Flash
Disukai
1
Dilihat
11,746
Intuisi
Romantis

Sebut saja ia Dion, pria dengan dengan paras yang hampir meleset dari kata sempurna. Sebuah arti rasa yang unik kutemukan pada dirinya. Alasan rasa itu tumbuh bukanlah karena wajahnya yang tampan ataupun kemiripan nya dengan bias idol kpopku. Ia tidak mempunyai semua itu..

Awal pertemuanku dengan dirinya hanyalah menimbulkan rasa kebencian. Aku bahkan langsung mengeluarkan deklarasi kebencianku terhadapnya melalui tatapan mataku. Dan kebencian itu akhirnya menjadi jebakan tersendiri.Seiring berjalannya waktu rasa kebencianku memudar karena aku melihat sosok dirinya yang lain.

Sampai pada satu titik dimana aku mulai tidak peduli dan buta dengan keadaan. Aku mulai menyukai dirinya. Aku tidak tahu pasti atas kejadian apa aku mulai menyukainya tapi yang pasti, rasa ini sangatlah kuat.

 Aku mulai merasa sakit dan marah saat dirinya dekat dengan orang lain namun, di saat yang bersamaan aku menyadari bahwa aku tidak bisa menyalahi bahkan melarang haknya untuk dekat dengan orang lain. Dari kesadaran itulah aku dengan yakin berkata kepada logika, hati dan diriku bahwa aku akan baik-baik saja jika aku memendam rasa ini sendirian.

Akhirnya aku memberanikan diri memberitahu dirinya. Terhitung 1 tahun rasa ini ku pendam. Sehari sebelum pemberitahuan itu, air mataku terus mengalir. Seperti orang bodoh, aku menangisi seseorang yang bahkan belum tentu pantas menerima air mataku. Aku berusahan meyakinkan diriku bahwa apapun yang terjadi setelah ini, aku akan baik-baik saja sama seperti saat aku belum mengenal rasa ini.

Namun, sebuah ketidakpastian malah menghampiriku di saat aku memberitahu dirinya akan rasa ini, ia hanya terdiam tanpa membalas sepatah katapun. Kesunyian itu membuatku mengambil keputusan. Aku dengan sukarela mengundurkan dari perang rasa ini. Tameng pelindung hatiku sudah hancur, pedangku juga sudah patah dan tumpul.

"Kau tidak akan memutuskan hubungan pertemanan ini denganku bukan?" Ia bertanya dengan wajah sendu yang tidak akan pernah bisa kuartikan.

"Kita akan tetap berteman. Tenang saja. Aku hanya perlu waktu untuk mendirikan pondasi rumahku yang hancur kemarin. Saat rumahku sudah siap dan kokoh aku akan menghubungimu dan." Yang bisa kuucapkan sebagai jawaban untuknya adalah kiasan ini. Ya, aku sudah menyerah di saat aku menyatakan untuk memulai. Aku tidak akan meneruskan perasaan ini lebih lama lagi.

Aku memberitahu dirinya agar dia bisa sedikit membatasi sikap dan perhatiannya padaku dan aagar aku juga bisa lebih menjaga hatiku untuk tidak mengharapkan sesuatu yang lebih dari dirinya. Beberapa hari kemudian ketika aku rasa pondasi rumahku sudah cukup kuat aku kembali menghubungi dirinya. Ia masih tetap menjadi diary berjalanku, ia masih tetap menjadi kotak P3K berjalanku yang berbeda hanyalah rasa di hatiku mulai memudar meskipun masih diiringi dengan rasa sakit.

Intuisiku selalu merasa bahwa ia adalah orang yang tepat. Intuisiku mengarah padanya saat aku mencari kenyamanan. Intusiku selalu tertuju padanya saat aku mencari sosok yang dapat menerima diriku apa adanya. Aku selalu bertanya-tanya apakah aku pernah terlintas di benaknya?.

Akhirnya aku mempelajari sesuatu. Tidak selamanya intuisi yang kupunya akan selalu benar. Selain itu, setelah beberapa bulan berlalu aku menyadari bahwa rasa suka ini tidak mengarah kepada rasa cinta. Rasa ini hanya akan selalu menjadi rasa suka karena kagum.

 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)