Flash
Disukai
2
Dilihat
14,842
Kisah Kesah
Drama

Rintik berubah menjadi lebat, membuat kami berdua terpaksa menepi, berlari kecil ke pelataran sebuah toko yang sudah tutup. Tak lama kemudian beberapa pengendara motor lain ikut berteduh dari tepisan air hujan yang sebelumnya lembut menyapa.

“Maaf, aku lupa bawa jas hujan,” ujarku tanpa melihat pemilik wajah indah itu.

"Tak apa,” jawabmu seraya menoleh. Sudah dipastikan kamu sedang tersenyum sekarang. Seperti biasanya.

Senja yang diguyur hujan seolah menyambut pertemuan kita setelah sepuluh tahun membentang jarak. Rupa dan lakumu tidak berubah, indah tanpa cela. Rasaku pun sama, ruang di hati ini masih penuh oleh namamu. Jantungku masih merasakan debar seperti dulu. Tangan ini tak henti gemetar bila berada di dekatmu. Netraku pun tak sanggup untuk menatap lekat pada dua bola mata cokelat itu.

Bersisian denganmu untuk pertama kalinya semenjak aku mengutarakan cinta saat kita menjejak masa putih biru, membuat kedua sudut bibir ini terangkat sempurna. Namun, perlahan ingatan itu menciptakan riak yang dibendung dengan paksa. Menarik napas perlahan, aku mencoba menetralkan gejolak yang semakin membuncah.  

“Roni, boleh minta tolong lagi?” Suara lembutmu membuyarkan lamunan.

“Ya? Boleh.” Sengaja aku menunduk sambil menggosok kedua tangan. Mengalihkan perhatian. Menghindari tatapan yang kuinginkan.

“Undangan buat Pak Wahyu, aku titip kamu aja, ya. Soalnya malam ini harus balik ke Bandung lagi. Maaf udah repotin kamu terus hari ini.”

“Oh, nggak masalah. Nanti besok aku ke rumah Pak Wahyu.” 

Aku tersenyum kecil, memaksa untuk melihat wajahmu walau sekilas. Susah payah menelan ludah. Menelan semua pahit yang tercipta nyata. Tuhan, bolehkah diri ini meminta agar waktu berhenti? Karena aku ingin lebih lama bersamanya untuk terakhir kali.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)