Cerpen
Disukai
9
Dilihat
2,146
Lima Botol
Thriller

Anggap saja kisah ini dibintangi oleh dirimu. Yah, dirimu. Iya, kamu yang sedang membaca kalimat-kalimat ini. Siapapun itu, seorang pelajar kah, seorang pekerja kah, orang yang sedih, orang yang hanya memikirkan diri sendiri, atau bahkan orang yang merasa paling baik. Siapapun itu. Saat ini, yah cuma saat ini, lepas semua status itu. Keberadaan kalian sudah tidak dianggap lagi. Karena kalian sudah masuk dalam Tantangan Horor.

Hari ini adalah malam yang aneh bagi dirimu. Tak peduli apa yang seharian ini lakukan, entah itu hal yang menyenangkan atau hal yang menyedihkan semua telah kau lupakan. Kau lebih peduli dengan dirimu saat ini. Terikat dengan kuat di kursi. Matamu tertutup rapat dengan kain tanpa celah. Mulutmu terbungkam erat oleh lakban yang tebal berlapis-lapis. Kau begitu kebingungan. Sampai kau mendengar suara serak berbicara padamu.

"Selamat datang dalam tantangan horor!" serunya dengan lantang. Suaranya memantul-mantul di dinding ruangan. Rasa-rasanya dia tidak berbicara padamu. Dia berbicara pada seseorang. Penonton.


"Siapa kau?" tanyamu gelisah. Mungkin karena dirimu ketakutan, suaramu malah terdengar seperti cicit tikus. Padahal kau bertanya dalam hati itu. Yah, sebegitu menakutkannya sampai-sampai suaramu terdengar seperti itu.

Seseorang itu tergelak keras. Mendengarnya membuatmu pusing. "Sudahlah, mari kita persingkat permainan ini. Di depanmu sudah ada lima botol minuman." Untuk yang kali ini, dia benar-benar bicara kepadamu. "Tiga diantaranya adalah air putih. Satu berisi asam lambung yang membuat tubuhmu leleh. Satu lagi adalah susu yang lezat. Peraturannya mudah sekali. Kau akan dibebaskan jika berhasil memilih susu. Tentu saja kau akan kalah jika memilih botol berisi asam lambung. Lagipula aku tak yakin kau bisa hidup setelah meminumnya."

Mendengar suaranya membuatmu benar-benar tak berdaya. Seakan terhipnotis, kau merasa harus mengikuti permainan ini. Menurutmu itulah yang paling benar dilakukan saat ini. Lagipula apa yang bisa kau lakukan saat ini. Kau tak bisa apa-apa selain menurut.

"Baiklah, aku tidak mau kau menganggapku sebagai orang jahat. Aku akan memberikan keringanan tentunya. Aku akan memberimu kesempatan mencium aroma dari setiap botol."

Satu persatu botol demi botol melintas di hidungmu. Menyenggolmu dengan aroma mereka. Membuatmu menerka-nerka isi dari setiap botol. Bingung karena isi dari setiap botol memiliki aroma yang hampir sama. Meski begitu kau pun sudah punya tebakan di botol ke berapa yang berisi susu.

"Nah, sekarang pilih botol pertamamu!"

Tentu saja itu membuatmu mengernyitkan dahi. Bagaimana mungkin orang yang terbungkam lakban berlapis-lapis bisa mengucapkan kata. Tapi, seakan orang asing itu bisa membaca isi hatimu dia berbisik tajam di telingamu. "Kau bisa menggunakan jari-jarimu itu, Pendusta!"

Keringat dingin mengalir dari dahimu. Ketakutan yang hanya sebutir debu, kini telah menerpamu seperti badai pasir. Disebut pendusta membuatmu marah. Entah alasannya karena itu salah atau sebaliknya. Tapi, setelah itu orang itu memintamu untuk menyebutkan botol pertamamu.

Dengan yakin kau mengangkat jarimu. Orang asing itu tersenyum puas. Takjub dengan indera penciumanmu. Tapi, tetap saja, kau pihak yang dirugikan di sini. Meski sebenarnya jari-jarimu menunjukkan botol berisi susu, orang itu akan mengambilkanmu botol air putih.

Sebuah lubang dibuat pada lakban tebal itu. Orang itu memasukkan sebuah corong kecil. Dikit demi sedikit menuangkan botol pilihannya.

Dirimu yang terlalu percaya diri tadi menjadi kecewa saat tahu kalau itu air putih biasa. Tapi, bagaimana mungkin? Begitu batinmu. Di sisi lain kau bersyukur tak meminum asam lambung yang katanya mampu melelehkan besi.

Botol pertama yang sudah kau minum isinya, disingkirkan. Kini tersisa empat botol. Masalah baru muncul ketika orang itu memintamu memilih lagi. Sedangkan kau dengar botol-botol itu telah digeser dari tempat awalnya. Dan kau tak diberi kesempatan lagi untuk mencium baunya. Kau mulai menganggap permainan ini gila karena kau yakin akan kalah. Kau protes. Kau meronta. Berteriak. Memaki-maki orang itu dengan segala umpatan terburuk yang mampu kau pikirkan. Sayangnya semua itu sia-sia. Kau malah membuat orang itu tergelak dengan tingkah lucumu. Kau memang bodoh.

Pada akhirnya kau pasrah dan memilih botol berikutnya. Kali ini kau benar-benar memfokuskan pilihanmu. Berharap mendapatkan botol berisi susu. Namun, lagi-lagi yang dirasakan lidahmu adalah air hambar. Sekali lagi kau gagal sekaligus selamat. Itu lebih baik untuk sekarang.

Sekali lagi botol diputar. Kau merasa ini semua tak adil bagimu. Merutuk nasib sialmu saat ini.

Orang itu terkekeh seakan tahu apa yang kau batin. "Yah, memang sejak kapan keadilan itu harus sama."

Kau benar-benar frustasi dan benar-benar gila. Kau bahkan tak berpikir untuk berusaha bebas dari tempat ini. Kau berpikir kalau lebih cepat menegak asam lambung itu lebih baik. Daripada harus dipermainkan seperti ini. Apapun itu kau benar-benar ingin mati. Jadi, tanpa pikir panjang dan sebelum orang itu menyuruhmu memilih botol, kau sudah mengacungkan jari.

"Anak yang baik. Aku yakin semua orang menyukaimu." Untuk sekian kalinya tawanya menggema di ruangan. Persetan dengan tempat ini.

Tapi, sayangnya sekali lagi kau telah ditipu, kau dipilihkan botol berisi air putih lagi oleh orang itu. Lambungmu mulai penuh dengan air kosong. Membuat kembung. Rasanya tidak enak. Kau ingin memuntahkannya. Tapi, tak bisa. Saat kau melakukannya, lakban itu akan mencegahnya dan membuatmu menelan air-air itu kembali. Bahkan beberapa keluar dari hidungmu. Dan itu menyakitkan.

Sekali lagi kau meronta. Tapi percayalah kau tak berniat kabur. Kau sendiri sebenarnya tak percaya saat itu. Yang kau pikirkan hanya asam lambung dan asam lambung. "Cepat bunuh aku! Cepatlah brengsek! Itu maumu, kan?!"

Tak peduli denganmu, orang itu menanyakan botol terakhirmu. Kau sudah tak peduli lagi. Kau mengacungkan jari untuk sekali lagi. Kali ini kau benar-benar pasrah berharap mendapatkan yang terburuk. Kau sudah gila mudahnya.

"Sepertinya kau memilih botol yang benar."

Kau sebenarnya tak percaya sampai rasa manis dan gurih lewat dikerongkongamu setelahnya. Membuatmu sadar kembali kalau hidup itu lebih penting daripada menyerah. Kau dengan tepuk tangan kecil di sampingmu.

"Selamat! Kau berhasil menghadapi tantangan kami!"

Satu-satu ikatan dan kekangan pada tubuhmu terlepas. Kau bisa melihat empat botol berserakan di lantai dan satu lagi botol yang tampak bengkok dan mengepulkan asap di atas meja. Kau benar-benar gembira. Tak ada kata yang bisa menggambarkan itu. Kau merasa senang dan bebas untuk saat ini.

Saat ini kau bisa melihat orang yang selalu menyuruh-nyuruhmu itu. Orang yang licik dengan wajah yang tampan sebenarnya. Hanya saja dua jahitan melintang di wajahnya membuatnya menyeramkan. Matanya juga sangat tajam. Kau merasa harus segera pergi.

"Apa saya sudah boleh pergi?" tanyamu tanpa memandang orang itu lagi. Yang kau pandang hanya pintu abu-abu di depanmu.

"Tentu saja. Kau sudah melewati tantangan ini." Dia tersenyum padamu. Senyum yang menyiratkan kemisteriusan. Sayangnya kau tak melihat itu. Kau sudah berlari menuju pintu itu.

Tapi, sebelum kau menyentuh pintu itu, tubuhmu telah ambruk di tanah. Darah bermuncratan dari segala lubang tubuhmu. Mata. Hidung. Mulut. Telinga. Lubang pantat. Lubang kemaluan. Dirimu seakan meledak. Jantungmu berdetak tak stabil. Yang kau rasakan adalah kehancuran dari dalam.

Tiba-tiba orang itu tertawa lagi. "Ups, maaf. Sepertinya aku lupa memberitahumu kalau air putih itu adalah racun yang hanya aktif setelah terkontaminasi susu."

Kau benar-benar sial.

Kelanjutan cerita ini adalah milikmu, kau berhak mengubahnya. Kau bisa menganggap ini sebuah mimpi atau pun yang lainnya. Tapi, percayalah selama kau hidup kau akan kembali ke Tantangan Horor.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)