Masukan nama pengguna
“tono ya?”
Tanya seorang lelaki tua yang baru keluar dari pintu depan rumahnya.
“iya pak de, apakabar?” jawab seorang pria muda yang sedang sibuk dengan instalasi listrik bersama 2 rekannya.
“wah apa kabar kamu tono, udah lama ya kamu ga balek kampung. Sekarang kerja tukang listrik ya tono” lanjut bapak tua itu.
“iya pak.” jawab tono.
“kamu udah berapa lama merantau ?” tanya pak tua itu lagi
“udah lima tahunan lah pak de. Gimana kabar pak de sama bu de? Rahmad masih di disini?”
“bu de udah 3 tahun lalu meninggal. Rahmad tahun lalu nikah udah pindah kekampung istrinya. Katanya malas tinggal disini. Listrik aja ga ada.” pak de menjelaskan.
“iya pak de, ini listrik baru masuk ke desa kita. Kebetulan saya ikut disini instalasi…”
Tono menyambung tiba-tiba dipotong temannya, “ iya pak de sekalian pulang kampung gratis”
“hahahaha” semua tertawa.
Tono lanjut, “ jadi sekarang pakde sendiri aja sekarang tingal disini.?”
Pakde “iya ton, yah namanya juga orang tua tinggal sendiri disini ya gapapa , tenang masih bisa kerja ke sawah kebun biasa.”
Tono bertanya sambil sibuk memasang instalasi listrik bersama temannya, “gimana kabar desa kita pakde?”
Pakde , “yah biasa aja tono, sekarang yang tinggal kebanyakan orang tua sama anak-anak aja. Kebanyakan yang tamat SMA pergi merantau, bahkan tamat SMP juga udah pergi.”
Tono “ oh gitu ya pakde”
Pram “ton, ini rumah udah sebagian kita pasang , mau lanjut ato gimana?”
Tono , “lanjut aja pram, kalo tekejar nanti sore udah setengah target selesai.”
Pram, “oke bos”
“siang pakde” sapa seorang gadis muda.
“siang ijul” jawab pakde
Pram dan sorbin melirik gadis itu. Tono tertegun seperti melihat wajah yang tak asing.
“siang juga mbak “ jawab pram, juga sorbin.
“eh ijul ada apa kesini?” tanya pakde
“ gini pakde kata bapak, pakde diundang nanti malam syukuran.” jawab ijul
“syukuran apa?” tanya pakde
“ini pakde, syukuran pemasangan listrik didesa kita. Sekalian pakde tolong ajak bapak-bapak tukang listriknya ikut.” jelas ijul.
“lah itu bapak-bapaknya kamu bilang aja ijul. Lah itu tono , jul, kamu ingat kan , tono kan anak desa ini juga, dia juga yang tukang listriknya.” pakde
Ijul menoleh melihat tono yang berdiri sejak tadi diantara 2 tukang listrik yang sedang sibuk bekerja.
“ijul” sapa tono
“tono” jawab ijul
Seketika percikan listrik terpancar di belakang tono, karena pram yang tidak memperhatikan memasang alat ditangannya. Korslet singkat, langsung ditangani sorbin.
Ijul dan tono masih saling menatap tidak peduli yang terjadi dibelakang mereka berdua saling mendekat.
“ijul apa kabar?” tanya tono perlahan
“baik tono.” jawab ijul sambil merapikan rambutnya yang terurai.
“ pak tolong dulu pak” pinta sorbin
Kekacauan sudah teratasi. Tangan pram hanya luka sedikit di ujung jari telunjuknya. Ijul membalut luka dengan kain seadanya. Setelah itu ijul pamit.
“pacarnya ato mantan pak?” tanya sorbin
“ah dulu teman sekolah aja” jawab tono.
“wah berarti bebas tu bos” pram penasaran
“bebas pulsa??” tono jawab ketus “ udah sini kita lanjut, masih ada banyak lagi target. Itu jangan jadi alasan ya pram.”
“iya bos” jawab pram
“pak de, kami lanjut ke sebelah ya. Takut nanti kelamaan, semua rumah harus selesai hari ini. Trus lampu jalan juga.” tono pamit bersama temannya.
“oh iya tono, itu tadi nanti jangan lupa ya nantimalam ada syukuran kalian harus datang yaa.” pakde memeinta kehadiran mereka.
“ iya pakde” jawab sorbin.
Siang hingga sore tono, pram , dan sorbin lanjut memasang instalasi listrik rumah di desa. Hingga sampai di rumah pak kepala desa.
“wah kok rumah saya yang terakhir ya pak?” tanya kepala desa.
“ wah maaf pak, bukan begitu, ini kan sesuai urutan aja pak, kebetulan ini kan rumah bapak udah mau di ujung. Sama rumah lain sama aja pak.” jelas tono
“oh gitu ya.” kepala desa menjawab”jul tolong buatin kopi untuk bapak-bapak tukang listrik”
Suara menyahut dari dalam, “ iya pak”
“eh kamu sepertinya kayak kenal, siapa ya?” pak kepala desa penasaran menunjuk tono.
“ saya tono pak, dulu juga warga desa ini, anaknya pak makmur” jelas tono. Tono menjelaskan sambil sibuk bersama temannya.
Pak kepala desa mencoba mengingat.
“oh iya, kamu tono ya, anak mendiang bapak ibu makmur” kepala desa ingat.
“iya pak” jawab tono sesekali menoleh sambil sibuk kerja
“wah hebat ya tono, anak sini juga yang bisa bawa listrik masuk desa kita, kamu kan tahu desa kita jauh. Jadi betapa berartinya listrik untuk kita ini.” pak kepala desa bercerita. “ mudah-mudahan dengan ini bisa bikin desa kita lebih baik.”
“Iya pak” jawab tono
Ijul keluar dari pintu membawa nampan dengan 4 gelas. Gelas ditaruh diatas meja.
“yuk mari ngopi dulu, tono ajak temannya minum dulu. Istirahat sebentar.” panggil pak kepala desa.
Tanpa aba-aba sorbin dan pram berebut ambil gelas Dari meja. Tono menyusul dibelakang.
Tono mencoba menoleh melihat halaman dan jalan diluar teras.
Pak kepala desa bertanya “ tono kamu ingat kan ijul, teman kamu juga kan dulu.?”
“ingat pak,” jawab tono.
“wah syukurlah” jawab pak kepala desa, “ bagaimana dulu kalian, akrab kan?”
Tono diam sejenak.
“udah ah pak, ijul masuk dulu” ijul masuk kedalam rumah.
“ya pak, kami udah siap disini , kami mau lanjut berapa rumah lagi trus masang lampu jalan. Takut kesorean nih pak.” tiba-tiba tono pamit.
Sorbin yang baru menyeruput kopi yang masih panas mendengar itu langsung muncrat dihadapan pram, pram terjatuh kebelang kursinya. Tono lanjut jalan menuju mobil membawa beberapa peralatan listrik.
Sorbin diatas tangga memasang lampu di tiang listrik, pram memegang tangga agar tidak jatuh. Tono dalam mobil menghitung rencana kerja mereka yang hampir selesai.
Tiba-tiba ijul menghampiri.
“tono aku mau ngomong” ijul menghadap tono. Tono memalingkan wajahnya terus melihat kertas kerjanya.
“kamu masih marah ya ton, kejadian yang dulu.” lanjut ijul
Tono teriak, “ hati-hati sorbin, nanti kesetrum!”
“kenapa tono kamu gitu?”
Tono teriak “ pram pegang yang bener jangan sampai jatuh”
Sorbin dan pram saling memandang, mengapa berteriak padahal mereka begitu dekat.
“tono aku mau jelasin.”
“jelasin apa jul”
“Kamu lihat aku dulu”
“sibuk”
“tolong tono”
…
“Dengar sebentar”
“aku mau cerita”
“ah dulu kan udah”
“aku mau ceritayang sebenarnya”
“kan udah lewat”
Biar aja udah lewat”
Tolong tono
Tono berjalan menjauh dari tiang itu ke tiang sebelahnya, diikuti ijul
“gini tono.
“udahlah, kamu kan udah nikah, jangan ganggu saya lagi
“tahu apa kamu tono
“tahu kamu udah nikah
“tono, kamu dengar dulu.
“apa lagi ijul
“tono, dulu kita begitu mesra, kok kamu jadi gini sekarang
“lah kamu kan udah jadi jadi istri orang
“gini ton, sewaktu itu, ketika lamaran iya benar aku nerima lamaran. Kita sama-sama baru tamat SMA, bapak aku nyuruh nikah aja langung gak usah lama-lama lagi. Di desa kita ga usah perempuan lama-lama ga nikah.” tapi kamu tahu ga. Belum sebulan acara lamaran itu, dia kabur sama gadis lain, kami belum sampai acara nikah.
…
Kamu mana tahu ton, begitu aku dengar kamu pergi dari desa sehari sesudah lamaran. Aku tahu kamu mungkin sakit hati. Tapi aku pengen juga kamu tahu kalau aku juga ga bisa ngapa-ngapain lagi. Sejak di
tinggal sendirian aku cuma berharap kamu balek lagi ke desa ini ton. Karena aku gak tahu kamu kemana.”