Masukan nama pengguna
14 November 2021. Jakarta sedang berangkat menuju senja tatkala seorang lelaki kumal menyusuri lorong pasar tanah abang. Tubuh kurusnya dibalut jaket denim belel. Rambut ikal seleher hampir menutupi wajahnya yang tertutup masker. Sepatu kets lusuh mengiringi langkahnya. Ia edarkan pandangan, mencari beberapa barang buruannya yang akan ia gunakan untuk eksperimen gilanya.
Namanya Jaka Sujanda. Teman-temannya meledeknya dengan kepanjangan dari ‘Seorang Jaka Suka sama Janda’. Biarlah, semoga itu menjadi doa yang berbalik bahwa ia akan mendapatkan gadis cantik suatu saat nanti. Jaka seorang mahasiswa kutu buku yang sangat terobsesi dengan dunia parallel. Di kampus Jaka sering kali di cap gila oleh teman-temannya. Bagaimana tidak, di usianya yang tak lagi muda ia sangat percaya bahwa dunia parallel itu ada dan perjalanan melintas waktu itu adalah suatu hal yang mungkin dilakukan jika seorang mampu menciptakan suatu konsep teknologi yang dikenal dengan mesin waktu.
Jaka acap kali disibukkan dengan pemikiran-pemikiran tentang dunia parallel, dan oleh sebab itu juga sampai sekarang ia belum juga menyelesaikan kuliahnya. Ya, bagaimana mau lulus? Jika hari-harinya selalu ia habiskan dengan berbagai eksperimennya yang tidak penting.
Hari ini setelah selesai kuliah Jaka buru-buru pulang dan menuju ke lab pribadinya yang terletak di samping rumahnya, sebenarnya ruang tersebut hanyalah gudang biasa yang telah disulap oleh Jaka menjadi laboratorium pribadinya. Jaka mengeluarkan beberapa barang yang ia dapatkan di pasar tanah abang kemarin sore. Sekarang adalah percobaan yang ke-1437. Lucu, bukan? Setelah mengalami kegagalan ribuan kali namun ia masih saja percaya pada mimpinya untuk menjadi penjelajah waktu pertama di bumi. Dan seperti hari-hari biasanya mesin waktu ciptaanya kembali meletus dan mengeluarkan asap yang seketika memenuhi ruang kerjanya. Ya, pada percobaan kali ini Jaka kembali gagal.
Kegagalan kali ini tampaknya membuat Jaka begitu frustasi. Sepertinya ia benar-benar menyerah atas perjuangannya selama ini. Sepertinya ia harus mulai menerima bahwa sehebat apapun dirinya berusaha, ia tetaplah manusia yang memiliki batas kemampuan dan ini adalah batasnya.
* * *
“Kriinnggg.” Suara jam deker di kamar Jaka berbunyi nyaring.
Jaka terbangun, kemudian ia mematikan jam dekernya. Tak berselang lama telepon genggam Jaka bordering di sela-sela kantong celana jean’s biru favoritnya. Ternyata sebuah pesan singkat dari seseorang yang ikut andil memberikan warna cerah dalam hidupnya.
“Hari ini aku pulang, aku kangen banget sama kamu. Nanti jangan lupa jemput aku di bandara, ya!” tertulis di layar telepon genggam itu.
Namanya Amira, biasa di panggil Ara oleh Jaka. Gadis tersebut adalah pacarnya, gadis yang mampu menjadi bejana tempat Jaka menaruh hati. Setelah menerima pesan tersebut, Jaka melihat kalender disana tertulis 16 November 2021. Jaka merasa mungkin hari ini akan lebih baik dari sebelumnya, setelah itu ia langsung bergegas untuk membersihkan dirinya dan langsung bersiap-siap untuk menjemput Ara di bandara. Betapa bahagianya dua sejoli ini, karena akan bertemu dalam beberapa jam lagi. Selama ini Ara kuliah di Sydney Australia dan untuk bertemu pun Ara dan Jaka harus mengatur waktu terlebih dahulu.
Tapi semuanya terbayar sudah, sekarang Ara sudah menyelesaikan studinya.
Waktu menunjukan pukul delapan ketika Jaka selesai berkemas, ia langsung menuju meja makan untuk sarapan. Seperti biasa sarapan sudah di siapkan oleh ibunya sedari tadi. Sambil sarapan jaka menyetel tv untuk sekedar menonton berita di pagi hari.
“Ara, jadi pulang nak?” Tanya sang Ibu.
“Jadi, siap sarapan aku langsung jalan.”
“Pagi amat, emang Ara naik pesawat jam berapa?”
“Gak langsung ke bandara, Bu. Lagian Ara nya juga naik pesawat jam 7, mungkin nyampenya agak siangan dikit,” tukas Jaka menjelaskan.
Disela-sela perbincangan, ponsel Jaka kembali berbunyi. Namun kali ini bukan dari Ara melainkan dari Mia salah satu teman dekatnya Ara.
“Halo, Jaka. Kamu udah lihat berita belum?” Tanya Mia.
“Nih lagi lihat berita, emang berita apaan?”
“Jadi kamu belum tahu, coba ganti channel deh,,!” tukas Mia dengan nada panik.
“Ini beritanya bohong kan Mia?”
“Gue gak tahu jak, gue juga panik. Lo coba cari tahu ya, nanti kasih tahu gue hasilnya,,!”
“Oke, nanti gue kabarin lagi.” Ucap Jaka sembari menutup telfonnya.
Setelah melihat berita tersebut Jaka langsung pamit kepada ibunya tanpa memberitahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Jaka berusaha tetap tegar ia tidak mau terlihat hancur di depan sang Ibu. Bagaimana ia tidak akan hancur, berita yang tadi pagi ia lihat adalah berita tentang salah satu pesawat yang berangkat dari Sydney menuju Jakarta, pesawat tersebut mendapatkan serangan teror dan hilang kontak hingga saat ini. Dan pesawat tersebut adalah pesawat yang ditumpangi oleh Ara kekasihnya
Tak ada yang dapat menggambarkan perasaan Jaka saat ini. Tak peduli meletus atau tidaknya balon hijau hati jaka sudah sangat kacau. Saat ini Jaka berusaha menepikan mobilnya ke pinggir jalan, lalu kemudian berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Di sela-sela tangisnya, ponsel Jaka kembali berdering. Satu nomor tidak dikenal terlihat jelas di layar ponselnya.
“Halo,” ujar Jaka sedikit tersedu.
“Jika kamu bisa mendengar saya saat ini janganlah menangis,,!” ujar suara lelaki di ponsel Jaka.
“Tetaplah tegar dan jadilah laki-laki sejati. Jemput kekasihmu ke bandara sekarang juga, tak perduli apapun yang terjadi temui lah dia,,!” sambung lelaki tersebut.
Belum sempat Jaka menjawab perkataan lelaki itu, telfonnya sudah terputus. Aneh di saat seperti ini ada saja yang menelfonnya seperti tadi, tapi ia tidak terlalu memikirkannya. Fokus Jaka sekarang adalah menuju bandara untuk mengecek kebenaran berita jatuhnya pesawat yang di tumpangi Ara.
Sesampainya di bandara, Jaka langsung memarkirkan mobil dan bergegas menuju ke tempat pengumuman, disana sudah ramai oleh keluarga penumpang pesawat yang menunggu konfirmasi terkait berita pesawat dari Sydney menuju Jakarta yang mendapatkan serangan dari teroris, dan betapa terkejutnya Jaka setelah mendengarkan penjelasan dari pihak bandara bahwasanya berita mengenai pesawat tersebut benar adanya. Dan lebih parahnya lagi, baru saja bandara mengkonfirmasi bahwa pesawat tersebut telah jatuh di samudera hindia akibat ledakan pada ekor pesawat. Dari 64 orang yang menaiki pesawat itu tidak ada satu pun yang selamat termasuk Ara, kekasih Jaka. Bak jatuh ditimpa tangga, Jaka kembali harus mendengar pihak bandara memberi informasi terkait penyebab jatuhnya pesawat tersebut, yang ternyata di sebabkan oleh ulah teroris yang membawa bom dan meletakkan bom tersebut pada tangan seorang wanita. Teroris tersebut telah di konfirmasi identitasnya oleh CIA. Andre Wijaya, seorang mantan TNI yang membelot adalah dalang di balik semua ini.
Sudah dua hari berlalu semenjak kejadian tersebut. Jaka masih belum bisa menerima, bahwa ia harus kehilangan salah seorang yang selama ini turut andil memberi warna cerah di dalam hidupnya. Kenapa harus Amira? Kenapa bukan ia saja yang ada di dalam pesawat itu? pertanyaan-pertanyaan random tersebut sampai saat ini datang menghantui Jaka. Dua hari sudah Jaka menghabiskan waktunya hanya untuk menangis dan meratapi kepergian Ara.
Jaka melempar seluruh benda yang ada di kamarnya secara acak hingga kamarnya kacau berantakan. Setelah puas dengan tindakannya barusan, Jaka berdiri hendak ke kamar mandi. Namun baru beberapa langkah berjalan, langkahnya terhenti ketika kaki kananya menginjak sebuah buku tebal yang tampak lusuh. Jaka mengambil buku tersebut dan membersihkan debu yang menempel.
“Albert Einstein: Teori ruang waktu.” Jaka membaca judul buku tersebut.
Jaka heran mengapa ia belum membaca buku tersebut padahal buku itu sepertinya sudah lama di dalam kamar Jaka.
Akhirnya Jaka mulai membaca buku setebal alkitab tersbut dengan teliti, hingga ia terhenti pada halaman 617. Jaka akhirnya menemukan apa yang kurang dari percobaan-percobaannya selama ini, ada satu hal yang terluput oleh Jaka dan di buku ini Einstein menjelaskan teori yang memungkin seseorang untuk menciptakan mesin waktu. Seketika senyum kembali terukir di wajah Jaka, akhirnya ada secercah harapan untuk mengubah apa yang terjadi beberapa hari ke belakang. Jaka berencana untuk menyempurnakan mesin waktu yang selama ini ia buat, dan ia juga berencana untuk kembali ke masa lalu agar dapat mencegah jatuhnya pesawat sekaligus mencegah kematian Ara.
Pagi ini Jaka bangun lebih awal karena akan melakukan eksperimennya yang ke-1438. Setelah waktu itu memutuskan menyerah, akhirnya Jaka menemukan alasan untuk meneruskan kembali perjuangannya selepas membaca buku karya Albert Einstein semalam. Jaka sudah siap dengan segala peralatan yang diperlukan. Proses perakitan mesin waktu kali ini memakan waktu cukup lama, Jaka menyelesaikannya tepat pada pukul lima sore.
Setelah menyelesaikan mesin waktunya Jaka langsung menyetel tanggal dan waktu yang ingin dia tuju, sial ternyata mesin waktunya hanya mampu membawa Jaka kembali ke keadaan dua hari sebelum peristiwa tersebut terjadi. Memang sepertinya dua hari bukanlah waktu yang cukup untuk mencegah peristiwa itu terjadi, tapi Jaka tidak punya pilihan lain selain mencobanya.
“Ara, tunggu aku,” ucap Jaka sambari menaiki mesin waktu.
Tanpa pikir panjang Jaka mengunci koordinat hari tersebut dan langsung menekan tombol merah di mesin waktunya yang menjadi tanda bahwa time travel sedang berlangsung. Seketika muncul cahaya yang sangat menyilaukan, Jaka tidak bisa melihat apapun dan mesin waktunya bergerak tak beraturan seakan-seakan sedang terjadi gempa bumi. Jaka tak kuat melihat cahaya tersebut sehingga ia memejamkan matanya.
Selang beberapa saat terdengar suara orang-orang yang sangat riuh. Jaka membuka matanya dan ia seperti orang yang sedang kebingungan. Dimana aku? Apakah ini nyata? Rentetan pertanyaan bergejolak di pikirannya. Setelah memerhatikan sekitar, ia merasa dejavu dengan situasi ini. Jaka mengeluarkan telepon genggamnya, di layarnya tertera 14 November 2021. Ya, Jaka ingat ini adalah situasi ketika ia sedang di pasar tanah abang untuk mencari barang-barang yang akan digunakan untuk eksperimen mesin waktunnya. Jaka seolah tak percaya dengan ini semua, ia mencubit pipinya.
“Aduh, sakit,” ujar jaka memegang ke dua pipinya.
Setelah itu Jaka mengerti bahwa ia telah berhasil melintasi waktu dan kembali ke kondisi dua hari sebelum kejadian pesawat jatuh. Setelah menyadari kalau ia sudah berada di masa lalu, Jaka langsung mencari data Andre Wijaya di internet soerang teroris yang menyebabkan terbunuhnya Amira di masa depan. Setelah mendapatkan data tersebut, Jaka langsung membeli tiket pesawat dan terbang menuju Sydney Australia. Misinya kali ini adalah menemukan Andre dan mencegah agar Amira tidak terbunuh.
Sesampainya di Syidney Jaka langsung menuju kontrakan Ara. Sebelumnya ia tidak memberitahu Ara kalau dia sedang di Inggris. Ara terkejut melihat Jaka yang tiba-tiba saja berada di Syidney. Waktu itu Ara sedang berjalan menuruni anak tangga rumahnya, ia berencana akan membuang sampah ke tong sampah di tepi jalan. Namun ia melihat sosok pria yang ia cintai berdiri di pinggir jalan sambil menggendong tas ransel di punggungnya.
“Jaka, kamu disini?” Tanya Ara kebingungan.
“Hmm, Ya. Im here,!” jawab Jaka.
“Tungu-tunggu, kamu ngapain disini?” Ara kembali bertanya.
“Jemput kamu lah, besok mau pulang kan?” ujar Jaka.
“Kok kamu tahu? Kan aku belum ngasih tahu kamu?”
“Aku tahu, aku dari masa depan,” jawab Jaka dengan santainya.
“Hahaha, ngaco. Yasudah masuk yuk,” ajak Ara.
Saat ini Ara memang tidak percaya bahwa Jaka yang sekarang bersamanya adalah Jaka dari masa depan. Tapi Jaka tidak peduli, baginya yang terpenting sekarang adalah memastikan keselamatan Ara.
* * *
16 November 2021. Hari ini adalah hari dimana peristiwa naas tersebut terjadi Jaka sangat waspada untuk melindungi Ara dari Andre yang tidak tahu kapan akan muncul. Jaka dan Ara sudah berada di ruang tunggu bandara, namun sampai sekarang belum ada pergerakan dari Andre dan kondisi saat ini masih aman terkendali. Pesawat yang akan membawa mereka menuju Jakarta pun sudah siap. Itu artinya keberangkatan akan berlangsung dalam beberapa menit lagi. Jaka dan Ara sudah berada di dalam pesawat, mereka duduk bersebelahan, sejauh ini belum ada yang mencurigakan. Ara yang mulai merasa ngantuk akhirnya tertidur dan menyandarkan kepalanya di bahu Jaka. Penerbangan sudah berlangsung sekitar setengah jam. Jaka yang merasa ingin buang air kecil, akhirnya meninggalkan Ara sendirian di tempat duduknya dan beranjak menuju toilet yang terletak di bagian belakang pesawat.
Jaka lupa perihal Andre dan bom yang dibawanya. Ketika di perjalanan menuju toilet Jaka sempat berpapasan dengan seorang yang membawa koper dengan gerik yang mencurigakan. Namun, Jaka masih belum sadar akan hal itu. Barulah setelah sampai di dalam toilet ia menyadari bahwa orang yang barusan berpapasan dengannya adalah Andre si teroris yang sedang ia cari.
Jaka berlari tergesa-gesa menuju tempat duduknya, namun terlambat sudah Andre sudah berdiri disana dan meletakkan koper berisi bom tersebut di tangan Ara. Semua orang di pesawat sudah mengetahui bahwa dalam koper tersebut adalah bom yang sudah aktif dan dapat meledak sewaktu-waktu jika Ara melepaskannya dan yang bisa mematikan bom tersebut hanya dentinator yang ada di tangan Andre. Suasana di dalam pesawat menjadi sangat mencekam, Andre meminta tebusan 10 Triliun dan meminta pemerintah Indonesia menyiapkan Pesawat jet khusus untuknya kabur setibanya di Jakarta nanti. Namun, tentunya pemerintah Indonesia tidak akan memberikan tebusan sebesar itu.
Semua orang di dalam pesawat di suruh menunduk dan meletakkan tangannya di atas kepala, taka ada yang berani melawan karena Andre membawa pistol di tangannya. Ara yang masih duduk memegang koper tak sengaja melihat Jaka yang mulai berjalan secara perlahan kearahnya. Jaka memberi sinyal untuk tetap tenang agar Andre tidak menyadari keberadaan Jaka. Pelan-pelan namun pasti jaka mengendap-ngendap kearah Andre yang membelakanginya. Setelah tinggal satu langkah lagi Jaka bersiap untuk memukul Andre dengan tangan kosong.
“Stop!,” ucap Andre yang mengetahui keberadaan Jaka melalui liontin salah satu penumpang yang ada cermin kecilnya.
Andre berbalik dan meletakkan pistolnya di kepala Jaka.
“Aku tahu gadis ini kekasihmu, bukan?” ujar Andre sambil menunjuk Ara.
“Jangan bertindak gegabah atau dia dan seluruh penumpang pesawat ini akan mati.” Ancam Andre dengan tegas.
“Brukk,,”
Tiba-tiba Andre tersungkur ke lantai setelah menerima pukulan dari arah belakang oleh seorang penumpang lainya. Melihat situasi tersebut Jaka langsung mengambil pistol yang jatuh tepat di dekatnya lalu dengan sergap membalikkan keadaann. Kini giliran Jaka yang menodongkan pistol di kepala Andre. Andre pun tak bisa berbuat apa-apa lagi, para penumpang pria yang berada di dekat tersebut segera mengikat Andre agar tak bisa bergerak lagi.
“Mana dentinatornya?” Tanya Jaka sembari menodongkan pistol di kepala Andre.
“Ini, Kak.” Bukan Andre yang menjawab melainkan anak kecil yang berjalan dari arah belakang pesawat.
Semua orang yang ada di dalam pesawat mendadak panik melihat dentinator yang telah rusak, itu artinya tidak ada yang dapat menghentikan bom tersebut meledak. Jaka segera mendekat kearah Ara yang mulai menangis. Jaka memegang tangan Ara yang memegang koper tersebut.
“Ra, mungkin kamu gak percaya sama apa yang aku bilang kemarin. Tapi jujur aku memang datang dari masa depan, dan tujuanku menemuimu di Inggris adalah untuk mencegah bom ini meledak. Waktu itu aku hancur sekali ketika mendengar berita tentang jatuhnya pesawat yang kamu tumpangi akibat bom ini. Jadi, aku gak mau kejadian yang sama terulang kembali,” ujar Jaka sambil melepaskan tangan Ara secara perlahan yang kemudian berganti dengan tangannya.
“Jaka, kamu mau ngapain?” Tanya Ara sambil meneteskan air mata.
“Kamu tidak perlu khawatir, aku ahli dalam sains. Aku ngerti masalah seperti ini, Aku perlu kamu untuk tetap tenang disini, Aku akan menangani ini sebentar,” ujar Jaka berbohong.
Jaka kemudian berjalan kearah kabin belakang. Beberapa langkah sebelum pintu menuju kabin ia berhenti dan meminjam salah satu ponsel pramugari yang bertugas disitu. kemudian meminta pramugari agar menyuruh penumpang untuk bergeser menjauh dari area kabin belakang.
Di dalam kabin, Jaka mengetik nomor seseorang di ponsel dengan tangannya yang satu lagi. Berharap bahwa telfon itu akan tersambung, dan bisa berbicara dengan orang tersebut. Untung saja apa yang dipikirkan Jaka benar, telfon itu tersambung dengan seorang laki-laki.
“Jika kamu bisa mendengar saya saat ini janganlah menangis, tetaplah tegar dan jadilah laki-laki sejati. Jemput kekasihmu ke bandara sekarang juga, tak perduli apapun yang terjadi temuilah dia!” ujar jaka kepada seseorang yang ia hubungi tersebut.
Setelah telfon nya terputus, Jaka membuka pintu terakhir kabin belakang pesawat dan terjun bersama bom yang kemudian meledak di udara.
* * *
16 November 2021. Sebuah mobil berjalan kencang memasuki area parkir bandara. Tampak seorang lelaki dengan rambut ikal keluar dari ruang kemudi, lalu bergegas menghampiri seorang gadis yang tertunduk lesu di bangku ruang tunggu kedatangan internasional.
"Ara, syukurlah kamu baik-baik aja," ucap lelaki tersebut.
"Jaka, bagaimana kamu bisa disini?" Tanya Ara.
"Tadi aku lihat berita, pesawat kamu terkena serangan setelah itu aku langsung kesini." Ujar Jaka panik.
"Jaka, aku sayang kamu," ucap ara sambil memeluk Jaka.
"Aku, juga."
Sekarang Ara mengerti Jaka yang bersamanya di pesawat benar-benar berasal dari masa depan.