Masukan nama pengguna
Lagu BTS berbunyi “A day may came when we lose”, but its not today, today we fight, No. not today” membangunkanku. Tertulis di alarm “wisuda abang (emoticon love)”. Aku pun semangat, bergegas mandi, sholat. Tak sabar memakai kebaya yang kupesan jauh-jauh hari.
Ku berhias dengan gembira, nuansa nude kupilih agar tak mencolok tapi terkesan mewah. Ah, aku sudah membayangkan bertemu keluarganya, menjadi pendamping wisudanya, berphoto riang di pelataran gambar-gambar buku dengan saling pandang dan senyum. Ah, membuatku tersenyum-senyum sendiri pagi ini.
Jam 06.00 WIB sudah, aku bergegas menuju stasiun manggarai. Tentu aku memakai kebaya lengkap dan hanya kututupi dengan cardigan mocca kesayangan. Biarlah orang menilaiku aneh. Ketika aku duduk, sial aku baru menyadari alas kaki yang kupakai sepatu converse, bukan sendal yg kusiapkan tadi. Ah, bagaimana aku bisa anggun? Kucoba menenangkan diri, dan berpikir apapun yang dipakai, abang kukira tak akan merajuk soal tak sepadannya kombinasi yang kupakai. Aku kembali tersenyum. Ah, membayangkan bertemu dengannya di hari yang spesial membuatku benar-benar semangat.
Setelah menempuh lebih dari 10 stasiun, aku sampai di tempat tujuan. Stasiun Bogor. Bergegas memesan ojek online menuju kosannya. Belum sempat kupesan, ia sudah mengirim pesan.
“Dik, langsung ke kampus ya. Ke gymnasium” pesanku padanya.
“Iyah abang, adek sudah di stasiun. Otw kampus ya. balasku”.
Setelah menunggu hampir 10 menit, abang ojek datang. Tidak cukup lama sebetulnya untuk sampai menuju kampusnya. Namun, karena hari itu wisuda tentu saja macet di sekitarnya.
“neng meuni sae pisan, bade wisuda” tanya si abang.
“sanes kang” balasku. Kaget juga kok disapa pakai bahasa sunda. Biasanya tiap naik ojek di sini pake bahasa Indonesia.
Oh iya, kan namaku tertera di akun. Jelaslah nama Neng, ya pasti sunda.
Sampai di gymnasium, aku bertemu dengannya dan ibu bapaknya. Aku tersipu malu. Ku segera mengenalkan diri. “Ani Tante”.
“Oh iya, terima kasih ya nak sudah membantu Ardi. Sering cerita dia” kata Ibunya yang tampak anggun memakai kebaya paduan merah dan hitam. Sungguh cantik. Mendengar aku selalu diceritakan olehnya, aku begitu tersipu. Melayang sekali.
“Ayo nak” ajak ibu.
“iya tante” jawabku.
Prosesi wisuda. “Mahardika Yusuf, M.Si”
Aku berdiri dan bertepuk tangan, haru sekali. Senang banget menjadi bagian dari perjalanannya mendapatkan gelar magister di kampus terbaik di kota ini.
Setelah prosesi wisuda, kami keluar sekitar lapangan. Berphoto bersama.
“Makasih ya dik, udah dateng” tegurnya sambil merangkul bahuku. Ku hanya balas dengan senyuman yang tentu sumringah.
Setelah beberapa saat datang kawan-kawannya. Ada satu perempuan yang berparas melayu, tinggi semampai memakai sepatu boots. Wah keren sekali dia. Eh tapi dia kenapa memeluk Bang Ardi dan berkata “Selamat ya sayang, bangga banget deh sama kamu. Maaf telat tadi ada meeting”
“Gak apa2” jawabnya ceria.
“Ini dia Ani, adikku”. Kata Ardi.
Hah? Adik? Wait, kita ga lahir di rahim yang sama,bung!
Sial, jadi aku selama ini dianggap adik. Kukira, setiap malam minggu di satu tahun terakhir ini yang kuhabiskan dengannya?Ah sial. Aku bergegas menuju Stasiun dan pulang.
Nyatanya, lagu BTS pagi tadi tak membuatku menang. Aku kalah dengan angan dari manipulasi laki-laki. Kukira ia bersandar padaku, nyatanya banyak bahu yang ia janjikan.