Masukan nama pengguna
"Tidakkk, menjauhlah dariku dasar roh terkutuk" sepasang kaki dibalut celana putih rumah sakit terlihat meronta menendang-nendang ke udara seolah ada seseorang disana yang berusaha melukainya.
'Cih' mata coklatku menatap malas kearah pasien yang sudah 2 tahun dirawat di RS tempatku bekerja ini. Sudah sering aku melihat hal tidak masuk akal ditempat lamaku dulu, tapi tidak semenyebalkan ini.
"Hei anak baru, gue mau cabut sekarang, si Andri bentar lagi juga nyampe, inget jangan sampai kelepasan seperti kemarin, lu tau kan konsekuensinya" tepukan dibahuku berhasil mengalihkanku, disana Heri sipegawai lama berdiri sambil menyengir lebar.
Sambil mengangguk paham, aku melirik sekilas Heri yang membuka ransel hitamnya.
"Nih, jangan lupa diminum, gratis kok, udah waktunya nih, gue cabut ya, jangan lupa diminum" sebotol air minum disodorkan kearahku, merasa belum haus aku meletakkannya diatas meja kamar pasien lalu keluar.
Mataku kembali menatap kearah pintu ruangan tadi. Sepertinya pasien itu sudah mulai tenang kembali setelah kuberi suntikan.
Kurogoh ponselku dan mengetikkan sesuatu lalu menutupnya kembali, jarum jam tepat diangka 10.00 malam.
'Hihihihi' suara cekikikan itu mulai terdengar lagi, sejak ditempatkan disana, Aldo sudah sering mengalami gangguan seperti ini.
Kaki ku melangkah perlahan menuju kamar mayat, tugasku hari ini tidak terlalu banyak, hanya memindahkan mayat nomor 11 ke basement.
Kuhembuskan nafas dengan berat, diruangan itu dapat ia saksikan ratusan mayat tergeletak diatas lantai tanpa adanya penutup.
'Drrrrt' getaran saku jas ku berhasil menghentikan aksiku yang akan mengangkat mayat ke atas brankar.
'Do, sori banget nih, anak gue demam tinggi, lu jaga sendiri gapapa kan? Nanti gue traktir deh boba rasa duren'
'Ok, semoga cepet sembuh si ireng'
'Sa ae lu Do, oke deh, thanks ya' bunyi pesan balasan dari rekan kerjanya.
Dengan telaten, Aldo mendorong brankar secara perlahan, takut-takut si mayat tiba-tiba bangun dan memakinya jika kebutan mendorong simayat.
Lorong 'X0' lift berhenti dan terbuka disebuah ruangan gelap tanpa pencahayaan sedikitpun. Saat melangkah tiba-tiba lampu menyala dan sesekali berkedip menambah kengerian ruangan itu.
Tulisan itu dengan indah tercetak di sepanjang dinding lorong seolah ingin menandai sesuatu.
'Gila, ni ruangan apa lagi, sedari tadi gada orang perasaan. Aneh, biasanya gue jumpa pak kumis yang lagi kerja keliling RS' batin Aldo bergidik ngeri.
"Hiks hiks" terdengar suara isakan tangis dari arah belakangku, tanpa menoleh aku segera mendorong mayat dengan tergesa-gesa.
"Tolong tolong tolong" suara itu semakin menjauh dariku, keringatku mulai bercucuran karena berlarian dilorong.
15 menit mencari ruangan yang dipesankan padanya, dia sudah 2 kali kembali menemukan pintu 01, seolah ia berlari dirute yang sama berulang kali.
"Permisi, saya cuma mau kerja, jangan jahilin saya ya mas, mba, pak,bu, mbah" bisiknya sambil menutup mata dan mendorong brankar perlahan.
Akhirnya kaki Aldo berhenti dipintu bertuliskan "012", hatinya sesikit merasa lega karena usahanya berhasil.
"Ganteng, masnya ketinggalan tuh" kepala Aldo refleks berputar kearah suara yang menyapanya.
Sosok perempuan berbaju merah sedang duduk diatas brankar yang ia dorong, dan mayat itu menghilang dari sana.
"Hihihihi" tubuhnya merosot kelantai, kepalanya hampir pecah memikirkan apa yang terjadi padanya.
Sosok itu kemudian terbang melayang meninggalkan Aldo, secepat mungkin kakinya ia pacu kearah lift basement.
"Gue pengen resign" makinya dan menekan tombol lift menuju lantai atas.
"Massss mau kemana" wajah hancur si hantu merah seketika terbang cepat kearahnya.
Aldo menahan nafas sekuat tenaga sebelum tangan itu meraih lehernya, matanya melebar karna syok.
3 m, 2 m, dan ..... ting, pintu lift tertutup lalu mulai menunjukkan tanda naik. Aldo memijit pelipisnya yang berdenyut sakit.
Setelah pintu lift terbuka, ia segera melangkah keluar, tidak memperhatikan nomor yang tertera di lift.
Tubuhnya ia rebahkan diatas bangku tunggu, mata coklatnya mulai memberat disetiap detiknya.
"Masnya kok ninggalin saya" refleks ia bangkit berdiri sambil memelototkan matanya, dari jarak 3 meter ia melihat sosok mayat yang ia dorong tadi berdiri dan menyeringai.
"Sebenarnya kalian mau apa hah? Aku disini bekerja, dan tidak pernah mengganggu kalian sialan" Teriak Aldo frustasi sambil memukuli tembok hingga buku jarinya berdarah.
Perlahan sosok itu duduk bersimpuh dihadapan Aldo dan mulai terisak perlahan.
"Tolongin saya mas, saya gabisa tenang sebelum benda itu diambil. Tolong temui ibu saya di Magelang, nama ibu saya Sri, sampekan salam saya padanya mas, ibu pasti masih menunggu kepulangan saya"
"Gue gabisa, besok gue bakalan resign, cari yang lain aja mas" Aldo berjalan perlahan dan berbalik meninggalkan sosok yang masih setia menatapnya.
"Mas itu korban selanjutnya, jangan diminum mas, kalo mas gamau senasib seperti saya" Aldo menutup kedua telinganya dan segera menuju pintu keluar, tapi lagi dan lagi langkahnya seolah kembali ketempat awal ia menolak untuk membantu mayat itu.
"Sialan, pak tolongin bukain pintunya pak" Aldo berusaha menggedor pintu saat matanya melihat satpam yang sedang berjaga diluar.
Namun sekeras apapun ia berteriak, suaranya seolah hilang entah kemana, tidak ada satupun orang yang mendengar suaranya.
Ponselnya tidak bisa menangkap sinyal sejak tadi, entah apa yang terjadi membuat dirinya menangis dengan pikiran kosong.
"Gue gabisa nyerah, pasti ada jalan keluar disini" kakinya ia langkahkan kearah kamar mayat.
"Tadi dia bilang benda, tapi benda apa" tangannya bersiap membedah perut si mayat yang sudah terlihat membiru. Tangannya bergetar hebat saat melihat sebuah simbol pentagram terukir disana.
'Brakkk' pintu terbuka secara tiba-tiba.
"Apa yang kau lakukan hah?" Terlihat tiga pria langsung menghentikan aksi Aldo.
"Dasar iblis, apa kalian ingin menumbalkanku hah?" Aldo segera memberontak dan berhasil terlepas.
"Bapa, sepertinya segelnya telah terbuka. Bagaimana ini?" Salah satu dari mereka menatap sosok pria yang tak bersuara sedari tadi.
"Heri, Andri, tahan dia, aku akan melakukan pembersihan sekarang. Kalian pergilah ke basement, dan jangan sampai darah suci jatuh ketangan roh itu"
"Tapi, Bapa, bagaimana denganmu?" Seru Heri sambil menangis, namun sang Bapa menggeleng pelan sambil mengeluarkan salib dan air suci dari balik jubahnya.
Pria itu hanya tersenyum kecil kearah mereka dan mulai membacakan beberapa kalimat suci, seketika ruangan mulai bergetar hebat.
"Tuhan besertamu bapa" ucap Heri dan segera mengajak temannya pergi ke basement.
'HAHAHA APA KAU PIKIR TUHANMU AKAN MENOLONGMU, PANGGILAH DAN BERSERULAH, TUHAN YANG KAU SEMBAH IYU TELAH MATI HAHA' sosok mayat bertubuh biru itu perlahan berjalan mendekat dan mencekik sang Pastur dan mengangkatnya keudara.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.
Tubuh sang Pastur segera melayang dan terhempas jatuh menghantam lantai.
"Harusnya aku membunuh jalang itu dulu HAHAHA"
***
"Apapun yang kau lihat dan dengar adalah tipu daya iblis kegelapan, jangan mendengarnya, tetaplah berdoa" setelah memasuki lift, Heri segera menekan tombol X0, namun tiba-tiba lampu mati dan lift tidak bergerak.
"Apa itu, ada apa ini sebenarnya" Aldo menggertak giginya dengan marah bercampur bingung.
Seumur hidup ini pertama kalinya Aldo mengalami hal seperti sekarang, menurutnya iblis dan pengusiran setan adalah dongeng bibir semata.
"Dimana air itu, apa kau tidak meminumnya?" Tanya Heri menatap marah Aldo.
"Mayat itu menyuruhku untuk tidak meminumnya, kau juga tidak menjelaskan air apa itu" desisnya tajam.
"Itu adalah air yang sudah disucikan Bapa Kris, aku memberimu agar kau tidak mengalami hal ini, sejak awal imanmu telah goyah dan itu sangat menarik perhatian mereka" desahan kekecewaan itu melantun dengan cepat dari mulut Heri.
"Ahkkk" Aldo melebarkan matanya saat sebuah tangan hitam mencekik leher Heri kuat, dihadapan mereka berdiri sesosok bayangan bertudung hitam dengan mata menyala tertawa keras.
"Dasar anak pel***r, ibu mu sudah menjadi budak seks kami dineraka, dan kau harusnya menyaksikan dia disana Hahaha" ucap bayangan itu dengan tawa bengisnya.
Aldo berusaha melepaskan cengkeraman iblis itu namu ia malah diangkat dan dilempar hingga membentur dinding lift.
Andri dengan cepat membuka kita suci ditangannya dan berseru
"Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu".
"Pergilah, Setan! Sebab ada tertulis, Hendaklah kamu menyembah Tuhan, Allahmu, dan beribadah kepada Dia saja" seru Heri yang berusaha menempelkan salib ke dahi sosok itu.
"KURANG AJARRR" sosok itu segera menghilang dan melepaskan Heri yang sudah terkulai lemas.
"Brakkk" lift terjun dengan cepat membuat ketiganya langsung menunduk dan menutup telinga dan mata mereka.
"Aku akan menggendongmu, naiklah kepunggungku" Aldo meraih tubuh Heri yang semakin melemah.
Ketiganya keluar dari lift lalu berjalan cepat menyusuri lorong yang gelap.
Andri dengan cepat memimpin kedua rekannya memasuki sebuah ruangan X12. Jemarinya menggenggam salib dengan erat, ruangan itu dipenuhi simbol-simbol aneh dan salib terbalik.
Andri segera menuangkan air untuk mengelilingi mereka, dan terhenti lalu melirik kebelakang.
"Heri, air suciku tinggal sedikit dan ini sangat tidak cukup, kita membutuhkan air suci untuk menyucikan tempat penyimpanan darah suci segera"
"Air suci itu, kita harus segera mengambilnya" dengan perlahan Heri bangkit mengelus leher dan sikunya yang mengeluarkan darah.
"Tunggu, biar aku saja, kau tidak tau dimana aku meletakkannya" Aldo menarik lengan Heri untuk menghentikan pria itu.
"Tapi-" Aldo tersenyum tegas, seolah tekadnya telah bulat.
"Aku yang memulai dan aku harus bertanggungjawab untuk semua ini, semua akan baik-baik saja" Heri menepuk pundak Aldo dengan wajah putus asa.
"Bawalah ini, jika terjadi sesuatu, kau harus lebih keras dari dia, karena iblis akan tunduk dibawah perintah hamba pilihan Tuhan, ia tidak lebih adalah ilusi yang timbul dari rasa takut dan kelemahan iman kita" Andri menyerahkan sebuah catatan dan salib ketangan Aldo.
Heri segera menyampirkan kalung salib keleher Aldo dan menyiramnya dengan air suci.
Setelah bersiap, Aldo segera melangkahkan kakinya keluar dengan nafas beratnya. Setiap langkah yang ia ambil, setiap saat pula ia merasa kematian berusaha semakin mendekatinya.
Ia berjalan perlahan menuju tangga darurat, dirinya masih trauma dengan kejadian yang ia alami tadi.
***
Andri mengernyit saat salib di tanganya mulai bergetar, keringat dingin mengucur deras dan matanya sedikit memburam.
"Heri berdoalah" perintahnya menambah kewaspadaan rekannya yang duduk membaca kitab suci tersebut.
"Ada apa?" Bisik Heri berjalan mendekati Andri.
"Firasatku sangat buruk, bagaimana dengan Bapa-"
'BRAKKK' seketika pintu hancur berkeping-keping karena dobrakan seseorang.
"Dia datang, bersiaplah" seru Andri dan segera membacakan doa-doa yang telah ia pelajari selama pelayanan.
"Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan" mata Heri bergerak gelisah untuk melindungi rekannya yang sedang merapalkan mantra suci kearah sebuah box berisikan darah suci.
Dari balik pintu muncullah sosok Kris dengan perilakunya yang aneh, bola matanya menghitam dan didahinya terukir logo pentagram.
"Bapa, sadarlah" Langkah Heri terhenti saat Andri menahan lengannya.
"Bapa telah dirasuki, jangan sampai terkecoh oleh iblis itu, kau harus tenang jangan sampai kau goyah" mata Andri perlahan menutup sambil mengucapkan kalimat suci.
"Allah, Tuhan kami, Raja segala zaman, yang Maha Kuasa dan Maha Mulia, Engkau yang membuat segala sesuatu dan yang mengubah segala sesuatu hanya dengan kehendak-Mu. Engkau yang di Babilonia mengubah menjadi embun kobaran dari tungku perapian yang “tujuh kali lebih panas” , melindungi dan menyelamatkan ketiga anak kudus itu. Engkau adalah dokter dan tabib bagi jiwa kami.
Engkau adalah keselamatan bagi mereka yang datang kepada-Mu.
Kami memohon kepada-Mu untuk membuat tak berdaya, menyingkirkan, dan mengusir setiap kekuatan, kehadiran, dan tipu muslihat jahat; setiap kekuatan jahat, mantera, atau tatapan yang jahat dan seluruh tindakan jahat yang ditujukan melawan hamba-Mu".
"Dasar manusia bodoh" raung sosok yang ada didalam tubuh Kris dan menggerakkan tangannya kearah Andri.
Dengan kerasnya tubuh Andri terhempas dan menabrak dinding dan jatuh kereruntuhan tembok. Genangan darah mulai keluar dari mulutnya.
"Kau dan Tuhan bodoh mu itu tidak akan mampu mengusirku, Bapamu yang kotor ini telah menjadi budak ku Hahahahha" cakarnya bergerak melukai perut Andri dan terlihatlah ukiran pentagram dikulitnya dengan diwarnai darahnya yang mulai merembes keluar.
"Ahkkkk" teriakan Andri yang seolah meminta pertolongan, membuat Heri jatuh terduduk, matanya menatap kosong kearah temannya yang kembali dihempaskan dengan kerasnya.
"Jiwa Kristus, kuduskanlah aku
Tubuh Kristus, selamatkanlah aku
Darah Kristus, rasukilah aku
Air lambung Kristus, basuhlah aku
Sengsara Kristus, kuatkanlah akuYa Yesus yang baik, sudi dengarkanlah aku
Di dalam luka-lukaMu, sembunyikanlah aku
Jangan biarkan aku terpisah daripadaMu
Dari musuh yang jahat, belalah aku
Di saat ajalku, panggillah aku
Dan suruhlah aku datang kepadaMu
Agar bersama para kudusMu
Aku boleh memuliakan Engkau
Untuk selama-lamanya. Amin" bibirnya meringis pelan saat luka perutnya bergesekan dengan bajunya.
"He-heri, jangan goyahkkkk" perutnya ditusuk dengan sebuah besi tumpul membuatnya kembali memuntahkan darah.
"Kau terlalu berisik" desis Kris dan berjalan mendekati Heri. Tubuhnya mundur perlahan, air matanya berlomba keluar seolah menunjukkan betapa ia sangat putus asa.
"Menangislah, kutuk Tuhanmu yang telah meninggalkanmu. Darah kotor ditubuhmu itu, dan anak yang tidak diinginkan sudah jadi takdirmu" bisikan maut itu melayang seolah menghipnotis Heri yang duduk mematung.
"Sadarlah Bapa, kita sudah sampai sejauh ini, jangan lemah, jangan biarkan iblis terkutuk itu mengambil alih jiwamu Bapa" Andri berjalan perlahan dan melanjutkan doa yang sempat tertunda.
Sang iblis menatap dingin kearahnya, angin bertiup kencang hingga membuat kakinya mundur beberapa langkah kebelakang.
"Bantulah kami, yang dibuat dalam gambaran-Mu; kirimkanlah malaikat damai ke atas kami untuk melindungi tubuh & jiwa kami. Semoga ia mencegah musuh untuk mendekat dan menaklukkan setiap kekuatan jahat, setiap racun atau kebencian yang dibuat oleh orang-orang jahat dan dengki untuk melawan kami. Kemudian, di bawah perlindungan kuasa-Mu, semoga kami bernyanyi, dalam rasa syukur: “Tuhan adalah penyelamatku, kepada siapa aku akan takut? Aku tidak akan takut terhadap yang jahat karena Engkau besertaku, Allahku, kekuatanku, Tuhanku yg penuh kuasa, Tuhan kedamaian, Bapa dari segala zaman”.
"Hmmm, keras kepala" desis iblis itu dan mencoba mengayunkan tangannya.
"Ya Tuhan Allah kami, bermurah hatilah kepada kami, gambaran-Mu , selamatkan hamba-Mu dari setiap ancaman dan kejahatan dari yang jahat , lindungilah dia dengan mengangkat dia di atas segala yang jahat.
Kami memohonkan ini melalui perantaraan Maria, Bunda yang Teramat Terberkati; Wanita yang mulia, Maria yang selalu perawan, Bunda Allah, dari para malaikat agung yang baik, dan dari seluruh para kudus-Mu. Amin" Andri memandikan dirinya dengan sisa air suci yang ada dikalungnya.
"Mari kita akhiri ini dasar mahluk terkutuk" dengan berani ia berjalan sambil membuat simbol salib di dahi dan dadanya.
"Aldo persiapkan semuanya" dari balik tembok terlihat sosok Aldo memeluk sebuah botol berisi cairan dan segera menuangkannya keatas box yang jauh terlempar dari Andri tadi.
"Roh Allah, Bapa, Putera dan Roh Kudus, Tritunggal Mahakudus, Perawan Maria yang tak bernoda, para malaikat, malaikat Agung, dan para kudus di surga, turunlah atas aku. Murnikanlah aku Tuhan, bentuklah aku, penuhi diriku dengan diri-Mu, gunakanlah aku. Enyahlah seluruh kekuatan jahat daripadaku, hancurkanlah mereka, taklukkanlah mereka, sehingga aku sehat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Enyahkanlah daripadaku seluruh mantera, guna-guna, ilmu hitam, tenungan, keterikatan, kutukan dan tatapan yang mendatangkan kutukan; pengerumunan setan, penganiayaan setan, kerasukan setan; seluruh yang jahat dan yang berdosa, iri hati, pengkhianatan, kedengkian; penyakit jasmani, penyakit kejiwaan, penyakit moral, penyakit rohani, penyakit yang bersumber dari setan.
Bakarlah semua kejahatan ini di dalam neraka, agar mereka tidak pernah lagi menyentuhku atau makhluk lainnya di seluruh dunia".
"Lakukan sekarang" teriak Andri disusul dengan Aldo yang berlari dan melompat menyiramkan isi box tersebut ketubuh Kris yang bergetar hebat.
"MATILAH KALIAN MAKHLUK BODOH" terdengar raungan keras dari sosok yang merasuki tubuh Kris yang mulai mengeluarkan asap.
"AKHHHHHHH PANASSS, AHKKK BERHENTIIK"
"Aku memerintahkan seluruh kekuatan yang menggangguku – dengan kekuatan Allah yang Mahakuasa, dalam nama Yesus Kristus Penyelamat kami, melalui perantaraan Maria Perawan yang Tak Bernoda – untuk meninggalkan aku selamanya, dan dimasukkan ke dalam neraka yang kekal, dimana mereka akan diikat oleh Malaikat Agung Santo Mikael, Santo Gabriel, Santo Rafael, malaikat pelindungku, di mana mereka akan dihancurkan di bawah tumit Maria Perawan yang Tak bernoda.
Amin".
"AKU PANGERAN KEGELAPAN, ASMODEUS DARI 7 PANGERAN AKAN SELALU HADIR DAN MEMAKAN JIWA KETURUNANMU HINGGA TITIK DARAH TUBUHNYA"
Tubuh Kris dan Andri seketika ambruk ketanah. Aldo yang mengalami luka di dahi mencoba merangkak mendekati tubuh Andri.
"Sebaiknya kau melihat keadaan anak itu" kode Andri menunjuk Heri yang masih duduk dengan wajah pucat.
"Hei sadarlah, semua telah selesai" senggol Aldo kebahu Heri yang menunduk sambil terisak.
"Aku minta maaf, karna aku, hampir saja kalian jadi korban" lirihnya dan disambut senyum tulus dari kedua rekannya.
Andri yang kehilangan banyak darah hanya bisa terbaring lemah, matanya menyiratkan kelegaan yang luar biasa.
"Aku telah mengirimkan pesan darurat di depan pintu keluar, kuharap ada seseorang yang menemukan kita" dia memberikan sebotol minuman kearah Andri dan Heri.
"Aku mengambilnya sebelum kesini, ada mesin minuman gratis di lantai 2" jelas Aldo saat mendapat kernyitan di dahi Andri.
***
2 Tahun kemudian..
"Kami sudah melewati banyak hal yang membuat kami siap melakukan pembelaan terhadap jiwa-jiwa yang tersesat"
"Saya Pastur Andri Agustinus bersama rekan saya Aldo Aquino akan selalu berdiri menjadi garda terdepan untuk kalian yang membutuhkan bantuan peneguhan iman"
Keduanya telah bermisi untuk melakukan pengusiran roha jahat dari satu tempat ketempat lainnya sejak peristiwa di RS itu terjadi.
.....................................................
*kutipan doa bersumber dari blok pribadi di google
*Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan, ketikan atapun hal lain yang mungkin menjadi bahan perdebatan batin bagi kita yang membaca.