Cerpen
Disukai
4
Dilihat
3,899
Kembali nya cinta itu
Romantis

---Kembalinya cinta itu ---

Di sebuah kafe kecil di pinggir kota, aku bertemu dengan wanita yang pernah aku cintai sepuluh tahun lalu.

Nama dia adalah Aria, gadis cantik dengan senyum yang bisa membuat aku terjebak dalam cintanya. Kami bertemu di sekolah menengah atas dan langsung jatuh cinta.

Aku masih ingat hari terakhir kami bersama, saat aku harus pindah ke kota lain karena pekerjaan ayahku. Aku berjanji akan kembali padanya, tapi nasib lain telah menentukan.

Sekarang, Aria duduk di depanku, dengan mata yang masih sama indahnya. "Apa kabar?" tanyanya dengan suara lembut.

"Aku baik-baik saja," jawabku, mencoba menyembunyikan gugupku. "Tapi aku tidak pernah melupakanmu, Aria."

Aria tersenyum dan mengambil tanganku. "Aku juga tidak pernah melupakanmu," katanya.

Kami duduk di sana selama berjam-jam, mengobrol tentang masa lalu dan masa depan. Aku tahu saat itu, cintaku padanya tidak pernah hilang.

Kami menghabiskan malam itu dengan berjalan di pantai, menikmati bulan purnama dan suara ombak. Aria menceritakan tentang hidupnya selama ini, tentang pekerjaannya sebagai guru dan keluarganya yang bahagia.

Aku mendengarkannya dengan saksama, merasa bahagia karena dia bahagia. Tapi aku juga merasa sedikit sedih, karena aku tidak ada di sampingnya selama ini.

"Aria," aku berkata, menghentikan langkahnya. "Aku masih mencintaimu."

Aria menatapku, mataanya bersinar dengan cinta. "Aku juga masih mencintaimu," jawabnya.

Kami bertukar ciuman di bawah bulan purnama, seperti kita tidak pernah terpisah.

Keesokan harinya, Aria mengajakku ke rumahnya. Di sana, aku bertemu dengan keluarganya...

Tapi ada satu kejutan yang tidak ku sangka !!

Di rumah Aria, aku bertemu dengan ibunya yang sangat ramah dan adiknya yang masih kuliah. Tapi yang membuat aku terkejut adalah seorang anak kecil yang mirip denganku, bermain di ruang tamu.

"Aria, siapa anak itu?" tanyaku dengan penasaran.

Aria menatapku dengan ekspresi yang kompleks, seperti ingin menjelaskan sesuatu yang sulit.

"Itu adalah anak kita," jawabnya lembut. "Anak yang kita miliki sebelum kita terpisah sepuluh tahun lalu."

Aku terkejut, seperti dilanda petir. Aku tidak pernah tahu bahwa Aria hamil saat kita terpisah!

"Apa yang terjadi?" tanyaku, mencoba memahami kejadian yang tidak pernah aku bayangkan.

Aria menceritakan bahwa dia memutuskan untuk membesarkan anak kita sendirian, karena aku tidak ada dan dia tidak ingin aku merasa terikat...

Aria menceritakan bahwa dia membesarkan anak kita, seorang anak laki-laki yang bernama Arin, dengan cinta dan kasih sayang. Dia tidak pernah menikah lagi, karena cintanya hanya untukku saja.

Aku mendengarkan ceritanya dengan perasaan campur aduk - bahagia karena memiliki anak, tapi sedih karena melewatkan masa kecilnya.

"Aku ingin mengenal Arin lebih dekat," aku berkata, menatap anak kita yang masih bermain di ruang tamu.

Aria tersenyum dan memanggil Arin. "Nak, ini ayahmu," katanya.

Arin mendekatiku dengan penasaran, mataanya mirip dengan mataku. "Ayah?" tanyanya dengan suara polos.

Aku tersenyum dan membuka pelukan. "Ya, nak. Aku ayahmu."

Arin memelukku erat, dan aku merasa seperti telah menemukan bagian dari diriku yang hilang.

Tapi tiba-tiba, Aria berkata sesuatu yang membuat aku terkejut lagi...

"Ada satu hal lagi yang ingin aku katakan padamu..." Aria berkata dengan suara lembut, tapi mataanya terlihat sedikit gugup.

"Apa itu?" tanyaku, merasa penasaran dan sedikit khawatir.

"Aku... aku masih belum pernah memberitahu Arin tentang apa yang terjadi antara kita," jawabnya. "Aku ingin kamu yang menceritakannya padanya."

Aku terkejut. Aku tidak pernah membayangkan bahwa aku harus menceritakan kisah cinta kita yang kompleks kepada anak kita.

"Tapi bagaimana aku harus menceritakannya?" tanyaku, merasa tidak siap.

Aria mengambil tanganku. "Ceritakan padanya dengan hati, seperti kamu menceritakannya padaku saat kita masih bersama."

Aku mengambil napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk menceritakan kisah kita kepada Arin...

Tiba-tiba, Arin bertanya sesuatu yang membuat aku tersenyum...

"Ayah, apa kamu dan Ibu pernah cinta?" Arin bertanya dengan mata yang penuh rasa ingin tahu.

Aku menatap Aria, lalu kembali menatap Arin. "Ya, nak. Kami pernah sangat cinta," jawabku dengan suara lembut.

Arin tersenyum. "Aku senang! Aku ingin Ayah dan Ibu bahagia bersama."

Aku merasa hati aku meleleh mendengar kata-kata Arin. Aku memandang Aria, dan aku tahu dia juga merasa sama.

"Aku ingin menceritakan padamu tentang kisah cinta kami, nak," aku berkata, memulai cerita tentang bagaimana kami bertemu, jatuh cinta, dan terpisah.

Arin mendengarkan dengan saksama, mataanya bersinar dengan kegembiraan. Ketika aku selesai menceritakan, dia memelukku dan Aria erat.

"Ayah, Ibu, aku ingin kamu berdua menikah lagi!"

Aku dan Aria saling menatap, dan aku tahu jawaban kami sudah jelas. Kami tersenyum bersamaan, dan aku mengambil tangan Aria.

"Ya, nak. Ayah dan Ibu akan menikah lagi," aku berkata, merasa bahagia yang tidak terhingga.

Arin berteriak gembira dan memeluk kami erat. "Aku sangat senang! Aku akan menjadi pengantin kecil!"

Aria dan aku tertawa bersama, merasa seperti kami telah menemukan kembali cinta kami yang hilang.

Beberapa bulan kemudian, kami melangsungkan pernikahan yang sederhana tapi penuh cinta.


Beberapa tahun setelah pernikahan kami, Arin sudah dewasa dan memiliki adik bungsu yang bernama Ayla.

Kami hidup bahagia sebagai keluarga yang utuh, penuh cinta dan kasih sayang.

Suatu hari, Arin bertanya padaku tentang kisah cinta antara aku dan ibunya.

Aku menceritakannya lagi dengan senang hati, dan Arin mendengarkannya dengan mata yang bersinar.

Setelah aku selesai menceritakan, Arin berkata, "Ayah, aku ingin memiliki cinta seperti Ayah dan Ibu."

Aku dan Aria saling menatap, dan kami tersenyum bahagia.

Kami tahu bahwa cinta kami telah menjadi contoh yang indah bagi anak-anak kami.

**

Semua tampak sempurna dalam keluarga kami, tapi suatu hari, Arin pulang dari kuliah dengan ekspresi murung.

"Apa yang terjadi, nak?" tanya Aria dengan khawatir.

"Aku bertemu dengan seseorang yang mengenal Ayah sebelum kita bertemu lagi," jawab Arin pelan.

Aku merasa hati aku berhenti sejenak. "Siapa itu?" tanyaku dengan penasaran.

"Namanya Rina. Dia bilang bahwa Ayah pernah berjanji padanya sebelum Ayah bertemu lagi dengan Ibu," kata Arin, mataanya penuh dengan keraguan.

Aku merasa seperti tertembak. Rina adalah seseorang dari masa laluku yang aku pikir sudah tertutup rapat...

Aria menatapku dengan mata yang penuh pertanyaan. "Benarkah ini?"

**

Aku merasa terjebak dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Benarkah ini?" Aria ulangi pertanyaannya, suaranya lebih keras dan penuh kecurigaan.

Aku mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab.

"Rina adalah teman lama, tapi... ya, kita pernah memiliki hubungan sebelum aku bertemu lagi denganmu," aku akui dengan hati berat.

Aria wajahnya berubah pucat, mataanya terisi air mata.

"Kamu tidak pernah ceritakan ini padaku," katanya dengan suara yang bergetar.

Arin dan adiknya, Ayla, menatap kami dengan khawatir, mereka tidak mengerti apa yang terjadi.

Aku mencoba menjelaskan, "Aku pikir itu sudah masa lalu, aku tidak ingin menyakiti kamu..."

Tapi Aria sudah berdiri dan berjalan menuju kamar mereka, menutup pintu dengan keras.

"Keluar dari sini!" katanya dari balik pintu.

Aku merasa dunia aku runtuh.

**Malam yang Mengerikan**

Aku duduk di sofa, merasa lemas dan putus asa. Arin dan Ayla menatapku dengan mata yang penuh kekhawatiran.

"Ayah, apa yang terjadi?" tanya Arin pelan.

Aku mengambil napas dalam-dalam, mencoba menjelaskan. "Ayah melakukan kesalahan di masa lalu, dan sekarang Ibu sangat marah."

Ayla mulai menangis, "Aku tidak ingin Ayah dan Ibu bertengkar!"

Aku memeluk mereka erat, merasa bersalah. "Ayah akan memperbaiki semuanya, janji."

Tapi malam itu, aku tidak bisa tidur, menunggu Aria membuka pintu kamar mereka.

Pagi harinya, aku mencoba berbicara dengan Aria lagi, tapi dia masih diam dan marah.

"Aku perlu waktu untuk memikirkan semuanya," katanya singkat.

Aku merasa hati aku hancur. Apakah aku sudah kehilangan cinta kami untuk selamanya?

Tiba-tiba, Arin berkata sesuatu yang membuat aku terkejut...

"Ayah, aku ingin bertemu dengan Tante Rina, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."

*

Aku merasa terkejut dengan permintaan Arin.

"Apa kamu yakin ingin bertemu dengan Tante Rina, nak?" tanyaku dengan khawatir.

Arin mengangguk. "Ya, Ayah. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Ayah dan Tante Rina."

Aku tidak bisa menolak permintaan Arin, jadi aku menghubungi Rina dan mengatur pertemuan.

Kami bertemu di sebuah kafe, Rina terlihat sama seperti dulu - cantik dan ramah.

Arin menatapnya dengan penasaran, "Tante Rina, apa yang sebenarnya terjadi antara Ayah dan kamu?" Tanya arin"

Rina tersenyum lembut. "Kami memang pernah memiliki hubungan, tapi aku sudah menikah dan memiliki anak sekarang. Aku hanya ingin Ayahmu bahagia dengan ibumu."

Aku merasa lega mendengar penjelasan Rina, tapi Arin masih terlihat bingung.

"Tapi, tante Rina, kamu bilang Ayah pernah berjanji padamu..." Arin berkata.

Rina menggelengkan kepala. "Aku tidak pernah bilang itu, nak. Aku pikir ada orang lain yang ingin merusak hubungan Ayah dan ibumu..."

Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Siapa yang bisa melakukan ini?

**

Aku merasa penasaran dengan perkataan Rina.

"Siapa yang bisa melakukan ini?" tanyaku dengan nada serius.

Rina mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab.

"Aku pikir aku tahu siapa yang mungkin melakukan ini... Adik Iparmu, Maya."

Aku merasa terkejut. Maya adalah adik kandung Aria, dan aku tidak pernah curiga padanya.

Arin juga terlihat terkejut. "Tante Maya? Mengapa dia melakukan ini?"

Rina menjelaskan, "Aku pernah melihat Tante Maya bersikap aneh ketika Ayahmu dan ibumu bertemu lagi. Aku pikir dia mungkin merasa ibumu tidak bahagia karena Ayahmu memiliki masa lalu dengan aku."

Aku merasa marah dan kecewa. Aku harus konfrontasi Maya dan menjelaskan semuanya kepada Aria.

Kami pulang ke rumah dan aku langsung mencari Maya. Dia terlihat gugup ketika aku mendekatinya.

"Aku tahu apa yang kamu lakukan," aku katakan dengan nada serius.

Maya terlihat panik dan akhirnya mengakui.

"Aku hanya ingin melindungi kakakku..."

Tapi aku tidak peduli dengan alibinya. Aku ingin Aria tahu kebenaran.

**Kebenaran yang Terungkap**

Aku membawa Maya ke ruang tamu, di mana Aria sedang duduk dengan ekspresi sedih.

"Aria, aku ingin kamu tahu kebenaran," aku katakan dengan serius.

Aria menatapku dengan penasaran, lalu beralih ke Maya yang terlihat gugup.

" Maya melakukan semua ini," aku jelaskan. "Dia yang meminta Rina untuk berbohong tentang masa lalu ku karena dia pikir kamu tidak bahagia dengan aku."

Aria terlihat terkejut, lalu marah.

"Maya, mengapa kamu melakukan ini?" Aria bertanya dengan suara keras.

Maya menangis dan mengakui kesalahannya.

"Aku hanya ingin melindungi kamu, kakakku. Aku pikir dia tidak layak untukmu."

Aria mendekati Maya dan memeluknya.

"Maya, aku bahagia dengan suamiku. Kamu tidak perlu melindungiku."

Aku merasa lega melihat Aria memaafkan Maya. Lalu, Aria berpaling ke arahku.

"Dan aku juga memaafkan kamu," katanya dengan senyum.

Aku merasa hati aku meleleh dengan bahagia.

Kami akhirnya bisa kembali bersama, dengan cinta yang lebih kuat dari sebelumnya.


Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)