Flash
Disukai
1
Dilihat
10,757
NOTIFIKASI
Drama

"Ingat, Dhea. Jika ayahmu mengirim pesan atau menelepon, kau jangan meresponnya. Jika perlu, blokir dan hapus saja nomor ayahmu itu. Ibu tidak mau kau berhubungan dengan ayahmu lagi. Ibu dan ayah sudah bercerai. Jadi, kau jangan sekali-kali berhubungan dengannya. Mengerti?!"

Dhea hanya terdiam tanpa menjawab perkataan ibunya. Dhea menundukkan kepala sambil memainkan jari-jemarinya. Perceraian orang tuanya ini sangat berpengaruh buruk bagi kehidupan Dhea dalam segala hal.

"Lihat Ibu, Dhea! Ibu sedang berbicara padamu!" Dhea memejamkan mata saat ibunya membentak. Dhea tidak berani menatap wajah ibunya sekarang. Raut wajah sang ibu ketika marah terlihat begitu menyeramkan.

Sang ibu merasa geram dengan putrinya. Dia mencengkeram erat dagu gadis itu kemudian mengangkatnya agar dia mau menatapnya. "Lihat Ibu, Dhea! Apakah begitu susah kau menatap wajah ibumu sendiri?!" Suara sang ibu terdengar menggelegar di telinga Dhea. Tanpa sadar, air mata Dhea mengalir begitu saja.

Cengkeraman di dagu Dhea semakin erat. Sang ibu menaukidi lagi ucapannya. "Blokir nomor ayahmu sekarang juga! Ibu tidak akan mengizinkanmu menghubungi ayahmu lagi! Mengerti?!"

Dhea tidak menjawab. Dia terus menangis tanpa suara. Kedua mata serta hidungnya memerah. "Jawab!" Sang ibu membentaknya lagi membuat Dhea refleks memejamkan mata.

"Mengerti, Bu," di sela isak tangisnya, Dhea menjawab dengan suara gemetar. Barulah pada saat itu, sang ibu menurunkan tangannya dari dagu putrinya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, sang ibu pergi.

Dhea menangis sekencang-kencangnya atas apa yang terjadi dengan kehidupannya. Dhea menyalahkan nasib yang harus dia tanggung. Hal yang tidak pernah dia bayangkan, harus terjadi begitu saja. Ayah dan ibunya bercerai. Dia dipaksa untuk ikut bersama ibunya. Sejak saat itu, Dhea dilarang berkomunikasi dengan ayahnya.

Berulang kali Dhea dimarahi oleh sang ibu karena ketahuan menelepon atau sekedar berkirim pesan kepada sang ayah. Akhirnya, Dhea pun tidak berani lagi menelepon dan berkirim pesan kepada ayahnya.

Dhea tidak tega membiarkan ayahnya. Dhea tidak ingin mengabaikan segala bentuk komunikasi dari ayahnya. Namun apa boleh buat. Sang ibu begitu keras kepala sehingga melarang anaknya untuk berkomunikasi dengan ayahnya sendiri.

Dhea takut jika mendengar ada notifikasi pesan yang masuk, karena sang ibu akan marah besar, mengira notifikasi itu dari ayahnya. Akhirnya, Dhea pun memutuskan untuk mematikan ponsel agar tidak terdengar notifikasi apapun yang masuk ke ponselnya. Lebih baik Dhea tidak mendengar notifikasi dari ayahnya daripada dia harus mengabaikan pesan-pesan dan panggilan darinya.

"Maafkan Dhea, Ayah," ucap Dhea dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.

Sejak saat itu, Dhea takut untuk menyalakan ponselnya lagi.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)