Masukan nama pengguna
Di sebuah kota kecil yang damai, hiduplah seorang wanita bernama Laras. Laras adalah seorang penulis yang suka menghabiskan waktunya di sebuah kafe yang menghadap ke taman kota. Setiap sore, dia duduk di pojok kafe dengan secangkir kopi dan buku catatannya, menulis cerita-cerita yang terinspirasi oleh kehidupan di sekitarnya. Namun, di balik kata-kata indah yang dia tulis, Laras menyimpan kerinduan mendalam terhadap seseorang yang sangat dicintainya, yaitu Andi.
Andi adalah kekasih Laras yang tinggal di kota yang berbeda karena pekerjaannya sebagai arsitek. Mereka bertemu saat sama-sama berlibur di sebuah pulau tropis beberapa tahun lalu. Pertemuan mereka yang singkat namun penuh makna membuat mereka memutuskan untuk menjalin hubungan jarak jauh. Meskipun jarak memisahkan, cinta mereka tetap kuat, dibangun dari komunikasi intens melalui telepon dan video call, serta kunjungan berkala yang selalu dinanti-nantikan.
Namun, beberapa bulan terakhir, pekerjaan Andi semakin menyita waktunya. Proyek besar yang sedang dia tangani membuatnya jarang punya waktu untuk berbicara lama dengan Laras. Hal ini membuat Laras merasa kesepian dan merindukan kebersamaan mereka. Meskipun begitu, Laras selalu berusaha memahami keadaan Andi dan tidak ingin mengganggu konsentrasinya.
Suatu sore, saat senja mulai merona di langit, Laras memutuskan untuk menulis surat untuk Andi. Dia merasa bahwa surat yang ditulis tangan bisa menyampaikan perasaannya lebih baik daripada pesan singkat atau panggilan telepon. Dengan pena di tangannya, Laras mulai menulis.
Kepada Andi yang kucintai,
Aku berharap surat ini menemukanmu dalam keadaan baik. Sudah beberapa bulan sejak terakhir kita bertemu, dan aku merindukanmu lebih dari yang bisa kugambarkan dengan kata-kata. Meskipun kita sering berbicara melalui telepon, rasanya berbeda ketika tidak bisa melihat senyummu secara langsung atau merasakan hangatnya genggaman tanganmu.
Setiap kali senja datang, aku selalu duduk di pojok kafe ini, mengingat kenangan-kenangan indah kita. Ingatkah kamu ketika kita berjalan di tepi pantai saat matahari terbenam? Kita tertawa, berbicara tentang masa depan, dan merasa seolah dunia hanya milik kita berdua. Kenangan itu begitu jelas di pikiranku, seperti baru kemarin terjadi.
Aku tahu pekerjaanmu sangat penting, dan aku bangga dengan dedikasimu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa di sini, ada seseorang yang selalu menunggumu. Seseorang yang selalu mendukungmu meskipun jarak memisahkan. Aku menulis surat ini bukan untuk membuatmu merasa bersalah atau terbebani, tetapi untuk mengingatkan bahwa cintaku padamu tidak pernah pudar.
Aku percaya kita akan melalui semua ini. Aku percaya bahwa suatu hari nanti, kita akan bisa bersama tanpa harus terpisahkan oleh jarak. Sampai saat itu tiba, aku akan tetap menunggumu dengan setia.
Dengan cinta yang tak terhingga,
Laras
Setelah menulis surat itu, Laras merasa sedikit lega. Dia memasukkan surat tersebut ke dalam amplop dan menulis alamat Andi. Keesokan harinya, dia mengirimkan surat itu melalui kantor pos.
Hari-hari berlalu, dan Laras kembali ke rutinitasnya. Dia menulis cerita, berbicara dengan teman-temannya, dan menikmati senja di kafe favoritnya. Namun, kerinduan terhadap Andi selalu hadir di hatinya. Setiap kali telepon berdering, dia berharap itu adalah Andi yang menelepon.
Suatu malam, telepon Laras berdering. Di layar, tertera nama Andi. Dengan cepat, dia mengangkat teleponnya.
"Halo, sayang," suara Andi terdengar hangat di seberang sana.
"Halo, Andi. Bagaimana kabarmu?" Laras berusaha menyembunyikan kegembiraannya.
"Aku baik, Laras. Aku mendapat suratmu. Terima kasih sudah menulis untukku. Itu sangat berarti bagiku," jawab Andi dengan tulus.
Laras merasa lega mendengar bahwa suratnya sudah sampai. "Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku merindukanmu dan selalu mendukungmu."
"Aku tahu, sayang. Aku juga merindukanmu. Pekerjaan ini memang menyita banyak waktuku, tapi aku akan segera menyelesaikannya. Aku punya kabar baik. Minggu depan, aku akan punya beberapa hari libur, dan aku ingin menghabiskannya bersamamu."
Mata Laras berbinar. "Benarkah? Aku sangat menantikannya, Andi."
"Ya, aku akan segera mengatur semuanya. Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu dan menghabiskan waktu bersamamu," kata Andi dengan antusias.
Malam itu, Laras tidur dengan senyum di wajahnya. Harapan untuk bertemu dengan Andi memberikan kebahagiaan tersendiri yang menghangatkan hatinya.
Minggu yang dinanti pun tiba. Laras dengan hati-hati mempersiapkan segala sesuatu untuk kedatangan Andi. Dia merapikan apartemennya, memasak hidangan favorit Andi, dan bahkan memilih gaun terbaiknya. Setiap detik menunggu terasa begitu lama, tetapi dia tahu bahwa semua itu akan terbayar begitu melihat senyum Andi.
Saat sore menjelang, pintu apartemennya berbunyi. Jantung Laras berdebar kencang saat dia membuka pintu dan melihat Andi berdiri di depannya, dengan senyum yang begitu dirindukan. Tanpa berkata apa-apa, mereka saling berpelukan erat, seakan tidak ingin melepaskan satu sama lain.
"Aku merindukanmu, Laras," bisik Andi.
"Aku juga, Andi. Selamat datang kembali," jawab Laras dengan suara bergetar.
Hari-hari yang mereka habiskan bersama terasa seperti mimpi. Mereka berjalan-jalan di taman, menikmati matahari terbenam, dan berbicara tentang segala hal yang terjadi selama mereka terpisah. Kebersamaan itu mengisi kembali hati mereka yang sebelumnya kosong oleh kerinduan.
Malam terakhir sebelum Andi harus kembali ke kotanya, mereka duduk di balkon apartemen Laras, memandangi bintang-bintang. Tangan mereka saling menggenggam erat, merasakan kehangatan satu sama lain.
"Andi, aku tahu kita masih harus menjalani hubungan jarak jauh untuk sementara waktu. Tapi aku percaya kita bisa melalui semua ini," kata Laras dengan penuh keyakinan.
"Aku juga percaya, Laras. Kamu adalah alasan aku terus berjuang dan bekerja keras. Suatu hari nanti, kita akan bisa bersama tanpa harus dipisahkan oleh jarak," jawab Andi.
Dengan perasaan yang tenang dan bahagia, mereka menikmati malam itu, membiarkan bintang-bintang menjadi saksi cinta mereka yang tak terbatas.
Waktu Andi untuk pergi pun tiba. Dengan berat hati, Laras mengantar Andi ke stasiun. Mereka berpelukan erat untuk terakhir kalinya sebelum Andi naik ke kereta.
"Aku akan segera kembali, Laras. Tetaplah kuat, dan selalu ingat bahwa aku mencintaimu," kata Andi sebelum melangkah masuk.
"Aku juga mencintaimu, Andi. Sampai jumpa," jawab Laras sambil melambaikan tangan.
Kereta mulai bergerak, membawa Andi menjauh. Laras berdiri di sana, memandang hingga kereta menghilang di kejauhan. Meskipun berat, dia tahu bahwa cinta mereka akan selalu kuat, mengatasi segala rintangan.
Dengan hati yang penuh dengan cinta dan harapan, Laras kembali ke kehidupannya, menunggu hari di mana mereka bisa bersama lagi tanpa harus dipisahkan oleh jarak. Hingga saat itu tiba, dia akan selalu menyimpan kenangan indah bersama Andi dalam hatinya, sebagai sumber kekuatan untuk menghadapi setiap hari.
Setiap senja, Laras tetap menulis di kafe favoritnya, namun kini dengan rasa percaya diri yang lebih kuat. Di setiap kata yang dia tulis, ada bayangan Andi yang memberinya inspirasi. Cinta mereka bukan hanya mengatasi jarak, tetapi juga memberikan Laras kekuatan untuk terus berkarya dan bermimpi.