semua ini, tak perlu risau karena aku sudah tidak punya rasa apa-apa lagi pada mu.
Semoga kau bahagia bersama dia, siapapun itu, dia yang kau cintai.
Setahu ku kau tidak lagi bersama Bela, kini kau sudah bersama yang lain, aku melihat itu di story mu.
Saran ku, jangan pacaran lagi, karena itu melanggar perintah Allah.
Aku saja, dari dulu sampai sekarang, dari aku sangat mencintai mu hingga kini sudah melupanmu, dan datang orang baru yang berkata cinta padaku, aku tetap tidak mau pacaran.
***
Ini kutulis atas dasar perasaanku padamu yang tak pernah bisa ku ceritakan kepada siapapun selama ini selain Allah, dan akhirnya di sinilah aku bisa menuliskannya. Semoga bermanfaat, lebih-lebih bisa berkesan di hatimu.
Dari: Aku
Untuk: Kamu