Flash
Disukai
3
Dilihat
13,535
GORESAN PENA
Drama

Inilah kehidupanku saat ini, penuh dengan luka dan air mata. Dari semalam hatiku gelisah, memikirkan nasibku saat ini. Aku Aruna Maulida Salsabilla, atau biasa dipanggil Anna. Beliaulah yang selama ini selalu ada di sampingku, berbeda dengan Ayah yang entah pergi kemana tanpa mengabariku dan Ibu.

Anak tunggal menjadikanku semangat untuk melakukan kegiatan apapun, dari kecil aku sudah menyukai dunia literasi, buku cerita bahkan sampai menulis essay dan cerpen.

"Kamu sudah makan, Anna?" ucap perempuan berusia 47 tahun, dialah Ibuku.

Ibuku divonis oleh dokter memiliki penyakit kanker tulang. Maka dari itu, aku sebagai anak harus berbakti kepada orang tuaku, salah satunya wanita yang telah melahirkanku selama 9 bulan dengan rasa sakit dan perjuangan yang tak mudah.

"Kamu nggak usah kerja lagi ya, mulai besok kamu kuliah saja.." kata Ibu dengan mata berkaca-kaca.

"Aku nggak perlu kuliah, Bu.. Mana ada kampus yang menerima sepertiku?" Anna hanya bisa terdiam ketika melihat ekspresi ibuku kecewa.

"Maaf, Bu.. bukan bermaksud seperti itu, tapi Ibu harus tahu jika kita sudah tak seperti dahulu.." Ucapan Anna, dipotong oleh Ibu.

"Ibu mengerti, Anna.. Untuk biayanya nanti ibu akan usahakan." Anna hanya bisa tersenyum, ia tak mau berdebat dengan ibunya. Ia lalu menyetujui permintaan ibunya.

***

Anna kini sudah menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, 3,5 tahun waktu yang cepat bagi Anna. Hari ini, ia akan melaksanakan ujian skripsi terkait literasi di kalangan masyarakat sekitar rumahnya.

Ibunya dari seminggu yang lalu, sudah menyiapkan kejutan untuk putri kesayangannya. Ibunya sudah membeli kue rasa matcha favorit Anna dan hadiah lainnya. Semua kejutan untuk Aruna adalah hasil diskusi ibunya bersama Laras, Raffa, dan Dara, mereka adalah sahabat Anna sejak kecil.

"Anna.., lo dipanggil Ibu di kamar." ucap Raffa tersenyum.

"Iya, Din.."

Sesampainya di kamar, Anna melihat ibunya sedang tersenyum dengan wajah sedih.

"Anna, ayah ingin bicara denganmu." bisik Ibu tersenyum.

"Assalamualaikum, Yah, apa kabar?" sapa Anna melalui sambungan video call.

"Walaikumsalam, Anna, putri ayah yang cantik. Selamat ya, hari ini kamu akan mendapatkan gelar sarjana.." ucap Ayah tersenyum.

"Ayah lagi dimana? Ayah sedang kemo?" Seketika Anna panik.

"Maafkan ayah dan ibu, Anna.. Sebenarnya, selama ini kami berdua bukan bercerai, tapi ayah divonis memiliki kanker paru-paru, Sayang.. Kata dokter Haykal, sahabat papa, dia mengatakan lebih baik papa tinggal di apartemen dekat Rumah Sakit Fatmawati, agar dokter Haykal bisa memantau perkembangan ayah, Anna.." ucap Ayah tersenyum menatap gadis cantiknya.

"Anna sebenarnya sudah tahu, Yah.. Dua hari yang lalu, aku ke rumah sakit menjenguk temanku kecelakaan, Nathan, Yah. Setelah Anna mau shalat maghrib di musholla rumah sakit, aku lihat ayah sedang berbicara dengan dokter." kata Anna menatap serius ke arah Ayahnya.

"Anna sudah maafkan kesalahan, Ayah dan Ibu.. Aku tahu rasanya hati ayah waktu divonis kanker. Kaget dan tak percaya dengan hasilnya. Harusnya, ayah dan ibu terus terang saja ke Anna. Kalau aku tahu penyakit ayah dari awal, pasti aku akan bantu.." Ayah dan Ibu menangis saat mendengar perkataan putri sulungnya.

"Kamu memang perempuan hebat dan pintar, saat ini kamu sedang ta'aruf dengan Nathan ya?" Anna hanya bisa terdiam dengan perkataan ayahnya.

"Anna..kita berangkat sekarang ya, takut kejebak macet.." kata Laras tersenyum.

"Ya Allah sudah jam 06.30 pagi, aku telat berangkat.. Yah, aku berangkat ke kampus dulu ya, doakan aku semoga lulus dan dilancarkan ujiannya, Amin.." pamit Anna.

"Iya, Anna, ingat pesan ayah setelah ini ajak Nathan ke rumah sakit. Ayah punya kejutan untukmu, ingat selalu baca bismillah sebelum memulai ujian skripsi dan ayah yakin kamu bisa mendapatkan IPK 4.0, Amin.." kata Ayah tersenyum bahagia.

"Amin Ya Allah.. Aku pasti bisa menghadapi ujian skripsi ini, mohon doanya aja, Yah, Bu.." ucap Anna tertawa kecil.

Video call berakhir, ibunya duduk di pinggir ranjang tempat tidur. Dengan suara lembut ibunya, berkata

"Tugas ibu sudah selesai, Nak.. Sudah saatnya Ibu pergi, maafkan ibu selama ini sudah merahasiakan semuanya." ucap Ibu memeluk putri kesayangannya.

"Tapi kenapa ibu tidak melakukan kemoterapi, Bu?" tanya Anna penasaran.

"Sudah terlambat, ayo jalan nanti kamu telat loh. Nanti kamu akan tahu semuanya, Anna.." jawab Ibunya tersenyum.

***

Di ruang ujian, Anna tetap fokus dalam menghadapi ujian skripsi. Hari ini dirinyalah yang menghadapi ujian sendirian, biasanya dari tahun ke tahun ketika ujian skripsi terdapat dua sampai tiga mahasiswa yang melaksanakan ujian. Kini, dirinya harus menghadapi ujian sendirian. Dengan ditemani Pak Yoga, dosen pembimbingnya, Anna tetap fokus dalam ujian skripsi.

Jam menunjukkan 09.30 pagi, ujian skripsi dimulai, ia mulai membuka ujian dengan khidmat dan tenang. Semua gangguan di sekitarnya ia abaikan, fokusnya kini hanya satu, yakni ujian skripsi.

Selama 20 menit, Anna presentasi hasil ujian skripsi, saatnya sesi tanya jawab oleh dosen penguji. Anna mencoba tenang, namun saat ini perasaan tidak enak. Ia teringat kata-kata ibunya tadi pagi.

Singkat cerita, Anna berhasil menjawab semua pertanyaan dari dosen penguji. Jam menunjukkan 12.00 siang, Anna baru selesai ujian skripsi. Namun, ketika baru saja keluar dari ruang ujian, ayahnya langsung memeluk putri kesayangannya.

"Ibu telah meninggal dunia, Anna.." ucap Ayah dengan air mata yang tak bisa dibendung lagi.

"Ayah pasti bohong kan, jangan bercanda Yah.." kata Anna dengan wajah datar.

"Benar yang dikatakan oleh ayahmu, Anna.. Ibumu telah meninggal dunia jam 11.30 siang." ucap Raffa membenarkan perkataan ayahnya.

"Ya Allah Ibu.." Tangis Anna langsung pecah, hatinya sakit seperti ditusuk menggunakan pisau. Ayahnya hanya bisa menangis dan memeluk putri kesayangannya.

"Sabar, Anna.. Ibumu sudah tak menanahan rasa sakit lagi, sekarang kita pulang mandikan jenazah ibumu." Anna hanya bisa terdiam, ibunya yang dahulu selalu memberikan dukungan dan menyemangati agar semangat belajar, kini sudah kembali kepada-Nya.

***

"Ada yang ingin bertemu denganmu.." bisik ayah tersenyum.

"Siapa, Yah?" tanya Anna penasaran.

"Ayo ikut ayah.." jawab Ayah lembut.

"Assalamualaikum, Anna kami turut berduka cita atas kepergian ibumu.." ucap perempuan berusia 48 tahun.

"Walaikumsalam, Ibu, Bapak terima kasih sudah datang dan mohon doanya untuk almarhum ibu saya.." kata Anna mencium telapak tangan tamu ayahnya.

"Maaf Anna, ada yang ingin kami sampaikan. Kamu adalah anak kandung kami. Tante yang merencanakan ini semua demi kebahagiaanmu. Karena pada saat itu, saya sedang sakit kanker payudara." ucap Tante Natasha, sahabat ibunya.

***

SELESAI..

Terima kasih..:):)

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam cerita ini..

Salam hangat,

Attar Darnis.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)