Cerpen
Disukai
0
Dilihat
5,478
JAWAB NURANI
Aksi

AKP Randy dan AKP Eddie ditugaskan ke Singapura oleh Kababintelkam Polri untuk mengusut bisnis perjudian dan narkotika terbesar di Asia Tenggara, yang ternyata itu hanyalah siasat dari Kababintelkam yang mempunyai 50% saham di bisnis tersebut untuk membunuh 2 ajudan tersebut lewat kaki tangan koleganya. Singkat cerita, pembunuhan tersebut terjadi di kediaman Ferdinand Kurniawan lewat perantara Tony, mereka dibunuh oleh senjata AK-47 yang diberikan oleh Billy kepada Ferdinand dan untuk menyiasati kasus pembunuhan tersebut mereka meminta bantuan terhadap rekan Tony yaitu pengusaha media pertelevisian, Fredrick Pasaribu untuk memberitakan bahwa “2 polisi Indonesia ditemukan tewas bersimbah darah karena cekcok masalah pribadi”. Ferdinand juga menelpon rekan Tony yaitu pengacara ternama Haraldy Wattimena untuk menutupi kasus ini dan menyogok Haraldy dengan cek US$50 Juta.

Di lain tempat, AKP Genta dan AKP Roy berhasil menggrebek markas narkotika dan perjudian lewat kemampuan intelijennya yang diatas rata-rata. Namun, Kababintelkam yaitu Komjen Billy malah menutup kasus tersebut, hal ini membuat Genta dan Roy memprotes keputusan Komjen Billy dan menilainya tidak professional sebagai Kababintelkam. Pernyataan tersebut membuat Komjen Billy geram dan menskors AKP Genta dan AKP Roy selama 1 bulan. Genta dan Roy tidak menyerah dan waktu skorsing 1 bulan tersebut dipergunakan oleh mereka berdua untuk menginvestigasi lebih lanjut kasus ini karena mereka yakin bahwa masih ada dalang terbesar dibalik kasus ini dan mereka terkejut mendengar bahwa 2 rekannya yaitu AKP Eddie dan AKP Randy tewas di Singapura. Genta dan Roy tidak percaya begitu saja bahwa mereka berdua saling tembak-menembak karena masalah pribadi, Genta sangat yakin bahwa mereka berdua dibunuh dan banyak yang terlibat dalam kasus ini.

Genta dan Roy menghadiri pemakaman AKP Randy dan AKP Roy dan disana mereka menemukan banyak kejanggalan mulai dari tidak ada kehadiran rekan sesama polisi hingga Genta mencurigai ada orang yang mengintip pemakaman tersebut. Benar saja kecurigaan Genta, Tony sang pembunuh Randy dan Roy berada di sana untuk memata-matai pemakaman 2 intel tersebut. Pengejaran Genta dan Roy terhadap Tony pun sia-sia karena Tony berhasil mengelabui 2 intel tersebut dan Tony pun melaporkan terhadap Ferdinand dan Komjen Billy bahwa ada 2 intel yang mulai mencurigai gerak-geriknya, Komjen Billy pun mencurigai Genta dan Roy dan memulai perencanaan pembunuhan terhadap mereka berdua.

Genta dan Roy mulai mempelajari kasus narkotika dan perjudian ini, mereka menyusun bagan kronologis maraknya kasus ini dan Roy pun pernah membaca sebuah artikel di Internet bahwa ada 1 perwira polisi, pengacara, dan bos televisi yang terlibat dalam kasus ini dan Genta juga teringat dengan pengakuan seorang terdakwa yaitu Sonny Kalimera beberapa bulan yang lalu bahwa ada tiga elemen tersebut yang terlibat dalam kasus ini. Genta dan Roy pun melakukan penyamaran menjadi orang tua terdakwa dan langsung ke lapas Cipinang.

Sesampainya di Lapas Cipinang dan menemui terdakwa tersebut, Genta langsung to the point terhadap interogasi ini dan Sonny pun kaget melihat bahwa bukan orang tuanya yang menemuinya melainkan 2 polisi yang menangkapnya.

“Pak Genta dan Pak Roy. Pak, saya sudah berjanji saya tidak terlibat dalam bisnis ini lagi, ampuni saya Pak” Ujar Sonny sambil menangis.

“Sonny, saya ingin menceritakan kepadamu bahwa 2 rekan kami meninggal karena katanya di beberapa pemberitaan karena aksi tembak-menembak, tapi saya kurang mempercayai pemberitaan tersebut karena kami sangat mengetahui kepribadian 2 teman kami dan mereka meninggal di saat penugasan intel bandar judi dan narkoba ini. Saya pernah mem-BAP kamu bahwa ada 3 orang penting yang terlibat dalam kasus ini, bisakah kamu jujur terhadap saya? Jika kamu jujur kamu akan mendapatkan hak sebagai “Justice Collaborator” dan ya bisa saja kamu mendapatkan remisi nantinya. Tolong, kami butuh kejujuranmu” Tanya Genta.

“Tolong kamu jujur terhadap kami” Ucap Roy.

“Oke saya akan mengatakan sejujurnya. Jadi, saya memang melakukan transaksi judi dan narkoba tapi saya melalui perantaranya yaitu seorang pengacara ternama dan pengacara ternama itu menyebutkan bahwa saya akan selalu dilindungi oleh 2 koleganya yaitu seorang bos televisi dan seorang perwira polisi” Jawab Sonny.

“Siapa pengacara yang kamu maksud?” Tanya Genta.

“Pak Har...” Jawab Sonny namun waktu bel berbunyi.

Waktu besuk yang habis membuat Genta dan Roy harus menghentikan interogasi tersebut tapi mereka berdua sudah mempunyai titik terang meskipun belum terlalu jelas siapa pengacara yang dimaksud. Roy pun menerka-nerka siapa pengacara ternama yang mempunyai nama depan Har, karena Roy juga mencari di Google pengacara ternama bernama depan Har banyak sekali dan tidak ada yang mengaitkan dengan perwira polisi dan bos televisi hingga akhirnya Roy menghubungi salah satu penulis artikel di situs portal berita ternama, dia adalah Aryani Bivara. Roy mendapatkan nomor telepon Aryani dari temannya yang bekerja di portal berita tersebut, Roy pun langsung menelpon Aryani dan memintanya untuk bertemu dengannya di sebuah kedai kopi.

Sesampainya di kedai kopi tersebut, Roy, Genta, dan Aryani pun berkenalan dan seperti biasa Genta dan Roy langsung ke topik pembahasan.

“Aryani, kamu pernah menulis artikel mengenai kerajaan bisnis perjudian dan narkotika di Asia Tenggara dan semua pembesarnya adalah orang-orang penting di Indonesia, siapa yang kamu maksud dan darimana kamu mendapatkan data tersebut?” Tanya Roy.

“Saya tidak akan membocorkan data tersebut ke orang yang baru saya kenal lewat telepon” Jawab Aryani.

“Kami adalah intel yang sedang diskorsing karena membuka kasus perjudian dan narkotika ini, dan kami butuh keterangan dari kamu karena kamu menulis para “pembesar” tersebut di situs portal berita” Tegas Genta.

“Saya sudah mendunga kalo anda-anda ini polisi, saya tidak akan membuka data tersebut dan terimakasih sudah membuang-buang waktu saya untuk membongkar rahasia ini, karena saya tidak akan pernah membocorkan rahasia ini ke sembarang orang” Jawab Aryani.

“Kalau kamu tidak mau membocorkan ke kami mengenai “Pembesar” tersebut maka sama saja kamu membiarkan jutaan masyarakat Indonesia masuk ke lembah hitam dan percayalah bahwa kami berdua sangat independen dalam menangani kasus ini karena kejadian bahwa 2 rekan kami meninggal karena katanya di beberapa pemberitaan karena aksi tembak-menembak, tapi kami kurang mempercayai pemberitaan tersebut karena kami sangat mengetahui kepribadian 2 teman kami dan mereka meninggal di saat penugasan intel bandar judi dan narkoba ini.” Ucap Roy.

“Kami sudah pernah menginterogasi terdakwa bernama Sonny dan keterangannya sama persis dengan apa yang anda tulis di situs portal berita tersebut, tolong kami minta sisi kooperatif anda dalam kasus ini” Lanjut Genta.

“Baiklah. Saya percaya dengan kalian tapi jika suatu hari nanti informasi ini bocor ke khalayak ramai dan saya ikut terseret dalam kasus ini maka saya tak segan-segan menyeret kalian berdua ke dalam perkara ini” Tegas Aryani.

Aryani pun akhirnya menjelaskan darimana ia mendapatkan data-data tersebut secara detil dan ia membocorkan siapa saja yang terlibat. Genta dan Roy kaget ketika tahu bahwa 3 orang yang dimaksud adalah Pengacara Haraldy Wattimena, Bos TV Fredrick Pasaribu, dan atasan mereka sendiri Komjen Billy Mulyadi dan mereka bertiga bekerjasama dengan Bos Judi dan Narkoba yaitu Ferdinand Kurniawan dan dugaan Genta dan Roy benar adanya bahwa 2 rekan mereka dibunuh oleh jaringan tersebut melalui kaki tangan Ferdinand, Tony Ibrahim.

Waktu skors mereka telah selesai, Genta dan Roy pun kembali ke kantor namun mereka melanjutkan investigasi tersebut dengan berkunjung ke kantor pengacara Haraldy Wattimena. Mereka mengklaim bahwa mereka sudah ada janji dengan Haraldy, sekretarisnya pun memercayainya karena Pak Haraldy juga mengatakan bahwa ia sudah punya janji dengan kepolisian untuk datang ke kantornya.

“Pak Haraldy, ada tamu dari kepolisian yang ingin bertemu bapak dan katanya sudah punya janji dengan bapak”. Ucap Sekretaris

“Oh iya suruh masuk”. Ucap Haraldy.

Namun, Haraldy kaget bahwa kepolisian yang dimaksud adalah Irjen Billy bukanlah Genta dan Roy.

“Terkejut Pak?, sama saya juga sangat terkejut bahwa bapak terlibat dengan semua ini” Sindir Genta.

“Siapa Kalian?” Tanya Haraldy.

“Anda tidak perlu tahu kami siapa, kami tahu bahwa anda terlibat dengan kasus narkotika dan perjudian ini” Jawab Roy.

“Lancang kalian, saya akan adukan kalian ke...” Ucap Haraldy yang langsung dipatahkan Genta.

“Adukan kami ke Pak Komjen? Silahkan Pak, tapi kami sudah mengantongi nama-nama yang terlibat dan kami sangat yakin bahwa kasus 2 rekan kami itu bukanlah kasus tembak-menembak melainkan dibunuh kan dan anda terlibat juga dalam kasus pembunuhan berencana ini.” Ujar Genta.

Haraldy pun meloloskan diri dan langsung ke Lobby karena sudah ada jemputan dari Tony untuk bertemu dengan Ferdinand karena Ferdinand di Jakarta. Sementara itu, Genta dan Roy mengejar Haraldy dan Tony namun sayangnya lagi-lagi Komjen Billy sudah merencakan semuanya dimana ia bersekongkol dengan Polantas untuk mengatur lampu merah berdurasi 120 detik.

“Sial, kita ketinggalan jejak” Gumam Roy.

“GPSnya dimatiin lagi, sialan” Lanjut Genta.

“Tapi, gue tadi mendengar percakapan dari sekretarisnya Haraldy bahwa ia akan ke stasiun Jakartakota, kita kesana aja patroli” Ucap Roy.

“Oke Roy, kita awasin gerak-gerik mereka di sana” Lanjut Genta.

Sesampainya di Stasiun Jakartakota, mereka menemukan mobil yang tadi menjemput Haraldy tapi dikemudikan oleh beda orang, orang itu adalah Ferdinand Kurniawan.

“Plat mobilnya sama, tipenya sama, tapi... dia, dia, dia Ferdinand” Ucap Genta.

“Sial, ayo kita kejar dia. Jangan sampai ketinggalan jejaknya” Lanjut Roy.

Genta dan Roy pun mencoba untuk mencari destinasi dari Ferdinand Kurniawan namun tidak ditemui datanya, sebelumnya Ferdinand sudah mengubah identitasnya menjadi Charlie Victor dan merencanakan keberangkatan ke Surabaya. Roy dan Genta terus mencari keberadaan Ferdinand hingga ke sudut stasiun tapi tiba-tiba ketika Roy dan Genta menghadap ke kereta jurusan Stasiun Gubeng, mereka melihat Ferdinand melambaikan tangan dan menunjukkan selembaran kertas “Have a Nice Dream, Kids. From Charlie Victor”. Tiba-tiba mereka melihat daftar manifes penumpang kereta untuk jurusan Jakarta-Surabaya dan ada nama Charlie Victor.

“Sial, kita dijebak” Ucap Genta.

Genta dan Roy pun langsung berlari di parkiran dan mendapati mobil yang tadi dikemudikan oleh Ferdinand dan sudah berganti kemudi ke Tony meninggalkan parkiran, mereka langsung tancap gas mengejar mobil tersebut. Aksi kebut-kebutan pun terjadi bahkan layaknya seperti film action, Genta dan Roy menembak mobil Tony hingga akhirnya peluru dari pistol Roy mengenai kepala Tony dan mobilnya pun terjun ke jurang, namun itu belum menyelesaikan masalah karena Genta dan Roy masih mengejar 4 buronan utama mereka.

Genta punya pemikiran bahwa mereka ingin mengadakan konferensi pers mengenai “Press Release” dan kerjasamanya dengan interpol tentang 4 buronan tersebut tapi Roy menganggap langkah tersebut telalu gegabah karena semua unsur sudah dikuasai oleh para pembesar tersebut. Hingga akhirnya Aryani mengirimkan sebuah pesan teks ke Roy, “Butuh Bantuan?” Sontak Roy dan Genta pun meminta Aryani untuk bekerjasama dengan mereka berdua dan esoknya mereka bertiga bertemu.

Roy, Genta, dan Aryani pun menyelidiki dan menyiapkan strategi untuk mengepung dan menangkap komplotan bisnis haram ini termasuk atasannya, Genta dan Roy punya pendapat bahwa kasus ini harus diungkap seadil-adilnya tapi di hari itu juga Aryani mulai membuka identitasnya bahwa ia juga merupakan intel yang diutus oleh pusat dan mengawasi gerak-gerik Komjen Billy yang mencurigakan.

“Genta, Roy, saya ingin membuka identitas saya. Saya bukan jurnalis dari situs portal berita tersebut, saya juga intel dan saya ditugaskan dari pusat untuk mengawasi gerak-gerik mencurigakan Komjen Billy yang ternyata dia adalah salah satu dalang dari bisnis haram ini. Ini tanda identitas saya”. Ucap Aryani sambil menunjukkan identitasnya.

“Hmm, baiklah. Intinya anda mau bekerjasama dengan kita berdua untuk mengusut kasus ini?” Tanya Genta.

“Siap membantu kalian. Baik, yang pertama kita harus segera pergi ke Surabaya dan kalian tenang saja, saya sudah menempatkan tim saya di berbagai penjuru Kota Surabaya agar kita bisa mengetahui dimana lokasi pertemuan mereka dan satu lagi fakta yang kalian harus tahu bahwa tim saya sudah memasang pelacak lokasi di salah satu mobil target sehingga itu bisa memudahkan kita untuk mengepung mereka, bagaimana?” Tanya Aryani.

“Siap 86, kita harus segera mengejar tiket perjalanan ke Surabaya dan kita harus melakukan pemalsuan identitas agar gerak-gerik kita tidak diketahui oleh kepolisian” Jawab Roy.

Sesampainya di Surabaya, mereka bertiga pun langsung memulai strateginya yaitu ke Bar di daerah Pakuwon. Roy menyamar menjadi satpam bar, Genta menyamar menjadi seorang bartender, dan Aryani menyamar menjadi pengunjung bar tersebut. Selang beberapa jam kemudian, Komjen Billy, Haraldy Wattimena, Fredrick Pasaribu, dan Ferdinand “Foxtrot” Kurniawan datang ke bar tersebut, strategi pun dimulai.

Komjen Billy pun memesan 4 Pina Colada di Bar tersebut dan Genta pun meraciknya dengan menyampurkan Mocktail tersebut dengan Obat bius dan Aryani pun mulai melancarkan strateginya dengan bergabung ke obrolan mereka.

“Hai, boleh aku gabung?” Tanya Aryani.

“Dengan senang hati, Nona. What’s your name?” Jawab Komjen Billy.

“My name is Arvara, and you?” Jawab dan tanya balik dari Aryani dalam mode penyamarannya.

“Nama saya Billy Mulyadi, you can call me Capt. Billy” Jawab Billy.

“Tumben sekali ada wanita yang mau bergabung dengan kita, kamu kesepian ya? Cerita aja sama saya” Ucap Fredrick.

“Hei Foxtrot, lu gue liat-liat, lu perhatiin dada dan pahanya terus, ada apa gerangan ini?” Tanya Haraldy.

“Kamu tinggal dimana? Biar nanti pulangnya aku antar ya” Tanya Ferdinand.

Ketika mau menjawab, Genta pun langsung mengantarkan pesanan 4 Pina Colada dan Blue Mojito untuk Aryani tersebut sambil memberikan kode ke Aryani dengan sepucuk surat kecil di gelas Blue Mojito dengan tulisan “It’s Showtime”. Namun, diluar rencana tiba-tiba Ferdinand pergi ke toilet dan 3 orang tersebut meminum Pina Colada tersebut, situasi dan kondisi di Bar pun semakin chaos ketika tim dari Aryani mengepung bar tersebut serta terjadi aksi tembak-menembak yang melibatkan petugas keamanan Bar dan para polisi tersebut, sementara itu Ferdinand dengan cerdiknya berhasil melarikan diri dan meninggalkan 3 koleganya tersebut lewat pintu belakang kitchen yang dijebol olehnya, Roy yang mengetahui bahwa Ferdinand tidak ada langsung mengecek CCTV dan ya, ia menjebol pintu belakang kitchen. Setelah tertidur dan menerima pesan dari Roy bahwa situasi dan kondisi di depan aman terkendali, mereka langsung dibawa ke tempat persembunyian yang sudah dipersiapkan oleh Genta, Roy, dan Aryani dan disekap sedangkan Roy langsung pergi mencari keberadaan Ferdinand.

Aksi kebut-kebutan pun terjadi di sepanjang jalanan Kota Surabaya, mobil Roy dan mobil Ferdinand pun saling melakukan aksi tembak-menembak yang membahayakan pengguna jalan sampai akhirnya mobil Ferdinand pun tiba-tiba tertabrak beton dan Roy menduga bahwa ia meninggal ditempat. Namun, yang ditemui Roy bukan Ferdinand di dalam mobil tersebut melainkan bartender yang sudah disogok oleh Ferdinand untuk membawa mobilnya, Roy pun menghubungi Genta dan Aryani bahwa Ferdinand buron. Mendengar kabar tersebut, Komjen Billy, Fredrick, dan Haraldy yang sudah sadar pun langsung diinterogasi secara paksa.

“Berani sekali kamu Genta, menyekap atasan kamu seenaknya. Saya akan melaporkan ini ke Kompolnas” Ucap Billy.

“Lapor saja pak, saya tidak takut. Saya hanya ingin menegakkan keadilan dan menyelamatkan institusi ini dari wajah-wajah tercoreng seperti bapak”. Jawab Genta.

“Hei, kalian ini anak baru kemaren sore, gatau apa-apa. Jadi, kalian gausah bertindak seenaknya kalian”. Ujar Fredrick.

“Anak kemaren sore? Ingat Pak Fredrick, saya punya semua barang bukti yang ada termasuk tadi kalian beraninya melakukan pelecehan terhadap perempuan di tempat keramaian”. Ucap Aryani.

“Jadi, tadi itu anda? Anda menyamar?”. Tanya Haraldy.

“Iya itu saya, dan nama saya bukanlah Arvara melainkan Aryani. Saya adalah orang yang ditugaskan oleh kepolisian pusat untuk mengikuti gerak-gerik kalian dan berkat bantuan Genta dan Roy saya bisa menemukan kalian. Jadi, kalian bersiap-siap saja bahwa penjara menanti kalian”. Jawab Aryani.

“Tolong jujur, dimana Ferdinand? Dimana Ferdinand? Atau kalau kalian masih melindungi dia, maka tak segan timah panas ini menyertai kalian tak terkecuali Pak Komjen” Tanya Genta sambil emosi.

“Kami tidak tahu” Jawab Billy, Fredrick, dan Haraldy secara berbarengan.

“Tidak usah berkilah ya kalian, jawab sejujur-jujurnya” Ucap Genta sambil menembakkan pistol ke atas.

Sejenak ada bunyi mobil yang sedang memarkir di depan tempat persembunyian tersebut. Genta pun mengecek ke depan namun apa yang terjadi? Genta ditembak 4x oleh Ferdinand dan Aryani yang tiba-tiba ke depan shock melihat Genta dan langsung menghubungi rumah sakit terdekat dan setelah ambulans datang, Aryani kembali ke dalam tempat tersebut sambil menelpon Roy. Ferdinand sebenarnya hanya berpura-pura ke Toilet, ia mengetahui bahwa ada mobil Genta dan Roy yang terparkir di parkiran Bar tersebut, sehingga ia melancarkan strategi liciknya yaitu memasang alat pendeteksi lokasi di mobilnya Genta dan Roy dan ia juga menyogok seorang bartender dengan mengendarai mobilnya dan diberikan sebuah pistol jika ada orang yang mengancamnya tanpa tahu bahwa nyawa taruhannya. Aksi tembak-menembak pun terjadi antara Ferdinand dengan beberapa polisi yang menjaga tempat tersebut, beberapa polisi pun mengalami luka tembak.

Setelah berhasil menembaki polisi-polisi yang menjaga tempat tersebut, Ferdinand pun masuk ke dalam tempat tersebut.

“Luar biasa, Luar biasa Nona. Kamu hebat dan pemberani, tapi sayang ya otak kamu dan temanmu belum secerdik saya”. Ucap Ferdinand.

“Anda tidak bisa kemana-mana lagi Mr. Foxtrot, sebentar lagi semua polisi akan mengepung tempat ini, usai sudah riwayat anda kali ini”. Balas Aryani.

“Sungguh, aku tidak mau melumuri tubuhmu dengan darah. Timah panas ini sungguh tidak enak untuk orang secantik kamu. Jadi, lepaskan kolega saya atau kau merasakan efeknya”. Tegas Ferdinand.

“Tidak akan dan sampai kapanpun tidak akan saya lepas mereka”. Ujar Aryani.

“Hmm, baiklah”. Ucap Ferdinand.

Ferdinand pun melepas pelatuk pistolnya ke arah Aryani namun Roy yang tiba-tiba muncul menyelamatkan Aryani tiba-tiba terkena timah panas tersebut di beberapa bagian tubuh yang berbeda: Punggung, Usus, Lengan, dan Dada. Ferdinand pun langsung mencoba melarikan diri namun ternyata tempat tersebut sudah dikepung dan Ferdinand tidak bisa lari kemana-mana lagi hingga akhirnya Aryani pun menembak kepalanya. Ferdinand pun tewas ditempat, tim Polda Jawa Timur menangkap 3 orang tersebut serta menghubungi pihak rumah sakit terdekat untuk membawa Roy ke rumah sakit. Keesokan harinya, Genta dan Roy dinyatakan meninggal dunia akibat pendarahan pada beberapa bagian tubuhnya dan jenazahnya akan dikirim ke Jakarta.

Seminggu setelah pemakaman Roy dan Genta, Aryani Bevara mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa sebagai AKBP Aryani Bevara sedangkan 2 rekannya yang gugur yaitu Genta dan Roy juga mendapatkan kenaikan pangkat yaitu Kompol Anumerta Roy Rasyid dan Kompol Anumerta Genta Dahlan. Di lain tempat, Komjen Billy Mulyadi resmi dipecat dari kepolisian dan dihukum dengan pidana hukuman mati bersama 2 terdakwa lainnya yaitu Bos Televisi, Fredrick Pasaribu dan Pengacara kondang, Haraldy Wattimena. Mereka bertiga diganjar dengan pasal pembunuhan berencana, perjudian, narkotika, pelecehan seksual, korupsi, dan ITE atas pemberitaan meninggalnya AKP Eddie dan AKP Randy.

SELESAI.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)