Flash
Disukai
2
Dilihat
13,742
Kucing Tidak Menolak Ikan
Romantis

Dengan perlahan Syafei berjalan memasuki motor tambang itu sambil memanggul tas ranselnya. Sepeda motornya sudah dimasukan ke bagian haluan kapal motor itu dan stangnya sudah dia kunci.

Dia adalah salah satu penduduk asal pedalaman yang untuk sementara pulang ke kampung halamannya, karena pada saat itu sedang terjadi perselisihan antara suku Dayak dan Madura di dekat kota Pontianak.

Sebagai seorang mahasiswa, dia tidak menyukai peristiwa ini. Karena sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di sini. Bukan hanya berakibat kepada kedua suku yang sedang bertikai, tetapi juga berimbas kepada masyarakat lainnya yang tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa itu. Syafei berharap semoga saja perselisihan ini bisa segera diselesaikan dan dia berdoa juga semoga saja aparat keamanan bisa membantu menghentikannya.

Sewaktu dia sedang mencari-cari tempat yang kosong, matanya tertumbuk pada wajah seorang gadis yang sangat cantik. Dari wajahnya sepertinya seorang keturunan Chinese. Gadis itu melempar senyum padanya dan Syafei pun membalasnya. Jarak keduanya hanya sekitar lima meter saja.

“Sini saja, Bang!” Panggil gadis itu sambil membuat gerakan tangan memanggil.

Syafei masih mencoba melihat tempat-tempat lain dengan pandangan matanya, tetapi sepertinya semua tempat di dalam kapal motor yang menuju pedalaman itu sudah penuh. Hanya di dekat gadis itu saja yang masih ada ruang kosong untuk sekitar satu orang.

“Mau pulang kemana, Moy?” tanya Syafei ketika sudah duduk di dekat gadis itu. Amoy adalah kebiasaan memanggil gadis-gadis Tionghoa di Kalimantan Barat.

“Kapuas Hulu,” jawabnya sambil tersenyum manis.

“Sama,” kata Syafei.

Gadis itu tersenyum lagi. “Syafei,” kata pemuda itu sambil menyorongkan tangannya.

“Karlina,” jawab gadis itu membalas salam Syafei.

Keduanya lalu asyik berbicara seperti kawan lama saja. Wanita cantik itu sangat ramah dengan Syafei. Tubuh Syafei berkulit putih seperti kebanyakan orang-orang Dayak, karena memang ayahnya Melayu tetapi ibunya adalah Dayak yang mualaf mengikuti agama ayahnya.

Ketika malam tiba, para penumpang yang ratusan orang itu berbaring dengan menyelimuti tubuh mereka dengan apa saja yang mereka bawa. Begitu juga keduanya masing-masing menggunakan selimut lebar.

Sinar lampu di dalam kapal motor itu hanya ada satu di tengah-tengah saja, maka sinar lampu yang sampai ke tempat keduanya sangat temaram, sehingga posisi keduanya hampir tidak kelihatan.

Karena memang keadaan penumpang yang sangat penuh, maka keduanya berbaring dengan tubuh yang saling bersentuhan erat. Awalnya Syafei membelakangi Karlina, sehingga tentu saja membuat dada gadis itu menekan pungguhnya dengan erat. Sebagai lelaki muda yang sangat sehat, hal ini langsung saja membuat burung Syafei berdiri tegak dengan maksimal.

Hal itu diperparah lagi ketika tiba-tiba terasa tangan Karlina mengelus dan lama-lama memegangnya. Merasakan demikian, Syafei membalikan tubuhnya dan meminta Karlina untuk membelakangi dirinya dan menyelimuti diri mereka. Rupanya Karlina memang memberi jalan kepadanya, sehingga seperti kucing yang tidak pernah menolak ikan, maka terjadilah hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.

“Kalau hamil, bagaimana?” Bisik Syafei di telinga Karlina.

“Kita menikah.”

“Tapi kamu harus ikut agamaku.”

“Tidak masalah.” Jawab Karlina ringan.

Akhirnya Syafei kembali melakukannya berkali-kali malam itu dan dilanjutkan malam-malam berikutnya selama beberapa hari naik tambang kapal motor menuju ke pedalaman itu.

Kedepannya keduanya menikah dan Karlina mualaf mengikuti agama Syafei, seperti yang dilakukan oleh Mamanya Syafei dulu.

***

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)