Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna
Blurb
"Bissmillahirrahmaanirrahim, izaa waqo'atil-waaqi'ah, laisa liwaq'atihaa kaazibah, khoofidhotur roofi'ah, izaa rujjatil-ardhu rojjaa, wa bussatil-jibaalu bassaa, fa kaanat, habaaa`am mumbassaa" Ketika akan memasuki ayat ke tujuh seketika lidahku kelu, air mataku jatuh tanpa diminta. Seluruh tubuh menggigil, tanpa memberi jeda napasku pun sesak. Perlahan aku tenangkan diri, kutarik napas berkali-kali hingga tubuhku berperan normal lagi. Aku masih belum mengerti energi apa yang baru saja terjadi hingga membuat separuh tubuhku tak berfungsi, apa mungkin kalam-kalam Ilahi yang baru saja kulantunkan? Kenapa bisa spontan membuat denyut nadiku tak beraturan hingga jiwa dan ragaku tak lagi bersamaan.
"Nisan bertuliskan namamu, sungguh aku sulit menterjemahkannya, Ibu tega membiarkan aku berteman sepi dan ilusi karena kini Ibu semakin semu. Ini ada apa? Apakah ini nyata? Aku terus bertanya, riuhnya orang di sekeliling coba menenangkanku, yang sedari tadi meronta, memeluk nisan berwarna putih sebagai pelengkap gundukan tanah yang bertaburkan bunga-bunga. Kuletakkan mukena coklat di atas pusara, aku ingin Ibu melihat hadiah dariku. Lembayung senja mulai tampak bias orange indahnya membentang di cakrawala, sebelum aku pulang kusempatkan memeluk pusara dan mengecup nisan Ibu, sembari membisikkan kalimat "Ibu yang tenang ya, meski kini semua tentangmu semu bahkan entah kapan kita akan bertemu hanya doalah perantara rinduku, aku akan baik-baik saja lalu, terima kasih atas miliaran maaf dan doa mu Bu, aku mencintaimu hingga laut kehilangan birunya. Semoga kelak kita akan dipertemukan di Firdaus-Nya."
"Nisan bertuliskan namamu, sungguh aku sulit menterjemahkannya, Ibu tega membiarkan aku berteman sepi dan ilusi karena kini Ibu semakin semu. Ini ada apa? Apakah ini nyata? Aku terus bertanya, riuhnya orang di sekeliling coba menenangkanku, yang sedari tadi meronta, memeluk nisan berwarna putih sebagai pelengkap gundukan tanah yang bertaburkan bunga-bunga. Kuletakkan mukena coklat di atas pusara, aku ingin Ibu melihat hadiah dariku. Lembayung senja mulai tampak bias orange indahnya membentang di cakrawala, sebelum aku pulang kusempatkan memeluk pusara dan mengecup nisan Ibu, sembari membisikkan kalimat "Ibu yang tenang ya, meski kini semua tentangmu semu bahkan entah kapan kita akan bertemu hanya doalah perantara rinduku, aku akan baik-baik saja lalu, terima kasih atas miliaran maaf dan doa mu Bu, aku mencintaimu hingga laut kehilangan birunya. Semoga kelak kita akan dipertemukan di Firdaus-Nya."
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Disukai
0
Dibaca
333
Rekomendasi dari religi
Komik
Petualangan Alif & Alifah
Kwikku Creator
Komik
Super Soleh
Kwikku Creator
Novel
Will You Be Mine
Tri Gustari
Novel
Humairahku dan Ranah Minang
Salfia afriadi
Novel
Istri Kedua Gus
Falcon Publishing
Novel
Humairah
Pikacuu
Novel
ZAAL
Fitriani
Novel
Perpustakaan Cinta
Nisa Amalia
Novel
Fyra in Love
Sabrina Dinanti
Novel
Isyarat Sabda Cinta
Hanang Ujiantoro Putro
Novel
Muara Cinta di Titik Semula 2
Faiz el Faza
Novel
Rumah Kenangan
R. Wardani
Novel
Yasmin
Bentang Pustaka
Novel
Beramallah, Sekecil Apa Pun
Mizan Publishing
Novel
Be A Great Muslimah-Syar'i,Berprestasi, Menginspirasi
Mizan Publishing