Masukan nama pengguna
Sore menunju senja yang cerah, dua remaja SMA, Ariana dan Siska yang sedang bercengkrama menikmati senja dengan menggosip. Tak jauh dari cerita gebetan atau crush yang mereka idamkan di sekolah. Siska adalah remaja yang paling aktif di sekolah dengan tingkat super percaya diri dan pandai berceloteh, bahkan pandai memikat lawan jenis. Bagaimana tidak, wajah dan mulutnya yang manis menjadi daya tarik tersendiri dibarengi dengan kulitnya yang agak tanning membuat semua anak-anak di sekolah menyukainya.
Lain hal nya dengan Ariana yang agak pendiam, gadis berkacamata tebal ini terlihat culun, menjadikan dirinya kurang bergaul dan terkesan misterius bagi semua orang yang ingin mengenalnya. Hal ini menjadikan kaum lawan jenis yang sangat menyukai Ariana segan untuk mendekati gadis cantik berkulit kuning langsat ini. "Aku suka sama Hendrik!" sambil tertawa mengikik, tak sengaja Ariana keceplosan melontarkan sebuah nama seseorang yang disukainya. Siska melongo dan berteriak,"Wow, ternyata lu suka sama Hendrik si misterius itu?! Kalian emang samaan sih! sama-sama pendiem kayak batu! Hahaha. Tawa ini menjadi angan-angan Ariana untuk membalaskan sebuah kalimat kepada Siska. Meskipun dua sahabat ini sudah bersama-sama menjalin pertemanan yang sudah lama, namun sesuatu hal pasti ada konflik baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sama seperti hal nya Ariana yang selalu memendam kekesalan sahabatnya yang selalu seenaknya ngomong.
Saat kini usia Ariana dan Siska menjelang dua puluh empat tahun. Keduanya mendapatkan pekerjaan yang mapan. Ariana bekerja sebagai seorang staf di sebuah konsultan hukum terkenal, sedangkan Siska menjadi seorang sekretaris di sebuah perusahaan ternama. Meski berbeda profesi, Siska selalu berhubungan dengan Ariana. Tak lupa setiap weekend, Siska selalu mampir ke rumah Ariana sekedar ngobrol bahkan curhat pada teman baiknya. Apalagi Artika ibu dari Ariana ini selalu memaklumi dan selalu mengajak Siska untuk singgah ke rumahnya dikarenakan Artika kenal dekat dengan ibunya Siska.
“Gue harus gimana ya Na? Bingung banget!”ujar Siska pada Ariana yang sudah menyiapkan kedua helai telinga untuk mendengar curhatan Siska untuk kesekian kalinya dan tak jauh dari laki-laki brengsek.”Apalagi sih Sis?! Pasti ngomongin pacar lagi kan?!”senyum Ariana menyiratkan kecurigaan.
"Gue bingung dengan keadaan sekarang, bos gue marah besar?!" ujar Siska. Mata Ariana mengamati dengan tenang setiap gerak gerik sahabatnya
“Apa yang kamu lakuin sampe bos mu marah sih? Coba dingat-ingat kerjaan mana yang salah dan bos mu marah?” Ariana mencoba menenangkan sahabatnya.
“Bukan itu Na! Gue ketahuan pacaran sama Ringgo dan bos gue marah!” Siska menjelaskan dengan muka yang agak meringis karena menyesal dengan perbuatannya. Sedangkan Ariana dengan kecurigaan yang tinggi melotot tajam ke arah Siska dengan,”maksud kamu apa Sis? jangan sampe ada kejadian yang membuat kamu susah lagi dan aku terseret masalah mu lagi?!” Ariana mengingatkan kejadian untuk sekian kali nya Siska membuat ulah para jantan di luar sana yang memperebutkan cinta dari Siska. Berkali-kali pula Siska membuat kesalahan dengan mempunyai banyak pacar dan sering bergonta-ganti pacar. Hal ini membuat risih Ariana karena ikut terseret masalah pribadi Siska.
Dunia mereka sangat berbeda sekali. Ariana gencar-gencar nya mengejar karir di usia muda berambisi mendapatkan posisi bagus di kantor, sedangkan Siska membuat kesalahan yang sama dan pola nya terulang kembali yaitu berambisi memperjuangkan cinta yang semu, yang pernah bersemi di kala sekolah namun tak ada yang membuat langgeng dan serius untuk memperjuangkannya. Tak pernah sedikit pun terbersit di kepala Siska untuk menyudahi tingkah laku yang sudah usang dan membuat masalah. Dirinya seolah terjebak oleh rasa penasarannya di masa muda untuk mencicipi cinta yang baru. "Sebenernya gue ada hubungan pribadi ama bos!" Siska menundukan pandangannya dari tatapan Ariana. Sedangkan Ariana terkejut, karena tak hanya Siska menjalin hubungan dengan pria muda seusianya saja namun juga berani menjalin hubungan dengan bos yang notabene majikan nya sendiri. Bos yang dituju merupakan suami orang dan dimana moral Siska untuk menahan keinginannya bermain api lagi dengan pria lainnya apalagi suami orang lain? Sangat disayangkan sekali."Sis, kamu itu masih muda, cantik, sudah berhubungan dengan banyak pria muda dan baru kali ini sangat konyol sekali!" ujar Ariana dengan nada berapi-api."Pria yang kali ini kau jalin bukan pria biasa tapi suami orang! kamu mau cari mati yah?!" kembali Ariana membara emosinya."Masalahnya gue nggak tahu Na!"Siska berkelit dari asumsi Ariana."Aku tahu profil bos mu itu! Dia teman atasan ku di kantor dan mana mungkin juga kamu nggak tahu bos mu yang sudah sekian tahun kamu kerja dengan nya!" Ariana kesal dengan kelakuan Siska.
Siska dan Ariana tak henti ribut berdebat mengenai hal yang sebenarnya sepele namun Ariana ingin meluruskan perilaku sahabatnya yang selalu bawa masalah. Kali ini Ariana mampu bersuara bahkan tak lelah berdebat dengan Siska yang sangat bebal dan ceroboh."Ada apa sih kalian malah berantem?!" Artika datang membawakan sepiring kue dan disajikan di meja tamu."Coba cerita sama tante kenapa sih kalian baru kali ini ribut dan kudengar soal laki-laki?" mengenai hal ini Artika selalu doyan bergosip tentang pria."Mama apaan sih, kalo soal laki nebeng gosip mulu sih?!" Ariana tiba-tiba nyeletuk."Ehh mama kan nggak kayak kamu ngejomblo aja mulu, mama pengen tau pacar kamu."Artika penasaran sekali dengan kehidupan anaknya yang begitu flat dan biasa-biasa saja."Ya ngapain juga kepo sama kehidupan anak sendiri sih? Ana bukan anak kecil yang harus dipantau terus!" Ariana menjawab dengan nada ketus."Ehh mama kan pengen kamu biar merasakan warna nya kehidupan,"ujar Artika yang menurut Ariana terlalu ikut campur kehidupan anaknya."Nggak perlu begitu Ma, masa muda harus cari pengalaman untuk bertumbuh dalam karir dan pekerjaan, anak muda tuh harus sukses di usia muda!" kembali Ariana menjawab omongan ibunya dengan nada ketus."Tuh lihat Siska udah punya pacar, bentar lagi pasti married sedangkan kamu jomblo terus, takutnya kebablasan!"masih saja Artika mempertahankan opininya kalau anak perempuan memasuki usia 20-an harus berjaga-jaga untuk mempunyai pasangan agar ke depannya cepat menikah.
Ariana pura-pura tak mendengar lagi ocehan ibunya dan melanjutkan obrolan dengan Siska yang telah dipotong saat kedatangan ibunya. Sedari tadi Siska hanya mesam-mesem melihat perdebatan antara ibu dan anak."Pokoknya mama pengen kamu kayak Siska, pacarnya banyak! banyak pilihan," tukas Artika dengan tegas."Ahh tante, nggak juga tan," jawab Siska dengan menunduk malu-malu padahal lagi mempunyai masalah dengan pacar ke-satu dan ke-dua. Sesumbar dirinya sebelum menikah dengan ayahnya Ariana, kelakuan Artika sama dengan Siska. Dia memamerkan jika dulunya Artika juga banyak mempunyai pacar dan bersahabat dengan mama nya Siska yang sifatnya sama dengan Ariana yaitu pendiam. Ariana malu dengan sikap ibunya yang mengoceh terus ditengah-tengah obrolan dengan Siska. Ariana pun mengajak Siska bubar.
Siang ini, Siska mendatangi kantor Ariana. Di tengah kesibukan Ariana, Siska memaksa Ariana untuk makan siang bareng. Apalagi kantor mereka berdekatan, jadi tak ada alasan agar Ariana menolak Siska. Dari dulu Siska typical dominan dan agak memaksa Ariana untuk menurutinya."Nggak Sis! Aku banyak kerjaan, banyak yang belum aku kerjain. Kali ini aku belum mau makan siang!" tegas Ariana pada Siska seolah menunjukan bahwa Ariana mempunyai teritori dan privacy yang tidak bisa diganggu sembarangan. Kali ini Siska mundur dan kecewa, seolah-olah jika Ariana sudah berubah stelah mereka tak satu sekolah, tak satu kampus. Beda jika dibandingkan dulu kala, kedua sahabat ini selalu bersama. Padahal Siska ingin curhat mengenai bos nya yang marah pada Siska dikarenakan selingkuh dengan pria lain. Sudah dua tahun Siska menjadi pacar bos nya, dari fasilitas yang diberikan oleh bos nya, Siska bisa hidup dengan hedon. Mulai liburan ke luar negeri, dibelikannya tas branded bahkan tak sedikit uang dan perhiasan yang telah diberikan bos nya. Sayang nya majikan Siska adalah suami orang. Berani-beraninya Siska bermain api dan menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagaimana tidak, seorang Siska yang tak mau mengalah dengan tuduhan bos nya, dengan nekad memberitahu istri bos nya bahwa mereka selingkuh. Hingga Siska resign dari tempat pekerjaannya dikarenakan mantan bos mengancam keselamatan Siska. Maka dari itulah Siska selalu mencari Ariana untuk meminta pendapatnya, namun kali ini Ariana seolah menolak dengan halus dan agak menjauhi Siska.
*******
Sudah genap setahun, Ariana tak mendapatkan kabar dari Siska. Ariana menganggap jika Siska kecewa dengan Ariana yang telah mengabaikan dirinya. Dirinya sudah singgah ke rumah ibunya Siska dan hanya mendapati kabar jika Siska sedang bekerja di luar kota. Lepas dari kabar tersebut beberapa bulan kemudian didapatinya sebuah pesan singkat dari nomor baru dan menyatakan jika pengirim pesan adalah Siska. Bukan main senangnya Ariana saat mendapatkan kabar dari Siska yang tiba-tiba menghilang selepas menolak ajakan Siska untuk makan siang. Siska pun mengajak Ariana untuk makan malam di sebuah resto, Ariana pun menyetujuinya.
Ariana dan Siska bertemu di sebuah restoran, mereka berdua agak kikuk untuk mengutarakan pendapat. Siska yang pernah kecewa dijauhi oleh Ariana, sedangkan Ariana merasa menyesal pernah mengabaikan Siska."Ehm, gue mau ngomong Rin! ujar Siska yang mengawali pembicaraan. Ariana terdiam dan mengangguk sambil mencicipi makanan yang baru disajikan waitres."Sorry ya gue tanpa kabar,"baru sedang melanjutkan sudah dipotong obrolannya oleh Ariana."Ssstt, udah ahh aku juga ngerti dan seharusnya aku yang minta maaf sampai kamu nggak mau kasih kabar ke aku dikarenakan aku cuek,"ujar Ariana seolah berdiplomasi. Siska kaget, baru kali ini Ariana berani memotong obrolan. Padahal dulu tak seperti ini. Keduanya saling meyakinkan diri, jika mereka mengabaikan hal-hal sepele. Ingin tetap seperti dulu lagi menjadi sahabat yang saling mempercayai dan setia sampai tua. Keduanya juga berjanji tak ingin mengulang kesalahan yang sama yang saling menjerumuskan ke dalam konflik pribadi. Tak berselang lama, sebuah handphone milik Siska berbunyi dan Siska segera mengangkat handphone tersebut. Dari handphone terdengar suara pria yang menyapa Siska. Ariana memasang muka yang tersenyum geli. Rupanya Siska tak pernah betah sendirian dan tak pernah lepas dari cerita pria-pria di sekeliling Siska."Siapa tuh?!" ujar Ariana setelah sahabat di depannya itu menutup handphone miliknya."Ahh enggak, hehe."Siska malu-malu dan ingin mengutarakan sesuatu."Pasti pacar mu si Ringgo kan?" kembali Ariana memancing Siska agar mengakui jika pria yang tadi menelponnya adalah Ringgo."Bukan Na,"jawab Siska."Lah terus siapa? Emangnya kamu sama si Ringgo udah putus?"Ariana malah penasaran."Gue ngejalin hubungan toxic dengan si Ringgo, dia possesif banget! Gue nggak tahan Na!"jawab Siska dengan menghembuskan nafas penyesalan. Ariana melongo."Kok bisa sih? Padahal kalian kan udah lama pacaran, bukan setahun dua tahun lho!" Ariana masih tak percaya dengan pernyataan Siska."Udah jangan dibahas, yang barusan itu adalah tunangan gue namanya Niko,"jawab Siska. Baru saja menjawab asal muasal suara pria di telepon, tiba-tiba di sampingnya hadir seorang lelaki sangat tampan dan kharismatik. Siska menoleh dan langsung memperkenalkan calon suaminya."Hallo saya Niko,"ujarnya sambil mengulurkan tangan yang hangat dan wajah yang ramah kepada Ariana."Gila, cakep bener! aku kalah!" celetuk Ariana dengan nada pelan terpukau dengan pria di hadapannya. Betapa sahabatnya ini mempunyai kehidupan yang sangat beruntung sekali jika dibandingkan dirinya yang mengejar mati-matian karir hingga ke puncak. Belum pernah sekali pun Ariana menjalin hubungan dengan seorang pria mana pun dan itu pun hampir pacaran dengan pria yang ditaksirnya dulu sewaktu SMA namun direbut oleh Siska.
*******
Sepanjang perjalanan pulang, Ariana melamun dan beberapa kali mobilnya hampir menabrak pembatas jalan bahkan mobil orang lain. Sebenarnya Ariana lelah dengan mengikuti drama sahabatnya, namun ia berpikir bahwa harus mendukung Siska. Bagaimana pun juga sahabatnya itu berjanji akan berubah dan tak kembali menyeret Ariana ke dalam masalahnya jika Siska berkonflik lagi dengan pasangannya. Di rumah Ariana mengeluhkan apa yang ibunya katakan di masa lalu. Ia mengeluhkannya di dalam pikirannya. Ariana juga ingin seperti sahabatnya yang pernah merasakan menjalin cinta dengan beberapa pria. Namun baginya cukup satu seorang saja dan dengan cepat mengajaknya ke mahligai pernikahan yang sakral. Baru juga sampai di rumah, Ariana sudah diberondong omongan dari Artika."Na, tahu nggak kabar baru dari Siska sekarang?" Artika membuka obrolan pada anaknya yang baru sampai di rumah."Apalagi sih ma?"Ariana sudah kelelahan di jalan ditambah lagi ibunya malah ngajak bergosip."Mama tadi mampir ke rumah mama nya Siska. Nah Siska bentar lagi mau nikah, soalnya udah tunangan sama calonnya yang baru. Ibunya mau ngundang mama ke acaranya dan kamu udah dititipin mama nya Siska kalau kamu harus jadi pengiring pengantin nanti,"ujar Artika tak henti-hentinya nyerocos."Udah?!" ujar Ariana dengan nada ketus. Artika mundur dari hadapan Ariana yang ingin beranjak pergi menuju kamarnya.
Beberapa bulan kemudian, Ariana mendapatkan kabar jika bulan depan Siska akan segera menikah dengan Niko. Dalam hatinya ia merasa senang namun iri dengan kehidupan Siska yang selama ini drama kehidupannya menghantui sisi kehidupan Ariana. Tapi Ariana sadar diri bahwa untuk mendapatkan ending yang sempurna, setiap manusia harus melewati badai kehidupan. Termasuk Siska pun sudah melewati berbagai masalah dengan mantan bos nya dulu, bahkan dengan beberapa mantan pacarnya. Meskipun konflik yang dihadapi oleh seorang Siska atas kecerobohan dirinya sendiri tapi dia berani mengambil resiko tinggi atas pilihan jalan hidupnya. Ariana merasa insecure dengan keberanian Siska yang gambling atas kehidupannya. Kali ini Siska tepat dan menang atas jalan kehidupannya, Stigma nikah di masa muda belum tentu bahagia, setidaknya Siska mendapatkan pria yang sangat tepat untuk masa depannya. Seorang bankir muda di usia 28 tahun, dewasa, sangat mapan dan kharismatik. Sedang keenakan melamun, dikagetkan oleh seorang pria yang menepuk pundaknya."Apakabar?" ujar pria yang melipir dari belakang Ariana dan tiba-tiba saja duduk di hadapan Ariana."Hendrik!" Ariana kaget, Hendrik yang sudah lama diincarnya kini tiba-tiba di depannya. Dulu mereka malu-malu untuk saling menatap, sekarang Hendrik berani menatap Ariana."Kabar ku baik,"singkat Ariana. Seolah malas bertemu dengan Hendrik."Tadi ketika masuk resto ini, kupikir aku mengenal mu! Ternyata kamu Ariana,"Hendrik kembali melanjutkan obrolan dan ingin berlama-lama dengan Ariana.
Hendrik pun tahu jika mantan kekasihnya yaitu Siska akan menikah di bulan depan. Kebetulan juga Hendrik mengenal calon suami dari Siska. Niko adalah kakak tingkat dan satu alumni dengan Hendrik di Universitas ternama di Indonesia. Di kampusnya, Niko selalu berprestasi hingga mengantarkan dirinya mencapai puncak karir terbaik menjadi seorang Kepala Bankir termuda di sebuah bank BUMN ternama. Ariana begitu anteng dan tertarik saat Hendrik menceritakan calon suami dari Siska. Tak terasa obrolan mereka berdua menghabiskan waktu hingga larut malam. Hendrik menawarkan sebuah tumpangan untuk Ariana yang kebetulan mobilnya sedang di bengkel. Mau tak mau, Ariana di jemput oleh Hendrik.
Sepanjang perjalanan pulang keduanya diam tak bergeming. Sesekali Hendrik menoleh dan menatap Ariana yang fokus melihat jalanan di depannya. "Ehm, kamu udah punya pacar Na?" ujar Hendrik penasaran sambil memainkan kendali setir. Ariana menoleh ke arah Hendrik serta menggelengkan kepalanya lalu kembali fokus memandang jalanan di hadapannya. Hendrik tersenyum menyiratkan kegirangan di dalam hatinya. Ternyata gadis yang dulu pernah ia puja ini secara diam-diam masih single. Setelah sampai di gerbang rumah, Ariana melambaikan lengannya ke arah Hendrik yang sedari awal tak henti-hentinya tersenyum. Tak lupa Hendrik menitipkan kartu nama berisi alamat dan kontak telepon milik Hendrik, Ariana menyimpannya. Selepas mobil Hendrik beranjak pergi, langkah gontai Ariana menyiratkan bahwa sudah menghadapi weekend yang melelahkan dan besok Senin harus kerja lagi.
Saat Ariana sedang sibuk-sibuknya di kantor, handphone miliknya berbunyi. Sebuah pesan whatsapp dari Siska yang mengajak Ariana untuk datang ke sebuah restoran pada hari Sabtu di minggu ini. Dalam pesan tersebut juga Siska menjelaskan ingin bicara terkait pernikahannya yang akan digelar dua bulan lagi. Ariana kelabakan untuk menjawab pesan tersebut. Pikiran dan hatinya digeluti kemelut, ditambah lagi nanti Sabtu depan ia merasa insecure karena datang sendirian untuk menghadapi suatu pasangan calon pengantin. Ia pun terdiam sejenak, tak menjawab pesan. Teringat sebuah kartu nama yang ia simpan minggu lalu. Tersemat kan nama Hendrik, lalu mengirim pesan pada Hendrik untuk mengajaknya makan malam bersama Siska. Tak lama kemudian setelah sebuah pesan yang dikirimkan oleh Ariana, kembali pesan balasan untuk Ariana. Hendrik menjawab pesan tersebut dan menyatakan kesetujuannya untuk makan malam bareng Siska.
*******
Malam Sabtu ini Ariana dijemput oleh Hendrik di depan rumahnya. Seperti biasa mereka terdiam di dalam mobil, tak ada basa basi, hanya sesekali ada obrolan serius. Sepanjang perjalanan, mereka berdua membicarakan tentang Siska dan calon suaminya. Hendrik pun tak sengaja keceplosan jika dirinya masih ada rasa mencintai Siska. Ia ditinggal oleh Siska setelah pertengkaran besar yang merasa jika Siska selalu menduakan Hendrik. Beberapa kali hubungan mereka break namun kembali lagi dan begitu seterusnya hingga keduanya memutuskan untuk berpisah dan diawali dari pihak Siska. Ariana hanya mendengarkan curhatan Hendrik dan tak terkejut sama sekali pada sahabatnya Siska yang selalu mempermainkan cinta. Bahasan mengenai Siska langsung ditepis oleh Ariana saat itu juga dikarenakan tak mau ikut campur dan terlarut dengan cerita hubungan antara Siska dan Hendrik."Itu sudah masa lalu!" ujar Ariana seolah secara halus untuk menghentikan obrolan ini.
Mobil Hendrik pun telah sampai di sebuah Restaurant bergaya Bali. Hendrik segera turun dari kemudi nya dan bergegas membukakan pintu mobil agar Ariana keluar secara perlahan. Tak sengaja mata mereka saling berpandangan. Ariana langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. "Gengsi!"pikirnya. Masa Ariana seolah menjadi tempat sandaran mantan pacar dari sahabatnya. Ariana enggan jika harus berhubungan dekat dengan Hendrik. Ia menganggapnya hanya sebagai teman biasa. Tak lebih dari itu!
Sepasang calon pengantin sudah duduk menunggu di sebuah meja yang disiapkan juga untuk Hendrik dan Ariana. Mata Hendrik tak sengaja beradu pandang dengan Siska, keduanya kikuk saat bersalaman. Saat Niko mengulurkan tangan ke arah Hendrik, seketika pandangan mata Hendrik yang tak lepas dari Siska beralih ke arah Niko. Ariana menghela nafas, pikirnya drama apalagi yang akan keluar saat ini dan dirinya takut jika dilibatkan dengan urusan Siska yang labil dan mudah jatuh cinta, apalagi ada sang mantan.
"Jadi kami mengundang kalian kemari, ingin mengabarkan jika kami berdua akan menikah bulan depan,"ujar Niko yang memulai pembicaraan."Gue juga pengen kalo kamu Na, Hendrik jadi pengiring pengantin,"Siska seraya menambahkan pernyataan."Makasih banget Ko,,,,Siska,"ujar Hendrik matanya tak lepas mengamati Siska."Kita berdua udah dipercaya sama kalian, kita janji bakal wujudkan harapan kalian berdua," kembali Hendrik menambahkan. Ariana hanya terdiam menunduk sambil tersenyum manis. Pertemuan di malam ini berkesan, apalagi Hendrik bisa bertemu lagi dengan Siska yang sekian lama tak ada kabar setelah putus kini mempunyai kabar bahagia dan akan menggelar pernikahan di bulan depan. Tak terasa malam kian larut, mereka berempat menghabiskan waktu untuk makan malam dan mengobrol beberapa topik hingga waktu mengantarkan mereka masing-masing untuk beranjak pulang. Seperti biasa Ariana diboyong kembali ke rumahnya oleh Hendrik dan seperti biasa pula Ariana tak menanggapi keinginan Hendrik untuk lebih dekat dengannya setelah melihat kejadian waktu makan malam.
*******
Di tengah kesibukan Ariana, atasan memanggil Ariana untuk bertemu seorang klien. Ariana kaget ternyata klien bos nya adalah Niko."Lho kamu ada di sini?" ujar Niko nyengir. Ariana melotot ke arah Niko seolah kaget."?Kamu kerja di sini yah Na?" sekali lagi Niko bertanya penasaran. Ariana hanya mengangguk pelan. Beberapa berkas sudah diserahkan oleh Ariana kepada Niko. Beberapa kali juga Niko mengajak Ariana yang serius dan agak cuek untuk ngobrol."Kamu udah lama sahabatan sama Siska, sepertinya dari ketulusan kalian bisa tersirat kesetiaan pada pasangannya,"ujar Niko dengan sok tahu dan naif. Ariana menoleh ke arah Niko sambil tersenyum geli."Benar kan?!"Niko menegaskan kembali."Maaf pak, saya di sini membicarakan pekerjaan bukan masalah pribadi!"hemat Ariana dengan tegas. Niko kaget, tak seperti pertemuan kedua kalinya, kali ini Ariana berbeda. Kemarin-kemarin Ariana begitu ramah dan paling banyak bicara. Namun Niko sadar bahwa ini adalah kantor tempat bekerja Ariana dan takut ditegur oleh atasannya.
Setelah semuanya beres dan sebelum Niko meninggalkan kantor tempat Ariana bekerja, Niko menitipkan sebuah kartu nama kepada Ariana. Agar turut serta akrab dalam jalinan persahabatan antara calon istrinya dan juga dengan Ariana. Kartu nama tersebut disimpan Ariana di dalam laci meja duduk nya. Ariana mengumpulkan semua kartu nama yang tak penting disimpan di laci meja duduk kantor. Niko pun meninggalkan kantor Ariana.
Keesokan hari, Ariana mendapatkan sebuah bucket bunga berwarna merah di meja duduk nya di kantor. Semua pegawai di kantor menyoraki Ariana yang sudah lama menjomblo. Ariana tertunduk malu dengan muka merah padam. Bahkan bukan hanya sekali dua kali si pengirim bucket bunga tanpa nama itu mengirimkan bunganya, berturut-turut satu bulan sampai Ariana dan teman satu kantor nya bosan. Suatu hari, Hendrik tanpa memberi kabar mendatangi kantor Ariana. Dengan membawa bucket bunga dan sebuah kue tart kesukaan Ariana. Semua orang di kantor penasaran dengan keberadaan Hendrik yang tiba-tiba datang ke kantor."Hendrik!" mata Ariana melotot kaget, tak disangka Hendrik tiba-tiba datang menjemputnya di kantor. Hendrik tersenyum dan mengajak Ariana untuk makan malam. Tak di duga, ternyata orang yang selalu mengirimkan bunga adalah Hendrik. Beberapa hari terakhir Hendrik mengirimkan bucket bunga pada Ariana. Hendrik merasa jika Ariana adalah orang yang tepat untuk mengisi kekosongan jiwanya saat ini. Apalagi mantan kekasih nya sebentar yang notabene sahabat dari Ariana pun sebentar lagi akan menikah.
Tepat pada hari ini setelah makan malam, Ariana merasa Hendrik menjadi tumpuan hatinya. Beberapa kali memperhatikan Ariana. Bahkan hingga hari ini, Hendrik sudah beberapa kali memberi pesan melalui ponsel Ariana. Batu yang mengeras ditempa angin lama-lama remuk, begitu juga dengan hati Ariana yang keras kini luluh. Hidupnya sekarang berwarna, makin senang saling memberi kabar di tengah kesibukan mereka berdua.
Ariana mempertimbangkan pernyataan Hendrik yang selalu dilontarkan di setiap pertemuan mereka berdua. Hendrik ingin melanjutkan hubungan yang lebih serius dengan Ariana. Sebenarnya Ariana tak ingin menolak, namun hati nya masih ragu dan melihat situasi terlebih dahulu. Cinta bersemi di setiap pertemuan, Ariana merasa sudah yakin dengan Hendrik. Ia pun ingin mengimbangi sahabatnya yang sebentar lagi akan menikah. Maka Ariana pun akan mengumumkan jika dirinya akan menerima pernyataan hubungan serius yang selalu dilontarkan oleh Hendrik. Jawaban itu akan diberikan segera oleh Ariana untuk Hendrik.
Hari ini tak ada kabar dari Hendrik, membuat Ariana khawatir dan overthinking. Ariana beberapa kali menghubungi Hendrik, tak ada sautan beberapa pesan bahkan susah untuk dihubungi kembali."Kemana sih?!"ujar Ariana kesal karena Hendrik tak kunjung menghubunginya hari ini. Ariana memutuskan untuk ke kantor Hendrik, setelah sampai ternyata Hendrik tak masuk kantor. Ariana pun pulang. Perjalanan pulang, Ariana ingin mampir ke rumah sahabatnya, Siska. Tak disangka, ada Hendrik baru keluar dari gerbang pagar rumah Siska. Di dalam mobil, Ariana mengamati Hendrik yang kedua tangannya menggenggam kedua tangan Siska. Ariana kecewa! Betapa hati nya sudah bertumpu dan akan menyandarkan cinta nya pada Hendrik namun rasa cinta nya dikhianati begitu saja. Ariana segera membanting setir dan melajukan mobilnya. Ia marah! Bukan pada Hendrik tapi kepada Siska juga. Betapa cinta yang telah dipupuknya untuk tumbuh dan bersandar pada Hendrik namun dihancurkan lagi oleh Siska.
******
Ariana kini larut di dalam kesibukan pekerjaannya. Beberapa kali Hendrik menghubungi bahkan mengirimkan pesan kepada Ariana, tak digubrisnya. Ariana pun menitipkan pesan pada security di pos depan agar tak mengijinkan siapapun bertemu dengan Ariana terkecuali terkait pekerjaan. Beberapa kali bunyi ponsel berdering. Kali ini bukan Hendrik yang tertera di screen ponsel Ariana, namun Siska. Ariana segera mematikan ponselnya dan fokus terhadap pekerjaan."Pasti bersekongkol dengan hendrik!" ujar Ariana dalam hatinya. Ia berpikir kalau Siska sebagai sahabat terdekatnya, disuruh Hendrik untuk menelpon dirinya."Ogah!"beberapa kali ujung tangannya menepuk sisi meja karena kesal. Ketika pulang lembur, Ariana berhati-hati sekali jika di depan kantornya takut ada Hendrik yang akan menjemputnya. Mulai saat ini, ia kembali sehari-hari memakai mobil pribadi untuk ke kantor atau meminta sopir di kantor untuk menjemputnya.
Pukul 11 malam, Ariana membuka pintu ruang tamu dan terlihat lampu masih menyala."Na!" sambil menoleh melihat pintu terbuka Artika menyebut anaknya. Ariana tersentak kaget melihat Siska duduk berhadapan dengan ibunya. Ariana mulai membuang muka dan menuju kamarnya."Na, aku mau ngomong!" Siska menahan Ariana agar mendengarkannya."Na, Siska jangan ditinggal lho! Dia udah nungguin dari tadi malam." Artika menambahkan."Aku cape bu! Mau istirahat!" Ariana setengah memaksa agar tak meladeni Siska. Artika merenggut tangan anaknya."Sini dulu sebentar, biar ibu panggil Wati untuk buatkan kamu minum!" Artika kembali memaksa Ariana untuk duduk dan meninggalkan Ariana maupun Siska di ruang tamu. Terdnegar suara Artika dari kejauhan memanggil ART untuk membuatkan Ariana minum.
"Mau ngapain kamu ke sini?!"ketus Ariana kesal. "Kok gitu sih Na?! Gue pengen didengerin sekali ini, udah pusing Gue!"Siska memohon pada Ariana."Oiya, Hendrik kemarin ke rumah kamu kan? Kayaknya betah banget! Aku ngelihat kalian saling mesra,"Ariana menekan Siska dengan pertanyaan yang membuatnya penasaran."Ohh kamu marah, kita nggak ada hubungan apa-apa lagi,"jawab Siska yang merasa jika dirinya membuat Ariana cemburu."Gue cuma mau minta saran, Gue merasa bersalah," Siska merasa salah tingkah apalagi Ariana memicingkan mata ke arah Siska setelah mendengar Siska ngomong begitu."Pasti kamu masih ragu buat married kan?"Ariana menebak langsung ke tujuan."Ehm gimana ya? Tapi lu jangan marah yah!" Siska kembali memohon."Ngapain juga aku marah, urusan kamu kenapa aku lagi yang mesti ikut terlibat?" Ariana protes."Engga, Na! Lu nggak perlu ikut campur, Gue cuma minta saran aja. Please sekali ini aja! Gue udah pusing!" Siska merengek. "Oke, apa Sis?!" Ariana menghela nafas."Gue hamil! Udah dua bulan, Gue bingung, apa gagalin aja pernikahan Gue?!" Siska menjawab dengan terbata-bata. Mata Ariana melotot tajam ke arah Siska diiringi makian."Bajingan! Tuhan udah kasih kamu kenikmatan hidup, terus kamu sia-siain lagi?!"ujar Ariana teriak dengan kesal."Kamu tahu siapa yang hamilin kamu?!"tukas Ariana dengan emosi. Siska hanya menggeleng."Nanti apa kata orang?! Kamu tuh udah malu-maluin sendiri terus keluarga, nanti gimana sama calon keluarga suami kamu? Hahhh!" Ariana kembali kesal. Ariana merasa jika Hendrik bertanggung jawab atas kehamilan Siska."Arrrrggghhh!" Ariana teriak dan melempar vas bunga ke arah Siska. Bi Wati yang mengambilkan minum untuk Ariana tersentak kaget karena hampir terkena lemparan vas bunga."Keluar kamuu....!" Ariana teriak dan menyuruh Siska keluar dari rumahnya."Jangan nginjak rumah ini lagi! Aku nggak mau lihat kamu lagi!" ujar Ariana memaki agi. Siska menangis dan tubuhnya di dorong paksa keluar dari rumah Ariana. Artika menuju ruang tamu setelah mendengar kegaduhan di depan. Artika berpapasan dengan Ariana yang masih emosi sambil menuju kamarnya."Ada apa ini? mana Siska?" ujar Artika kebingungan. Ariana tak menghiraukan ibunya, ia memasuki kamar dan membanting pintu sambil menangis kesal.
******
Hari ini Ariana benar-benar memutuskan hubungan persahabatan dengan Siska. Bahkan ia tak sudi lagi bertemu dengan Hendrik maupun Siska. Berhubungan dengan keduanya merupakan toxic di dalam kehidupan Ariana. Ingin rasanya memberitahukan kepada Niko bahwa calon istrinya adalah bajingan. Namun mempertimbangkan kembali jika dirinya berjanji tak mau ikut campur dengan urusan Siska lagi. Apalagi Niko adalah orang baik dan semalam Siska memberitahukan jika Niko bukan ayah bayi dalam kandungannya, sepertinya Niko tak pernah menyentuh Siska. Bahkan dalam rekam jejak cerita hubungan Siska dengan Niko mengalami LDR (long distance relationship) atau jarak jauh sebelum mereka serius ke jenjang pernikahan. "Sungguh bejat Siska!"beberapa kali Ariana melontarkan kalimat tersebut saking kesal dengan mantan sahabatnya itu. Ariana kini paham, dengan adanya Hendrik ke rumah Siska, bisa jadi mereka sedang sekongkol untuk memuluskan perjalanan hidup mereka. Ibaratnya Siska terus melanjutkan hubungan dengan Niko hingga ke jenjang pernikahan, sedangkan Ariana dan Hendrik melanjutkan hubungan serius. Hingga hubungan mereka tak terendus oleh Niko dan Hendrik masih bisa menengok anak yang dikandung Siska."Sungguh licik!" ujar Ariana.
Namun bodohnya Siska malah keceplosan menyatakan dirinya sudah hamil dua bulan oleh mantan pacarnya."Ya siapa lagi yang terakhir bertemu selain Hendrik?" Ariana masih bergumam. Atasan Ariana mengagetkan Ariana yang hampir melamun. Dirinya disuruh atasan untuk menguruskan kembali berkas milik Niko yang saat ini datang kembali ke kantor Ariana. Niko mengobrol serius dengan atasan Ariana. Sebagai klien, Niko sedang menguruskan urusan pribadi dengan datang beberapa kali ke kantor Ariana.
Ariana memandang Niko dari kejauhan, ingin rasanya memberitahukan masalah semalam kepada Niko. Apalagi Niko adalah orang baik dan korban dari Siska. Beberapa kali mulutnya ingin bicara namun masih ragu."Bentar lagi urusan aku beres Na!"ujar Niko dengan antusias dan selalu memamerkan senyumnya ke arah siapapun yang diajak bicara."Ehh malah ngelamun? Anak gadis nggak boleh melamun!"Niko kembali menambahkan seraya bercanda saat melihat raut muka Ariana seperti ruwet dan tak ada cahaya kegembiraan. Ariana hanya tersenyum terpaksa hingga Niko meninggalkan kantornya.
********
Bulan ini adalah moment pernikahan antara Siska dan Niko. Tapi tak didapatinya kabar dari mereka bahkan undangan pernikahan dari mereka belum terbit dan lewat dari tanggal yang sudah disiarkan kepada kerabat dekat. Jangan-jangan keduanya mengundurkan tanggal pernikahan atau sekaligus membatalkannya."Aku tak peduli!"ujar Ariana dalam benaknya. Diiringi tak ada kabar dari Hendrik yang biasanya menyertai cerita tentang Siska. Kini Ariana sudah tak bekerja lagi di kantornya terdahulu dan berencana mendirikan firma di tempat baru ini yaitu Bali. Sambil liburan dan mendapatkan wawasan maupun lingkungan baru yang akan dijajakinya sekarang. Ariana bahagia di tempat barunya. Bahkan ia terbangun dari mimpinya tentang pernikahan dengan seorang lelaki yang sangat sempurna dan diidamkan sedari dulu."Bangun sayang, kita jalan pagi ini yuk!" ujar lelaki tersebut yang kini menjadi suaminya. Ariana memeluk erat Niko yang telah membangunkan dirinya di pagi ini. Mereka berdua menikmati bulan madu dan kehidupan baru di tempat baru. Kabar antara Siska dan Hendrik lenyap begitu saja setelah Ariana menikah dengan Niko. Bahkan bisa jadi suatu saat mereka bertemu kembali di masa depan dengan cerita baru.