Masukan nama pengguna
Semua cucu kakek setelah selesai sekolah Rakyat atau madrasah Ibtidaiyah sekolah lanjutannya semua ke PGA (Pedidikan Guru Agama) atau sekolah sekolah dilingkungan Departemen Agama. Kedua saudara sepupu saya yang ikut kakek dibawa oleh paman saya ke Jakarta. Mereka disekolahkan di PGA atau sekolah sekolah dibawah Departemen Agama yang lain. Sebelum kedua saudara sepupus sesungguhnya paman juga sudah membawa berapa orang keluarga dari Surupan ke Jakarta untuk sekolah disana. Setelah tamat ada yang terus bekerja di Jakarta , ada juga yang pulang kembali ke daerah.
Waktu saya kelas 6 saya pindah ke Solo kembali ikut ayah ibu dan masuk kesekolah latihan PGA. Sekolah ini lokasinya disamping Masjid Agung Solo / Surakarta dijalan Slompretan berseberangan dengan Pasar Klewer. Gedung sekolah menyatu dengan gedung PGA. Yang menghadap kearah jalan untuk sekolah Latihan yang menghadap kearah masjid ruang ruang klasnya PGA. Sekolah ini murid muridnya dari sekitar sekolah, sebagian besar anak anak kampong Kauman. Murid muridnya beragam ada juga anak anak Arab dari Pasar Kliwon, ada anak Banjar yang banyak tinggal di Kampong Kemlayan, bahkan ada anak keturunan India, Bombay. Anak India Bombay ini di klas 6 ada 2 orang yang besar anaknya baik dan saya cukup akrab meskipun baru kenal. Tetapi yang kecil agak nakal sering membuli. Secara sikap saya harus banyak berusaha menyesuaikan dengan cara dan perilaku mereka. Saya cukup percaya diri karena secara materi pelajaran tidak masalah baik pelajaran umum maupun pelajaran agama, bahkan dalam beberapa hal saya lebih dari mereka. Ada 3 atau 4 anak dari Surupan yang sekolah di PGA ini bahkan ada yang sudah klas 6. Yang sudah klas 6 ini ada yang praktek mengajar di sekolah latihan, sehingga saya cukup mengenali mereka.
Saya setelah klas 6 sekolah latihan diarahkan untuk masuk ke PGA Negri Solo. Setelah ujian sekolah rakyat saya mengikuti tes masuk PGA. Saya lulus tes masuk ke PGAN Solo. Kalau semata mata hanya dari sekolah latihan/ Rakyat tidak akan bisa lulus tes . Bisa lulus karena saya juga punya latar belakang sekolah madrasah diniyah. Yang ikut tes sangat bahyak, dari sekolah latihan PGA sepertinya tidak ada yang daftar kecuali saya mungkin ini juga menjadi salah satu factor yang menjadi perhatian. Sekolah PGAN ini muridnya enam parallel karena waktu itu satu satunya sekolah PGA Negri di Jawa Tengah sehingga muridnya datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Klas 1 baru murid yang diterima 6 Klas dari klas1 A sampai dengan klas 1F setiap klas 40 orang.
Sekolah PGA ini muridnya banyak karena memang guru agama saat itu terasa sangat kurang. Peminatnya juga banyak karena sekolah ini berikatan dinas, sehingga tiap bulan menerima uang biaya sekolah dan setelah lulus langsung ditugaskan sebagai guru agama dan berstatus pegawai negri. Tetapi setiap lulusan sudah ada perjanjian untuk siap ditempatkan atau ditugaskan dimana saja, meskipun kenyataannya sering ditempatkan didaerah asal mereka karena memang ditempatnya diperlukan. Bahkan suatu saat waktu itu karena lulusan PGA terbatas untuk memenuhi keperluan Guru agama pemerintah / Departemen agama menyelenggarakan Ujian Guru Agama (UGA). Peserta ujian siapa saja yang lulus sekolah madrasah mempunyai pengetahuan agama. Biasanya lulusan lulusan madrasah boleh dikatakan tanpa latar belakang pendidikan didaktik,methodik. Yang saya tahu kabupaten Wonogiri, lulusan PGA setiap tahun bisa dihitung dengan jari bahkan tidak sampai 5 orang, angkatan saya yang berasal dari Kabupaten Wonogiri hanya 3 orang termasuk saya, pada hal pada waktu itu cukup banyak sekolah yang tidak mempunyai guru agama.
Pada waktu saya diminta untuk ikut tes masuk PGA saya sesungguhnya pernah menyampaikan kepada ayah ibu bahwa saya ingin sekolah SMP. Saya juga tidak tahu waktu itu kenapa ingin masuk SMP, mungkin juga sedikit banyak ada pengaruh teman teman sewaktu klas 6 disekolah latihan. Semua murid setahu saya akan masuk SMP. Sewaktu saya sudah diterima di PGA ternyata klas 1 PGA masuk siang. Saya sampaikan kembali keinginan saya kepada ayah ibu untuk sekolah SMP dipagi hari. Ayah saya tidak memasalahkan, silahkan saja asal tetap sekolah PGA. Mungkin ayah juga berfikir waktu sekolah rakyat juga merangkap sekolah madrasah. Saya akhirnya mendaftar masuk ke SMP Muhammadiyah 3 Simpon, jadilah saya pagi masuk SMP siang hari langsung masuk ke PGA.
Sebelum punya sepeda sendiri pagi saya berangkat bersama ayah langsung ke SMP. Lokasi SMPM 3 ini tidak jauh dari kantor ayah. Kantor ayah Kantor Keresidenan Surakarta Jln Slamet Riyadi Gladak. Terletak disebelah selatan Jln Slamet Riyadi sedangkan SMPM 3 diseberangnya selang satu gedung berdekatan dengan kantor pos besar Surakarta. Pulang dari SMP langsung berangkat masuk ke PGA kadang kalao sempat mampir kantor ayah tetapi lebih sering langsung kesekolah PGA. Dibelakang kantor ayah persis diselatannya adalah alun alun Utara. Masjid Agung Surakarta ada disisi barat alon alon. Sekolah PGA disamping masjid sebelah selatan , jadi lokasinya tidak jauh, apalagi kalao meliwati jalan jalan pintas yang saya akhirnya cukup mengenal jalan pintas ini. Setelah mempunyai sepeda sendiri biasanya saya juga menaruh sepeda dikantor ayah, karena kalao bubaran sekolah SMP sering keluarnya ngantri sehingga saya lebih cepat jalan kekantor ayah mengambil sepeda langsung ke PGA, apalagi kalau waktu memang sangat mepet. Yang kadang membuat repot ada kegiatan olahraga sekolah PGA dipagi hari dilapangan alon alon , tidak hanya waktunya bersamaan karena Lapangan olah raga SMPM juga dilapangan yang sama atau berdampingan. Bersyukurnya kegiatan ini tidak terlalu sering.
Setelah satu tahun klas 2 PGA masuk pagi. Sesuai dengan janji saya dengan ayah saya berhenti keluar dari SPPM 3. Mulai mencari sekolah SMP yang masuk siang. Ternyata sulit karena jam pelajaran di PGA sampai siang sampai sehabis sholat lohor, semua sekolah SMP yang masuk siang masuk jam pertama lebih cepat sehingga tidak mungkin selesai pelajaran PGA bisa masuk jam pertama di SMP. Akhirnya saya dapat informasi dari kakak klas di PGA yang sekolah SMP malam hari. Dia tahu bahwa saya keluar dari SMPM3 karena PGA masuk pagi. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan “Pegawai” dan ruangan klasnya memakai ruang ruang sekolah Latihan PGA. Saya memberi tahu kepada ayah dan ibu untuk masuk sekolah malam SMP. Ayah dan ibu tidak memaslahkan dan akhirnya saya mendaftar masuk ke SMP Yayasan “Pegawai” ini.
Ada peristiwa yang unik waktu saya sekolah SMP ini. Murid muridnya banyak yang juga bekerja pada siang hari. Salah satu teman sekelas saya kelihatannya bekerja di Pasar Klewer. Dia katanya sering melihat saya sekolah di PGA. Saya tidak pernah merespon apa yang dia katakan mula mula saya katakan salah lihat saja. Tetapi dia terus mengatakan bahwa dia betul melihat saya dipagi atau siang di PGA. Sesungguh nya saya sambil bercanda,saya katakan itu saudara kembar saya, dia kelihatannya menerima informasi ini serius dan tidak berbicara lagi masalah itu. Sayalah yang akhirnya yang bersikap, pernah bertemu siang hari waktu itu saya berseragam PGA saya yang pura pura tidak kenal, meskipun dia memperhatikan saya waktu itu. Membuat dia makin yakin apa yang saya katakan. Sampai lulus sekolah kelihatannya dia masih beranggapan bahwa saya mempunyai saudara kembar.
Di SMP ini saya juga dapat teman yang pagi hari belajar di sekolah Al Islam. Ternyata dia berasal dari Cangkring Tirtomoyo, di Solo dia kos. Orang tuanya adalah salah satu tokoh masyarakat di Cangkring. Saya beruntung kalau sewaktu waktu ke rumah simbah Cangkring punya teman. Ternyata ayahnya juga kenal dengan ayah saya.
2.2. Dinamika sekolah merangkap
Suasana sekolah di PGA dan SMP sangat berbeda, di PGA suasananya homogen murid muridnya semua laki laki , guru dan semua yang terlibat di kegiatan pembelajaran di sekolah. Mungkin karena pendidikan calon calon guru maka semua tenaga pengajar memberi bagaimana sudah harus mulai bersikap untuk suatu saat menjadi guru. Sehingga interaksi dengan guru dan antar murid terasa lebih dewasa. Bapak bapak guru terasa betul beliau beliau ini bersikap membimmbing dan pergaulan antar murid juga terasa nyaman . Kita cukup akrab dengan teman teman sekelas atau teman yang pernah satu kelas, karena setiap kenaikan klas , murid disetiap klas akan dibaurkan lagi. Jumlah murid yang banyak, dalam satu angkatan ada 6 klas parallel yang masing klas 40 orang, sehingga kita tidak bisa mengenal semua dengan baik.
Buat saya ada guru yang sangat berkesan dalam menyampaikan materi pelajaran maupun cara menyampaikan. Bapak guru pengajar Al Quran materi pelajaran yang disampaikan sangat menarik. Bagaimana cara mengajar membaca al quran dengan contoh contoh yang riil. Bapak gurunya masih muda rapih banyak senyum dan disiplin. Bapak pengajar Bahasa Arab dan insya, orangnya kelihatan keras mahal senyum tetapi cara penyampaian pelajaran menarik dan jelas. Mulai mengajar waktu itu klas 3 dan 4, kalau mengajar satu satunya guru yang memakai kain sarung dan jas. Saya bangga dan sangat berkesan salah satu sebabnya mungkin karena saya pernah diberi penghargaan didalam pelajaran beliau, hasil karangannya saya ditulis “ Ahsantal insya”.
Untuk mata pelajaran umum terutama Ilmu Pasti dan pengetahuan alam dikelas rasanya saya termasuk yang lebih menguasai materi pelajaran. Beberapa teman ada yang tahu bahwa saya sekolah SMP pada malam hari. Pada mata pelajaran aljabar pak guru yang mengajar pernah saya ingat dalam perpangkatan suku dua beliau silap menjelaskan segitiga pascal. Sehingga kalau menghitung hasilnya tidak pas. Waktu itu teman teman yang faham masalah ini saya diminta menjelaskan. Sehingga pada waktu mengerjakan pekerjaan rumah teman teman dapat menyelasaikan dengan baik. Setelah beliau mulai membahas pekerjaan rumah kelihatannya beliau menyadari sehingga bapak guru itu menjelaskan kembali.
Ada Bapak guru yang sangat diingat oleh anak karena mempunyai kebiasaan yang selalu beliau lakukan. Beliau mengajar pelajaran Ushul Fiqih. Setiap menjelaskan suatu masalah bahkan hampir setiap kalimat selalu diakhiri dengan kata kata “ ya kan”. Anak anak kalau beliau mengajar sering membuat tally, setelah selesai pelajaran saling bertanya berapa kali Kata kata “ ya kan “ diucapkan oleh beliau. Hal ini yang selalu saya ingat pada waktu saya mengajar agar tidak melakukan hal semacam ini. Bahkan pada waktu saya menjadi kepala sekolah sering saya mengingatkan kepada teman teman guru, atau saling mengingatkan kalau ada guru teman teman guru yang melakukan hal semacam ini.
Pada sutu hari pada waktu mau sholat dimasjid dijalan menuju masjid dikayu blandar yang kebetulan tidak terlalu tinggi ada tulisan memakai kapur. Tulisan itu bahasa arab tetapi ditulis dengan ejaan latin. Bapak guru nahwu shorof diam berdiri disitu. Beliau cukup kenal dengan saya karena kalau dikelas saya salah satu yang mempunya hafalan tasrifan, baik tasrif lughowi maupun tasrif istilahi.
“ Hai Suhadi kesini “ kata beliau sambil melambaikan tangan kepada saya.
“ Ya pak “ jawab saya sambil mendekati beliau.
“ Siapa yang menulis itu “ sambil menunjuk kearah tulisan yang ada dikayu yang setiap kita menuju masjid lewat dibawahnya. Tanpa menunggu jawaban saya beliau berkata lagi.
“ Ambil penghapus , hapus sampai bersih” sambil beliau tetap berdiri disitu. Saya ambil penghapus dari klas terdekat sambil menarik kursi. Kebetulan ada teman yang badannya lebih tinggi yang segera menghapus sambil berdiri diatas kursi.
“ Memang itu tulisan apa , bapak “ Tanya saya sambil mendekati beliau
“ Itu kata kata jorok “ kata beliau tanpa mau menjelaskan artinya.
Setelah tulisan dihapus bersih baru beliau jalan menuju masjid.
Ada saat yang suasananya berbeda dibanding pada waktu biasa adalah pada waktu penerimaan uang ikatan dinas, biasanya pada akhir bulan. Setiap murid kekantor sesuai urutan perklas satu persatu untuk tanda tangan dan menerima amplop berisi uang ikatan dinas langsung dari bendaharawan sekolah. Wajah wajah cerah berjalan dari ruang kantor kembali menuju klasnya sambil berfikir merinci untuk pengeluaran sesuai dengan keperluan masing masing. Untuk teman teman yang kos pasti untuk membayar kos dan keperluan se hari hari. Untuk saya, saya pisahkan lebih dulu untuk membayar sekolah malam dan sisanya saya selalu laporkan kepada ayah ibu, biasanya saya diminta untuk menyimpannya sendiri.
Suatu hari pada pelajaran olah raga bermain bola di lapangan alun alun. Sedang asyik main ketika sedang lari tempurung lutut kanan kenan bola keras dari sebelah kiri, saya langsung jatuh. Ternyata tempurung lutut bergeser kearah sebelah kanan kaki. Terasa sakit, tetapi kemudian saya berusaha dorong kembali ketempat semula dibantu teman yang saat itu ada didekat saya. Ahamdulillah bisa kembali ketempat semula, terasa njarem, kemeng kemudian saya coba tekuk kaki saya , pelan pelan saya coba ulang beberapa kali. Permainan sementara dihentikan. Saya berdiri berjalan pelan pelan ternyata sudah tidak ada masalah, permainan diteruskan dan saya ikut bermain lagi. Cedera ini baru terasa kembali akibatnya setelah usia diatas 55 tahun
Sangat berbeda suasana dengan sekolah SMP malam. Semua berjalan formal, Bapak ibu guru mengajar terkesan mengejar target. Sisi baiknya semua berjalan ketat, disiplin waktu dan murid murid mau tidak mau harus serius memperhatikan karena sering tidak cukup waktu untuk bertanya. Antar murid tidak cukuip bisa berinteraksi diluar masalah pelajaran. Kita murid biasanya akrab atau intens berinteraksi karena keterkaitan permasalahan saja.
Suasana yang terjadi antara lain karena memang waktu belajar yang sangat terbatas. Waktu belajar mulai jam 7 malam dan selesai selesai jam 9.30. Sehingga dalam kegiatan belajar yang sebenarnya disini beberapa mata pelajaran secara resmi tidak terjadwal diajarkan misalnya , olahraga, seni music / seni rupa, agama, prakarya / ketrampilan. Tidak ada acara khusus seperti upacara, peringatan hari besar baik nasional maupun keagamaan. Semua murid datang, belajar, membayar kewajiban, ujian, selesai. Mungkin juga karena sebagian besar murid sudah bekerja, ada beberapa yang siang hari sekolah yang lain sehingga tujuan utamanya adalah untuk ikut ujian dan mendapat ijazah.
Waktu itu saya ujian akhir tahun SMP tahun 1966,PGA klas 3 tidak ada ujian. Waktu itu sebutannya PGAP atau PGA 4 tahun, jadi ujiannya setelah klas 4. Saya beruntung sehingga tahun itu saya bisa focus menghadapi ujian SMP. Hasil ujian saya dari 13 mata pelajaran jumlah nilainya 105. Pada waktu itu persaratan untuk meneruskan kesekolah ke SMA negri berdasarkan nilai ujian.
Sekolah yang paling favorit di kota Solo adalah SMA Negri 1 Margoyudan. Untuk Persyratan masuk ke SMAN 1 nilai rata rata 8 atau jumlah nilai minimal 104, untuk 13 mata ujian . Hasil ujian saya jumlah nilai 105, berarti memenuhi syarat untuk masuk SMAN 1. Saya sampaikan kepada bapak ibu, beliau puas, Alhamdulillah tidak sia sia sekolah malam. Melihat hasil ini saya tergoda lagi untuk masuk SMA. Saya informasikan bahwa nilai saya bisa untuk masuk SMA 1. Ayah kelihatannya tahu bahwa saya ada keinginan untuk masuk SMAN 1, sebelum saya bicara beliau mengingatkan silahkan cari sekolah SMA tetapi PGA harus selesai. Sayapun tidak jadi menyampaikan keinginan saya karena memang sudah berjanji untuk menyelesaikan sekolah PGA saya.
Sama dengan waktu mencari sekolah SMP, SMA yang masuk siang pada umumnya mulai belajarnya sebelum pelajaran PGA selasai. Saya tetap mencari kalau kalau ada SMA yang masuk malam hari. Akhirnya kembali mendapatkan sekolah SMA yang diselenggarakan oleh yayasan “ Pendidikan Pegawai”. Yayasan ini berbeda dengan yayasan yang menyelenggarakan SMP malam. Hanya SMA ini masuknya jam 4 pulang jam 9.30. Saya menyampaikan kembali kepada Bapak ibu, beliau beliau tidak memasalahkan. Lokasi lebih dekat dari rumah kira kira hanya setengah jalan dibanding dengan SMP malam. Waktu itu SMA ada 4 jurusan yaitu Ilmu pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Ekonomi dan Bahasa. Saya mengambil jurusan Ilmu Pasti.
Sekolah ini suasanaya jauh berbeda dengan waktu di SMP, yang bagaimanapun masih dilingkungan masjid. Sekolah ini ruang belajarnya menempati gedung sekolah Dasar yang lokasi dekat pasar yaitu “Pasar Legi”. Muridnya juga cukup banyak tiap angkatan parallel 3 klas. Sekolah ini melewati waktu magrib, tetapi tidak diberi jadwal untuk waktu sholat. Saya tidak tahu apa guru gurunya ada yang sholat, atau kalau guru mungkin bisa mencari waktu untuk bisa sholat. Untuk murid muridnya dari sekian klas mula mula sepertinya hanya saya sendiri, kalau masuk magrib saya izin keluar untuk sholat di atas meja dikelas yang kosong. Setelah beberapa hari ada satu orang dari klas lain yang nyamperin saya waktu saya mau sholah diatas meja. Ternyata dia juga mau sholat dan mengajak sholat ke mushola (langgar) di seberang jalan sebelah utara sekolah. Sekolah ini menghadap ketimur, jalan keluar masuk dari timur. Untuk ke mushola memutar cukup jauh tapi ternyata ada jalan menerobos (mbrobos) pagar menyeberangi jalan. Berikutnya saya selalu sholat di mushola dan ternyata itulah satu satu nya teman sholat magrib selama sekolah disitu.
Ada bapak guru yang saya ingat betul, bapak guru ilmu alam (fisika) beliau 2 hari perminggu mengajar bertepatan dengan sholat magrib. Akhirnya beliau tahu bahwa saya selalu minta izin keluar kelas . Berikutnya kalu sudah kedengaran adzan beliau memberi isarat kepada saya untuk sholat magrib dan selama saya sholat beliau biasanya tidak menerangkan pelajaran baru, mengerjakan latihan atau mencatat. Setelah saya masuk baru menerangkan atau membahas soal. Saya tidak pernah tahu apakah beliau sholat atau tidak tetapi yang jelas bulan Romadhon beliau puasa. Biasanya kalau masuk magrib beliau keluar, kekantor untuk berbuka puasa. Ada seorang guru yang mengajar sejarah melihat wajah beliau orang Arab. Beliau mengajar seminggu sekali sehingga saya tidak mengenal beliau lebih dekat.
Pada saat di SMA ini saya punya teman China namanya Ma Ching Hing. Disekolah dia sangat dekat dengan saya, setiap tahun baru imlek saya diberi kue ranjang. Setelah selesai sekolah SMA kami masih akrab. Beberapa kali datang kerumah, setelah saya sudah ke Jakarta katanyqa pernah datang. Belakangan saya pernah membaca sebuah tulisan katanya di China kata Muhammad itu untuk nama disingkat menjadi Ma. Dia tahu persis dikelas itu yang namanya memakai Muhammad hanya saya. Saya tidak tahu jangan jangan dia juga muslim. Tetapi tahun itu tahun 1967, rasanya saya tidak pernah mendengar di Solo ada China yang muslim.
Sebaliknya ada teman sekelas yang nama awalnya dengan singkatan huruf M. Dalam pergaulan disekolah tidak dekat dengan saya hanya sekali sekali saja berbicara dengan saya. Saya pikir M itu singkatan dari Maraden, Merari, Maruli, Mangun atau yang lain. Setelah selesai ujian saya sempat melihat ijazahnya ternyata M itu singkatan dari Muhammad.
“ Hai kenapa kamu tidak pernah sholat” kata saya spontan.
“ Nanti kalau sudah tua aku juga sholat “ katanya sambil senyum tidak jelas.
Disaat tahun pertama di SMA bersamaan tahun keempat di PGA. Untuk masuk PGAA (klas 5) melalui ujian. Kembali saya beruntung disamping belajar di SMA saya bisa focus menghadapi ujian. Alhamdulillah bisa saya lalui dengan baik. PGAA gedung sekolahnya pindah ke Jalan Slamet Riyadi berseberangan dengan Stadion Sriwedari Solo. Tempat ini bersejarah karena Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama diselengarakan ditempat ini. Disamping Stadion ini ada Taman Sriwedari, pada waktu itu kebon binatang ada di dalam Taman Sriwedari. Didalamnya juga ada gedung kesenian yang dipakai untuk pentas wayang orang.
Pada masa itu seingat saya klas 5 tahun pertama di PGAA , Band Eka Sapta adalah Grup Band terkenal pada masa itu. Ada jadwal manggung di Stadion Sriwedari. Saya termasuk yang ingin juga melihat tetapi harga karcis masuk cukup mahal. Bicara bicara dengan teman yang juga ingin melihat mencari akal untuk bisa masuk stadion. Tembok stadion cukup tinggi, salah satu peluang kita tahu ada pintu stadion yang ditutup tidak digunakan kearah Taman Sriwedari. Ternyata benar ada juga anak anak yang berusaha masuk dari arah tersebut. Saya dengan beberapa teman bergabung dengan mereka akhirnya diam diam ternyata ada celah untuk menerobos masuk satu persatu yang terlindung semak semak. Akhirnya tercapai juga keinginan bisa masuk didalam stadion.
Di kamplek PGAA ada kantor pengadilqan Agama didepan langsung menghadap ke Jalan Slametriyadi. Untuk jalan masuk sekolah ada akses melalui kanan kiri kantor. Ada juga rumah dinas Kepala sekolah PGA. Jumlah klasnya tetap parallel 6, jadi ada 12 klas semua laki laki. Meskipun setiap tahun klas selalu diaduk saya kebetulan teman sebangku saya waktu kelas satu sampai kelas 6 tetap satu kelas sehingga kami selalu sebangku.Saya sangat akrab dengan teman saya ini sehingga satu meja ini seperti milik bersama. Kalau ada buku, pensil atau barang apapun yang hilang biasanya terbawa oleh yang lain. Di tahun kelima ini materi pelajaran sudah makin lebih spesifik untuk bekal menjadi guru agama. Tetapi diingatkan juga bukan tidak mungkin disuatu sekolah nanti harus menjadi guru kelas. Sudah mulai ada kunjungan ke klas untuk melihat guru mengajar. Kunujungan ini bisa kesekolah latihan atau juga sekolah lain yang sudah ada kerja sama.
Disaat yang sama tahun kedua saya di SMA sudah boleh ikut ujian akhir SMA. Saya berketetapan untuk ikut ujian akhir SMA, sementara bagaimanapun saya harus terus menyiapkan diri sebagai murid klas 5 PGAA dengan materi pelajaran menurut saya semakin spesifik. Tidak seperti waktu SMP pelajaran umum di PGA masih sejalan. Tahun kelima di PGA ini merupakan tahun yang terasa sebagai beban yang harus saya hadapi dengan paling serius selama saya sekolah merangkap. Satu sisi materi materi pelajaran baru di PGAA disisi lain saya harus siap menghadapi ujian akhir di SMA. Alhamdulillah semua bisa dilalui, ujian akhir SMA saya dapat saya selesaikan dengan hasil yang tidak mengecewakan.
Kembali cobaan dan godaan datang lagi. Di Solo belum ada universitas negri, yang ada universitas swasta. Untuk fakultas teknik yang sejak awal menjadi keinginan saya tidak cukup menarik hanya ada di Universitas Cokroaminoto. Satu lagi ada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Cabang Solo. Dari kedua Fakultas tersebut akhirnya saya ikut tes di Fakultas Kedokteran. Sesungguhnya waktu saya lulus dan mendapat ijazah SMA saya sempat bicara deangan ayah untuk ingin ikut tes ke Universitas Gajah Mada di Jogyakarta atau ke Universitas Diponegoro di Semarang. Saya sudah membayangkan jawaban ayah ternyata persis.
“Kamu mau sekolah kemana saja silahkan selama kamu mampu tetapi sekolahmu di PGA harus kamu selesaikan”, yang kemudian akhirnya saya ikut tes fakultas Kedokteran UII. Meskipun seandainya saya tes ke Universitas Negeri saya tidak akan mengambil fakultas kedokteran, karena saya lebih memilih fakultas teknik ( elektro atau mesin). Fakultas Kedokteran UII ini termasuk baru kalau tidak salah angkatan saya adalah angkatan ke lima. Angkatan kelima ini mahasiswa barunya cukup banyak karena jumlahnya lebih dari 100 orang. Sistim pembelajarannya paket dan banyak praktikum lebih dari yang saya bayangkan.
Permasalahan yang saya hadapi timbul lagi di tahun terkhir tahun ke 6 di PGA dan tahun pertama di FK UII. Tetapi ini adalah konsekwensi dari semangat dan keinginan saya dengan resiko resiko yang mesti saya hadapi dan harus saya selesaikan. Disini saya harus memilah mana mana di PGA yang tidak boleh saya tinggalkan dan mana mana kegiatan perkuliahan dan praktikum yang bisa saya bisa tinggalkan. Semua praktikum praktis tidak ada yang bisa ditinggalkan, kalau diperlukan paling bisa digeser waktunya itupun kalau praktikum perseorangan yang praktikum kelompok sama sekali tidak bisa dirubah. Masih untung sebagian pratikum dilakuakan di siang hari atau kebetulan dapat giliran siang. Kalau perkuliahan diwaktu pagi saya lebih sering mempriotaskan kegiatan di PGAA. Hal ini bisa lebih mudah dilakukan karena kuliah hampir selalu seperti kuliah umum, absen bisa titip kepada teman.
Dalam kenyataan alhamdulillah kegiatan yang sangat padat ini dapat saya lalui. Untuk di sekolah PGAA saya terbantu oleh teman semeja saja yang sudah 6 tahun berjalan. Kalau ada kegiatan praktikum di pagi hari saya membolos dari sekolah buku saya tinggal sehingga tidak kelihatan, nanti buku akan diamankan oleh teman sebangku. Usaha yang saya lakukan dengan keras ini cukup berhasil. Hal ini terbukti responsi responsi praktikum bisa saya selesaikan sebagai persaratan menghadapi ujian smester. Dalam ujian smester pertama saya termasuk salah satu dari tidak banyak mahasiswa yang bisa lulus semua mata kulia sekaligus tanpa ada yang mengulang. Disisi lain kegiatan di PGAA dapat saya lalui dengan aman. Sesungguhnya semua ini juga terbantu antara lain karena lokasi perkuliahan dan tempat praktikum yang tidak jauh dari lokasi sekolah.
Keberhasilan dalam smester pertama perkuliahan ini sesungguhnya membuat saya lebih percaya diri karena jujur diawal saya agak minder karena saya yakin teman teman ini pasti dari sekolah yang cukup baik dibandingkan SMA saya ditambah lagi saya menempuh pelajaran di SMA cuma dua tahun. Disisi lain saya menjadi agak sembrono di smester dua sehingga ada 2 mata kuliah yang saya harus mengulang. Atau mungkin juga karena kesibukan saya menyiapkan diri untuk ujian akhir di PGAA.
Ujian akhir tidak hanya ujian tulis, ujian praktek kesenian dan juga ujian praktek mengajar persiapannya cukup menyita waktu. Persiapan ujian praktek mengajar harus konsultasi dengan guru pembimbing. Ujian praktek kesenian, pada umumnya murid PGA tidak bisa memainkan alat musik apapun. Hal ini antara lain orang tua yang menyekolahkan anaknya di PGA pada umumnya tidak suka musik modern atau juga musik tradisional. Sebagian orang menilai musik ini makruh bahkan sebagian lain mengharamkannya. Termasuk menyanyikan tembang Jawapun tidak disukai.
Ada pengalaman saya, saya minta untuk membeli gitar kepada ibu, ibu langsung mengizinkannya, tetapi beliau pesan agar bicara dengan ayah. Sewaktu saya bicara dengan ayah beliau spontan melarang. Kata beliau tidak ada gunanya menghabiskan waktu saja. Tetapi akhirnya saya juga nekat membeli, saya titipkan dirumah teman. Paman saya adik ibu yang paling kecil bisa main gitar, saya belajar dengan beliau. Sikap ibu juga dipengaruhi karena ibu suka dan bisa seni Jawa karawitan. Sehabis peristiwa G 30 S PKI, kegiatan kesenian karawitan di kampong tempat tinggal ayah ibu tidak berjalan lagi. Sebelumnya ayah tidak mengizinkan ibu ikut kegiatan ini, tetapi setelah terjadi kekosongan ini ayah mengizinkan. Bahkan grup seni ini pernah tampil di RRI Surakarta.
Pelajaran seni musik di PGA kebanyakan hanya teori dari belajar not solmisasi dan juga not balok. Kalau praktek nyanyi hanya nyanyian berkaitan dengan nyanyian yang dipelari dalam pelajaran teori. Waktu ujian praktek kalau ada yang bisa main alat musik diperbolehkan. Atau minimal harus bisa menyanyi tembang Jawa yang paling sederhana tembang “mocopat”. Untuk tembang Jawa mocopat ini semua saya pernah mempelajari sewaktu sekolah rakyat didesa. Contoh jenis tembang mocopat ini ialah :
Semua cucu kakek setelah selesai sekolah Rakyat atau madrasah Ibtidaiyah sekolah lanjutannya semua ke PGA (Pedidikan Guru Agama) atau sekolah sekolah dilingkungan Departemen Agama. Kedua saudara sepupu saya yang ikut kakek dibawa oleh paman saya ke Jakarta. Mereka disekolahkan di PGA atau sekolah sekolah dibawah Departemen Agama yang lain. Sebelum kedua saudara sepupus sesungguhnya paman juga sudah membawa berapa orang keluarga dari Surupan ke Jakarta untuk sekolah disana. Setelah tamat ada yang terus bekerja di Jakarta , ada juga yang pulang kembali ke daerah.
Waktu saya kelas 6 saya pindah ke Solo kembali ikut ayah ibu dan masuk kesekolah latihan PGA. Sekolah ini lokasinya disamping Masjid Agung Solo / Surakarta dijalan Slompretan berseberangan dengan Pasar Klewer. Gedung sekolah menyatu dengan gedung PGA. Yang menghadap kearah jalan untuk sekolah Latihan yang menghadap kearah masjid ruang ruang klasnya PGA. Sekolah ini murid muridnya dari sekitar sekolah, sebagian besar anak anak kampong Kauman. Murid muridnya beragam ada juga anak anak Arab dari Pasar Kliwon, ada anak Banjar yang banyak tinggal di Kampong Kemlayan, bahkan ada anak keturunan India, Bombay. Anak India Bombay ini di klas 6 ada 2 orang yang besar anaknya baik dan saya cukup akrab meskipun baru kenal. Tetapi yang kecil agak nakal sering membuli. Secara sikap saya harus banyak berusaha menyesuaikan dengan cara dan perilaku mereka. Saya cukup percaya diri karena secara materi pelajaran tidak masalah baik pelajaran umum maupun pelajaran agama, bahkan dalam beberapa hal saya lebih dari mereka. Ada 3 atau 4 anak dari Surupan yang sekolah di PGA ini bahkan ada yang sudah klas 6. Yang sudah klas 6 ini ada yang praktek mengajar di sekolah latihan, sehingga saya cukup mengenali mereka.
Saya setelah klas 6 sekolah latihan diarahkan untuk masuk ke PGA Negri Solo. Setelah ujian sekolah rakyat saya mengikuti tes masuk PGA. Saya lulus tes masuk ke PGAN Solo. Kalau semata mata hanya dari sekolah latihan/ Rakyat tidak akan bisa lulus tes . Bisa lulus karena saya juga punya latar belakang sekolah madrasah diniyah. Yang ikut tes sangat bahyak, dari sekolah latihan PGA sepertinya tidak ada yang daftar kecuali saya mungkin ini juga menjadi salah satu factor yang menjadi perhatian. Sekolah PGAN ini muridnya enam parallel karena waktu itu satu satunya sekolah PGA Negri di Jawa Tengah sehingga muridnya datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Klas 1 baru murid yang diterima 6 Klas dari klas1 A sampai dengan klas 1F setiap klas 40 orang.
Sekolah PGA ini muridnya banyak karena memang guru agama saat itu terasa sangat kurang. Peminatnya juga banyak karena sekolah ini berikatan dinas, sehingga tiap bulan menerima uang biaya sekolah dan setelah lulus langsung ditugaskan sebagai guru agama dan berstatus pegawai negri. Tetapi setiap lulusan sudah ada perjanjian untuk siap ditempatkan atau ditugaskan dimana saja, meskipun kenyataannya sering ditempatkan didaerah asal mereka karena memang ditempatnya diperlukan. Bahkan suatu saat waktu itu karena lulusan PGA terbatas untuk memenuhi keperluan Guru agama pemerintah / Departemen agama menyelenggarakan Ujian Guru Agama (UGA). Peserta ujian siapa saja yang lulus sekolah madrasah mempunyai pengetahuan agama. Biasanya lulusan lulusan madrasah boleh dikatakan tanpa latar belakang pendidikan didaktik,methodik. Yang saya tahu kabupaten Wonogiri, lulusan PGA setiap tahun bisa dihitung dengan jari bahkan tidak sampai 5 orang, angkatan saya yang berasal dari Kabupaten Wonogiri hanya 3 orang termasuk saya, pada hal pada waktu itu cukup banyak sekolah yang tidak mempunyai guru agama.
Pada waktu saya diminta untuk ikut tes masuk PGA saya sesungguhnya pernah menyampaikan kepada ayah ibu bahwa saya ingin sekolah SMP. Saya juga tidak tahu waktu itu kenapa ingin masuk SMP, mungkin juga sedikit banyak ada pengaruh teman teman sewaktu klas 6 disekolah latihan. Semua murid setahu saya akan masuk SMP. Sewaktu saya sudah diterima di PGA ternyata klas 1 PGA masuk siang. Saya sampaikan kembali keinginan saya kepada ayah ibu untuk sekolah SMP dipagi hari. Ayah saya tidak memasalahkan, silahkan saja asal tetap sekolah PGA. Mungkin ayah juga berfikir waktu sekolah rakyat juga merangkap sekolah madrasah. Saya akhirnya mendaftar masuk ke SMP Muhammadiyah 3 Simpon, jadilah saya pagi masuk SMP siang hari langsung masuk ke PGA.
Sebelum punya sepeda sendiri pagi saya berangkat bersama ayah langsung ke SMP. Lokasi SMPM 3 ini tidak jauh dari kantor ayah. Kantor ayah Kantor Keresidenan Surakarta Jln Slamet Riyadi Gladak. Terletak disebelah selatan Jln Slamet Riyadi sedangkan SMPM 3 diseberangnya selang satu gedung berdekatan dengan kantor pos besar Surakarta. Pulang dari SMP langsung berangkat masuk ke PGA kadang kalao sempat mampir kantor ayah tetapi lebih sering langsung kesekolah PGA. Dibelakang kantor ayah persis diselatannya adalah alun alun Utara. Masjid Agung Surakarta ada disisi barat alon alon. Sekolah PGA disamping masjid sebelah selatan , jadi lokasinya tidak jauh, apalagi kalao meliwati jalan jalan pintas yang saya akhirnya cukup mengenal jalan pintas ini. Setelah mempunyai sepeda sendiri biasanya saya juga menaruh sepeda dikantor ayah, karena kalao bubaran sekolah SMP sering keluarnya ngantri sehingga saya lebih cepat jalan kekantor ayah mengambil sepeda langsung ke PGA, apalagi kalau waktu memang sangat mepet. Yang kadang membuat repot ada kegiatan olahraga sekolah PGA dipagi hari dilapangan alon alon , tidak hanya waktunya bersamaan karena Lapangan olah raga SMPM juga dilapangan yang sama atau berdampingan. Bersyukurnya kegiatan ini tidak terlalu sering.
Setelah satu tahun klas 2 PGA masuk pagi. Sesuai dengan janji saya dengan ayah saya berhenti keluar dari SPPM 3. Mulai mencari sekolah SMP yang masuk siang. Ternyata sulit karena jam pelajaran di PGA sampai siang sampai sehabis sholat lohor, semua sekolah SMP yang masuk siang masuk jam pertama lebih cepat sehingga tidak mungkin selesai pelajaran PGA bisa masuk jam pertama di SMP. Akhirnya saya dapat informasi dari kakak klas di PGA yang sekolah SMP malam hari. Dia tahu bahwa saya keluar dari SMPM3 karena PGA masuk pagi. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan “Pegawai” dan ruangan klasnya memakai ruang ruang sekolah Latihan PGA. Saya memberi tahu kepada ayah dan ibu untuk masuk sekolah malam SMP. Ayah dan ibu tidak memaslahkan dan akhirnya saya mendaftar masuk ke SMP Yayasan “Pegawai” ini.
Ada peristiwa yang unik waktu saya sekolah SMP ini. Murid muridnya banyak yang juga bekerja pada siang hari. Salah satu teman sekelas saya kelihatannya bekerja di Pasar Klewer. Dia katanya sering melihat saya sekolah di PGA. Saya tidak pernah merespon apa yang dia katakan mula mula saya katakan salah lihat saja. Tetapi dia terus mengatakan bahwa dia betul melihat saya dipagi atau siang di PGA. Sesungguh nya saya sambil bercanda,saya katakan itu saudara kembar saya, dia kelihatannya menerima informasi ini serius dan tidak berbicara lagi masalah itu. Sayalah yang akhirnya yang bersikap, pernah bertemu siang hari waktu itu saya berseragam PGA saya yang pura pura tidak kenal, meskipun dia memperhatikan saya waktu itu. Membuat dia makin yakin apa yang saya katakan. Sampai lulus sekolah kelihatannya dia masih beranggapan bahwa saya mempunyai saudara kembar.
Di SMP ini saya juga dapat teman yang pagi hari belajar di sekolah Al Islam. Ternyata dia berasal dari Cangkring Tirtomoyo, di Solo dia kos. Orang tuanya adalah salah satu tokoh masyarakat di Cangkring. Saya beruntung kalau sewaktu waktu ke rumah simbah Cangkring punya teman. Ternyata ayahnya juga kenal dengan ayah saya.
2.2. Dinamika sekolah merangkap
Suasana sekolah di PGA dan SMP sangat berbeda, di PGA suasananya homogen murid muridnya semua laki laki , guru dan semua yang terlibat di kegiatan pembelajaran di sekolah. Mungkin karena pendidikan calon calon guru maka semua tenaga pengajar memberi bagaimana sudah harus mulai bersikap untuk suatu saat menjadi guru. Sehingga interaksi dengan guru dan antar murid terasa lebih dewasa. Bapak bapak guru terasa betul beliau beliau ini bersikap membimmbing dan pergaulan antar murid juga terasa nyaman . Kita cukup akrab dengan teman teman sekelas atau teman yang pernah satu kelas, karena setiap kenaikan klas , murid disetiap klas akan dibaurkan lagi. Jumlah murid yang banyak, dalam satu angkatan ada 6 klas parallel yang masing klas 40 orang, sehingga kita tidak bisa mengenal semua dengan baik.
Buat saya ada guru yang sangat berkesan dalam menyampaikan materi pelajaran maupun cara menyampaikan. Bapak guru pengajar Al Quran materi pelajaran yang disampaikan sangat menarik. Bagaimana cara mengajar membaca al quran dengan contoh contoh yang riil. Bapak gurunya masih muda rapih banyak senyum dan disiplin. Bapak pengajar Bahasa Arab dan insya, orangnya kelihatan keras mahal senyum tetapi cara penyampaian pelajaran menarik dan jelas. Mulai mengajar waktu itu klas 3 dan 4, kalau mengajar satu satunya guru yang memakai kain sarung dan jas. Saya bangga dan sangat berkesan salah satu sebabnya mungkin karena saya pernah diberi penghargaan didalam pelajaran beliau, hasil karangannya saya ditulis “ Ahsantal insya”.
Untuk mata pelajaran umum terutama Ilmu Pasti dan pengetahuan alam dikelas rasanya saya termasuk yang lebih menguasai materi pelajaran. Beberapa teman ada yang tahu bahwa saya sekolah SMP pada malam hari. Pada mata pelajaran aljabar pak guru yang mengajar pernah saya ingat dalam perpangkatan suku dua beliau silap menjelaskan segitiga pascal. Sehingga kalau menghitung hasilnya tidak pas. Waktu itu teman teman yang faham masalah ini saya diminta menjelaskan. Sehingga pada waktu mengerjakan pekerjaan rumah teman teman dapat menyelasaikan dengan baik. Setelah beliau mulai membahas pekerjaan rumah kelihatannya beliau menyadari sehingga bapak guru itu menjelaskan kembali.
Ada Bapak guru yang sangat diingat oleh anak karena mempunyai kebiasaan yang selalu beliau lakukan. Beliau mengajar pelajaran Ushul Fiqih. Setiap menjelaskan suatu masalah bahkan hampir setiap kalimat selalu diakhiri dengan kata kata “ ya kan”. Anak anak kalau beliau mengajar sering membuat tally, setelah selesai pelajaran saling bertanya berapa kali Kata kata “ ya kan “ diucapkan oleh beliau. Hal ini yang selalu saya ingat pada waktu saya mengajar agar tidak melakukan hal semacam ini. Bahkan pada waktu saya menjadi kepala sekolah sering saya mengingatkan kepada teman teman guru, atau saling mengingatkan kalau ada guru teman teman guru yang melakukan hal semacam ini.
Pada sutu hari pada waktu mau sholat dimasjid dijalan menuju masjid dikayu blandar yang kebetulan tidak terlalu tinggi ada tulisan memakai kapur. Tulisan itu bahasa arab tetapi ditulis dengan ejaan latin. Bapak guru nahwu shorof diam berdiri disitu. Beliau cukup kenal dengan saya karena kalau dikelas saya salah satu yang mempunya hafalan tasrifan, baik tasrif lughowi maupun tasrif istilahi.
“ Hai Suhadi kesini “ kata beliau sambil melambaikan tangan kepada saya.
“ Ya pak “ jawab saya sambil mendekati beliau.
“ Siapa yang menulis itu “ sambil menunjuk kearah tulisan yang ada dikayu yang setiap kita menuju masjid lewat dibawahnya. Tanpa menunggu jawaban saya beliau berkata lagi.
“ Ambil penghapus , hapus sampai bersih” sambil beliau tetap berdiri disitu. Saya ambil penghapus dari klas terdekat sambil menarik kursi. Kebetulan ada teman yang badannya lebih tinggi yang segera menghapus sambil berdiri diatas kursi.
“ Memang itu tulisan apa , bapak “ Tanya saya sambil mendekati beliau
“ Itu kata kata jorok “ kata beliau tanpa mau menjelaskan artinya.
Setelah tulisan dihapus bersih baru beliau jalan menuju masjid.
Ada saat yang suasananya berbeda dibanding pada waktu biasa adalah pada waktu penerimaan uang ikatan dinas, biasanya pada akhir bulan. Setiap murid kekantor sesuai urutan perklas satu persatu untuk tanda tangan dan menerima amplop berisi uang ikatan dinas langsung dari bendaharawan sekolah. Wajah wajah cerah berjalan dari ruang kantor kembali menuju klasnya sambil berfikir merinci untuk pengeluaran sesuai dengan keperluan masing masing. Untuk teman teman yang kos pasti untuk membayar kos dan keperluan se hari hari. Untuk saya, saya pisahkan lebih dulu untuk membayar sekolah malam dan sisanya saya selalu laporkan kepada ayah ibu, biasanya saya diminta untuk menyimpannya sendiri.
Suatu hari pada pelajaran olah raga bermain bola di lapangan alun alun. Sedang asyik main ketika sedang lari tempurung lutut kanan kenan bola keras dari sebelah kiri, saya langsung jatuh. Ternyata tempurung lutut bergeser kearah sebelah kanan kaki. Terasa sakit, tetapi kemudian saya berusaha dorong kembali ketempat semula dibantu teman yang saat itu ada didekat saya. Ahamdulillah bisa kembali ketempat semula, terasa njarem, kemeng kemudian saya coba tekuk kaki saya , pelan pelan saya coba ulang beberapa kali. Permainan sementara dihentikan. Saya berdiri berjalan pelan pelan ternyata sudah tidak ada masalah, permainan diteruskan dan saya ikut bermain lagi. Cedera ini baru terasa kembali akibatnya setelah usia diatas 55 tahun
Sangat berbeda suasana dengan sekolah SMP malam. Semua berjalan formal, Bapak ibu guru mengajar terkesan mengejar target. Sisi baiknya semua berjalan ketat, disiplin waktu dan murid murid mau tidak mau harus serius memperhatikan karena sering tidak cukup waktu untuk bertanya. Antar murid tidak cukuip bisa berinteraksi diluar masalah pelajaran. Kita murid biasanya akrab atau intens berinteraksi karena keterkaitan permasalahan saja.
Suasana yang terjadi antara lain karena memang waktu belajar yang sangat terbatas. Waktu belajar mulai jam 7 malam dan selesai selesai jam 9.30. Sehingga dalam kegiatan belajar yang sebenarnya disini beberapa mata pelajaran secara resmi tidak terjadwal diajarkan misalnya , olahraga, seni music / seni rupa, agama, prakarya / ketrampilan. Tidak ada acara khusus seperti upacara, peringatan hari besar baik nasional maupun keagamaan. Semua murid datang, belajar, membayar kewajiban, ujian, selesai. Mungkin juga karena sebagian besar murid sudah bekerja, ada beberapa yang siang hari sekolah yang lain sehingga tujuan utamanya adalah untuk ikut ujian dan mendapat ijazah.
Waktu itu saya ujian akhir tahun SMP tahun 1966,PGA klas 3 tidak ada ujian. Waktu itu sebutannya PGAP atau PGA 4 tahun, jadi ujiannya setelah klas 4. Saya beruntung sehingga tahun itu saya bisa focus menghadapi ujian SMP. Hasil ujian saya dari 13 mata pelajaran jumlah nilainya 105. Pada waktu itu persaratan untuk meneruskan kesekolah ke SMA negri berdasarkan nilai ujian.
Sekolah yang paling favorit di kota Solo adalah SMA Negri 1 Margoyudan. Untuk Persyratan masuk ke SMAN 1 nilai rata rata 8 atau jumlah nilai minimal 104, untuk 13 mata ujian . Hasil ujian saya jumlah nilai 105, berarti memenuhi syarat untuk masuk SMAN 1. Saya sampaikan kepada bapak ibu, beliau puas, Alhamdulillah tidak sia sia sekolah malam. Melihat hasil ini saya tergoda lagi untuk masuk SMA. Saya informasikan bahwa nilai saya bisa untuk masuk SMA 1. Ayah kelihatannya tahu bahwa saya ada keinginan untuk masuk SMAN 1, sebelum saya bicara beliau mengingatkan silahkan cari sekolah SMA tetapi PGA harus selesai. Sayapun tidak jadi menyampaikan keinginan saya karena memang sudah berjanji untuk menyelesaikan sekolah PGA saya.
Sama dengan waktu mencari sekolah SMP, SMA yang masuk siang pada umumnya mulai belajarnya sebelum pelajaran PGA selasai. Saya tetap mencari kalau kalau ada SMA yang masuk malam hari. Akhirnya kembali mendapatkan sekolah SMA yang diselenggarakan oleh yayasan “ Pendidikan Pegawai”. Yayasan ini berbeda dengan yayasan yang menyelenggarakan SMP malam. Hanya SMA ini masuknya jam 4 pulang jam 9.30. Saya menyampaikan kembali kepada Bapak ibu, beliau beliau tidak memasalahkan. Lokasi lebih dekat dari rumah kira kira hanya setengah jalan dibanding dengan SMP malam. Waktu itu SMA ada 4 jurusan yaitu Ilmu pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Ekonomi dan Bahasa. Saya mengambil jurusan Ilmu Pasti.
Sekolah ini suasanaya jauh berbeda dengan waktu di SMP, yang bagaimanapun masih dilingkungan masjid. Sekolah ini ruang belajarnya menempati gedung sekolah Dasar yang lokasi dekat pasar yaitu “Pasar Legi”. Muridnya juga cukup banyak tiap angkatan parallel 3 klas. Sekolah ini melewati waktu magrib, tetapi tidak diberi jadwal untuk waktu sholat. Saya tidak tahu apa guru gurunya ada yang sholat, atau kalau guru mungkin bisa mencari waktu untuk bisa sholat. Untuk murid muridnya dari sekian klas mula mula sepertinya hanya saya sendiri, kalau masuk magrib saya izin keluar untuk sholat di atas meja dikelas yang kosong. Setelah beberapa hari ada satu orang dari klas lain yang nyamperin saya waktu saya mau sholah diatas meja. Ternyata dia juga mau sholat dan mengajak sholat ke mushola (langgar) di seberang jalan sebelah utara sekolah. Sekolah ini menghadap ketimur, jalan keluar masuk dari timur. Untuk ke mushola memutar cukup jauh tapi ternyata ada jalan menerobos (mbrobos) pagar menyeberangi jalan. Berikutnya saya selalu sholat di mushola dan ternyata itulah satu satu nya teman sholat magrib selama sekolah disitu.
Ada bapak guru yang saya ingat betul, bapak guru ilmu alam (fisika) beliau 2 hari perminggu mengajar bertepatan dengan sholat magrib. Akhirnya beliau tahu bahwa saya selalu minta izin keluar kelas . Berikutnya kalu sudah kedengaran adzan beliau memberi isarat kepada saya untuk sholat magrib dan selama saya sholat beliau biasanya tidak menerangkan pelajaran baru, mengerjakan latihan atau mencatat. Setelah saya masuk baru menerangkan atau membahas soal. Saya tidak pernah tahu apakah beliau sholat atau tidak tetapi yang jelas bulan Romadhon beliau puasa. Biasanya kalau masuk magrib beliau keluar, kekantor untuk berbuka puasa. Ada seorang guru yang mengajar sejarah melihat wajah beliau orang Arab. Beliau mengajar seminggu sekali sehingga saya tidak mengenal beliau lebih dekat.
Pada saat di SMA ini saya punya teman China namanya Ma Ching Hing. Disekolah dia sangat dekat dengan saya, setiap tahun baru imlek saya diberi kue ranjang. Setelah selesai sekolah SMA kami masih akrab. Beberapa kali datang kerumah, setelah saya sudah ke Jakarta katanyqa pernah datang. Belakangan saya pernah membaca sebuah tulisan katanya di China kata Muhammad itu untuk nama disingkat menjadi Ma. Dia tahu persis dikelas itu yang namanya memakai Muhammad hanya saya. Saya tidak tahu jangan jangan dia juga muslim. Tetapi tahun itu tahun 1967, rasanya saya tidak pernah mendengar di Solo ada China yang muslim.
Sebaliknya ada teman sekelas yang nama awalnya dengan singkatan huruf M. Dalam pergaulan disekolah tidak dekat dengan saya hanya sekali sekali saja berbicara dengan saya. Saya pikir M itu singkatan dari Maraden, Merari, Maruli, Mangun atau yang lain. Setelah selesai ujian saya sempat melihat ijazahnya ternyata M itu singkatan dari Muhammad.
“ Hai kenapa kamu tidak pernah sholat” kata saya spontan.
“ Nanti kalau sudah tua aku juga sholat “ katanya sambil senyum tidak jelas.
Disaat tahun pertama di SMA bersamaan tahun keempat di PGA. Untuk masuk PGAA (klas 5) melalui ujian. Kembali saya beruntung disamping belajar di SMA saya bisa focus menghadapi ujian. Alhamdulillah bisa saya lalui dengan baik. PGAA gedung sekolahnya pindah ke Jalan Slamet Riyadi berseberangan dengan Stadion Sriwedari Solo. Tempat ini bersejarah karena Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama diselengarakan ditempat ini. Disamping Stadion ini ada Taman Sriwedari, pada waktu itu kebon binatang ada di dalam Taman Sriwedari. Didalamnya juga ada gedung kesenian yang dipakai untuk pentas wayang orang.
Pada masa itu seingat saya klas 5 tahun pertama di PGAA , Band Eka Sapta adalah Grup Band terkenal pada masa itu. Ada jadwal manggung di Stadion Sriwedari. Saya termasuk yang ingin juga melihat tetapi harga karcis masuk cukup mahal. Bicara bicara dengan teman yang juga ingin melihat mencari akal untuk bisa masuk stadion. Tembok stadion cukup tinggi, salah satu peluang kita tahu ada pintu stadion yang ditutup tidak digunakan kearah Taman Sriwedari. Ternyata benar ada juga anak anak yang berusaha masuk dari arah tersebut. Saya dengan beberapa teman bergabung dengan mereka akhirnya diam diam ternyata ada celah untuk menerobos masuk satu persatu yang terlindung semak semak. Akhirnya tercapai juga keinginan bisa masuk didalam stadion.
Di kamplek PGAA ada kantor pengadilqan Agama didepan langsung menghadap ke Jalan Slametriyadi. Untuk jalan masuk sekolah ada akses melalui kanan kiri kantor. Ada juga rumah dinas Kepala sekolah PGA. Jumlah klasnya tetap parallel 6, jadi ada 12 klas semua laki laki. Meskipun setiap tahun klas selalu diaduk saya kebetulan teman sebangku saya waktu kelas satu sampai kelas 6 tetap satu kelas sehingga kami selalu sebangku.Saya sangat akrab dengan teman saya ini sehingga satu meja ini seperti milik bersama. Kalau ada buku, pensil atau barang apapun yang hilang biasanya terbawa oleh yang lain. Di tahun kelima ini materi pelajaran sudah makin lebih spesifik untuk bekal menjadi guru agama. Tetapi diingatkan juga bukan tidak mungkin disuatu sekolah nanti harus menjadi guru kelas. Sudah mulai ada kunjungan ke klas untuk melihat guru mengajar. Kunujungan ini bisa kesekolah latihan atau juga sekolah lain yang sudah ada kerja sama.
Disaat yang sama tahun kedua saya di SMA sudah boleh ikut ujian akhir SMA. Saya berketetapan untuk ikut ujian akhir SMA, sementara bagaimanapun saya harus terus menyiapkan diri sebagai murid klas 5 PGAA dengan materi pelajaran menurut saya semakin spesifik. Tidak seperti waktu SMP pelajaran umum di PGA masih sejalan. Tahun kelima di PGA ini merupakan tahun yang terasa sebagai beban yang harus saya hadapi dengan paling serius selama saya sekolah merangkap. Satu sisi materi materi pelajaran baru di PGAA disisi lain saya harus siap menghadapi ujian akhir di SMA. Alhamdulillah semua bisa dilalui, ujian akhir SMA saya dapat saya selesaikan dengan hasil yang tidak mengecewakan.
Kembali cobaan dan godaan datang lagi. Di Solo belum ada universitas negri, yang ada universitas swasta. Untuk fakultas teknik yang sejak awal menjadi keinginan saya tidak cukup menarik hanya ada di Universitas Cokroaminoto. Satu lagi ada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Cabang Solo. Dari kedua Fakultas tersebut akhirnya saya ikut tes di Fakultas Kedokteran. Sesungguhnya waktu saya lulus dan mendapat ijazah SMA saya sempat bicara deangan ayah untuk ingin ikut tes ke Universitas Gajah Mada di Jogyakarta atau ke Universitas Diponegoro di Semarang. Saya sudah membayangkan jawaban ayah ternyata persis.
“Kamu mau sekolah kemana saja silahkan selama kamu mampu tetapi sekolahmu di PGA harus kamu selesaikan”, yang kemudian akhirnya saya ikut tes fakultas Kedokteran UII. Meskipun seandainya saya tes ke Universitas Negeri saya tidak akan mengambil fakultas kedokteran, karena saya lebih memilih fakultas teknik ( elektro atau mesin). Fakultas Kedokteran UII ini termasuk baru kalau tidak salah angkatan saya adalah angkatan ke lima. Angkatan kelima ini mahasiswa barunya cukup banyak karena jumlahnya lebih dari 100 orang. Sistim pembelajarannya paket dan banyak praktikum lebih dari yang saya bayangkan.
Permasalahan yang saya hadapi timbul lagi di tahun terkhir tahun ke 6 di PGA dan tahun pertama di FK UII. Tetapi ini adalah konsekwensi dari semangat dan keinginan saya dengan resiko resiko yang mesti saya hadapi dan harus saya selesaikan. Disini saya harus memilah mana mana di PGA yang tidak boleh saya tinggalkan dan mana mana kegiatan perkuliahan dan praktikum yang bisa saya bisa tinggalkan. Semua praktikum praktis tidak ada yang bisa ditinggalkan, kalau diperlukan paling bisa digeser waktunya itupun kalau praktikum perseorangan yang praktikum kelompok sama sekali tidak bisa dirubah. Masih untung sebagian pratikum dilakuakan di siang hari atau kebetulan dapat giliran siang. Kalau perkuliahan diwaktu pagi saya lebih sering mempriotaskan kegiatan di PGAA. Hal ini bisa lebih mudah dilakukan karena kuliah hampir selalu seperti kuliah umum, absen bisa titip kepada teman.
Dalam kenyataan alhamdulillah kegiatan yang sangat padat ini dapat saya lalui. Untuk di sekolah PGAA saya terbantu oleh teman semeja saja yang sudah 6 tahun berjalan. Kalau ada kegiatan praktikum di pagi hari saya membolos dari sekolah buku saya tinggal sehingga tidak kelihatan, nanti buku akan diamankan oleh teman sebangku. Usaha yang saya lakukan dengan keras ini cukup berhasil. Hal ini terbukti responsi responsi praktikum bisa saya selesaikan sebagai persaratan menghadapi ujian smester. Dalam ujian smester pertama saya termasuk salah satu dari tidak banyak mahasiswa yang bisa lulus semua mata kulia sekaligus tanpa ada yang mengulang. Disisi lain kegiatan di PGAA dapat saya lalui dengan aman. Sesungguhnya semua ini juga terbantu antara lain karena lokasi perkuliahan dan tempat praktikum yang tidak jauh dari lokasi sekolah.
Keberhasilan dalam smester pertama perkuliahan ini sesungguhnya membuat saya lebih percaya diri karena jujur diawal saya agak minder karena saya yakin teman teman ini pasti dari sekolah yang cukup baik dibandingkan SMA saya ditambah lagi saya menempuh pelajaran di SMA cuma dua tahun. Disisi lain saya menjadi agak sembrono di smester dua sehingga ada 2 mata kuliah yang saya harus mengulang. Atau mungkin juga karena kesibukan saya menyiapkan diri untuk ujian akhir di PGAA.
Ujian akhir tidak hanya ujian tulis, ujian praktek kesenian dan juga ujian praktek mengajar persiapannya cukup menyita waktu. Persiapan ujian praktek mengajar harus konsultasi dengan guru pembimbing. Ujian praktek kesenian, pada umumnya murid PGA tidak bisa memainkan alat musik apapun. Hal ini antara lain orang tua yang menyekolahkan anaknya di PGA pada umumnya tidak suka musik modern atau juga musik tradisional. Sebagian orang menilai musik ini makruh bahkan sebagian lain mengharamkannya. Termasuk menyanyikan tembang Jawapun tidak disukai.
Ada pengalaman saya, saya minta untuk membeli gitar kepada ibu, ibu langsung mengizinkannya, tetapi beliau pesan agar bicara dengan ayah. Sewaktu saya bicara dengan ayah beliau spontan melarang. Kata beliau tidak ada gunanya menghabiskan waktu saja. Tetapi akhirnya saya juga nekat membeli, saya titipkan dirumah teman. Paman saya adik ibu yang paling kecil bisa main gitar, saya belajar dengan beliau. Sikap ibu juga dipengaruhi karena ibu suka dan bisa seni Jawa karawitan. Sehabis peristiwa G 30 S PKI, kegiatan kesenian karawitan di kampong tempat tinggal ayah ibu tidak berjalan lagi. Sebelumnya ayah tidak mengizinkan ibu ikut kegiatan ini, tetapi setelah terjadi kekosongan ini ayah mengizinkan. Bahkan grup seni ini pernah tampil di RRI Surakarta.
Pelajaran seni musik di PGA kebanyakan hanya teori dari belajar not solmisasi dan juga not balok. Kalau praktek nyanyi hanya nyanyian berkaitan dengan nyanyian yang dipelari dalam pelajaran teori. Waktu ujian praktek kalau ada yang bisa main alat musik diperbolehkan. Atau minimal harus bisa menyanyi tembang Jawa yang paling sederhana tembang “mocopat”. Untuk tembang Jawa mocopat ini semua saya pernah mempelajari sewaktu sekolah rakyat didesa. Contoh jenis tembang mocopat ini ialah :
Semua cucu kakek setelah selesai sekolah Rakyat atau madrasah Ibtidaiyah sekolah lanjutannya semua ke PGA (Pedidikan Guru Agama) atau sekolah sekolah dilingkungan Departemen Agama. Kedua saudara sepupu saya yang ikut kakek dibawa oleh paman saya ke Jakarta. Mereka disekolahkan di PGA atau sekolah sekolah dibawah Departemen Agama yang lain. Sebelum kedua saudara sepupus sesungguhnya paman juga sudah membawa berapa orang keluarga dari Surupan ke Jakarta untuk sekolah disana. Setelah tamat ada yang terus bekerja di Jakarta , ada juga yang pulang kembali ke daerah.
Waktu saya kelas 6 saya pindah ke Solo kembali ikut ayah ibu dan masuk kesekolah latihan PGA. Sekolah ini lokasinya disamping Masjid Agung Solo / Surakarta dijalan Slompretan berseberangan dengan Pasar Klewer. Gedung sekolah menyatu dengan gedung PGA. Yang menghadap kearah jalan untuk sekolah Latihan yang menghadap kearah masjid ruang ruang klasnya PGA. Sekolah ini murid muridnya dari sekitar sekolah, sebagian besar anak anak kampong Kauman. Murid muridnya beragam ada juga anak anak Arab dari Pasar Kliwon, ada anak Banjar yang banyak tinggal di Kampong Kemlayan, bahkan ada anak keturunan India, Bombay. Anak India Bombay ini di klas 6 ada 2 orang yang besar anaknya baik dan saya cukup akrab meskipun baru kenal. Tetapi yang kecil agak nakal sering membuli. Secara sikap saya harus banyak berusaha menyesuaikan dengan cara dan perilaku mereka. Saya cukup percaya diri karena secara materi pelajaran tidak masalah baik pelajaran umum maupun pelajaran agama, bahkan dalam beberapa hal saya lebih dari mereka. Ada 3 atau 4 anak dari Surupan yang sekolah di PGA ini bahkan ada yang sudah klas 6. Yang sudah klas 6 ini ada yang praktek mengajar di sekolah latihan, sehingga saya cukup mengenali mereka.
Saya setelah klas 6 sekolah latihan diarahkan untuk masuk ke PGA Negri Solo. Setelah ujian sekolah rakyat saya mengikuti tes masuk PGA. Saya lulus tes masuk ke PGAN Solo. Kalau semata mata hanya dari sekolah latihan/ Rakyat tidak akan bisa lulus tes . Bisa lulus karena saya juga punya latar belakang sekolah madrasah diniyah. Yang ikut tes sangat bahyak, dari sekolah latihan PGA sepertinya tidak ada yang daftar kecuali saya mungkin ini juga menjadi salah satu factor yang menjadi perhatian. Sekolah PGAN ini muridnya enam parallel karena waktu itu satu satunya sekolah PGA Negri di Jawa Tengah sehingga muridnya datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Klas 1 baru murid yang diterima 6 Klas dari klas1 A sampai dengan klas 1F setiap klas 40 orang.
Sekolah PGA ini muridnya banyak karena memang guru agama saat itu terasa sangat kurang. Peminatnya juga banyak karena sekolah ini berikatan dinas, sehingga tiap bulan menerima uang biaya sekolah dan setelah lulus langsung ditugaskan sebagai guru agama dan berstatus pegawai negri. Tetapi setiap lulusan sudah ada perjanjian untuk siap ditempatkan atau ditugaskan dimana saja, meskipun kenyataannya sering ditempatkan didaerah asal mereka karena memang ditempatnya diperlukan. Bahkan suatu saat waktu itu karena lulusan PGA terbatas untuk memenuhi keperluan Guru agama pemerintah / Departemen agama menyelenggarakan Ujian Guru Agama (UGA). Peserta ujian siapa saja yang lulus sekolah madrasah mempunyai pengetahuan agama. Biasanya lulusan lulusan madrasah boleh dikatakan tanpa latar belakang pendidikan didaktik,methodik. Yang saya tahu kabupaten Wonogiri, lulusan PGA setiap tahun bisa dihitung dengan jari bahkan tidak sampai 5 orang, angkatan saya yang berasal dari Kabupaten Wonogiri hanya 3 orang termasuk saya, pada hal pada waktu itu cukup banyak sekolah yang tidak mempunyai guru agama.
Pada waktu saya diminta untuk ikut tes masuk PGA saya sesungguhnya pernah menyampaikan kepada ayah ibu bahwa saya ingin sekolah SMP. Saya juga tidak tahu waktu itu kenapa ingin masuk SMP, mungkin juga sedikit banyak ada pengaruh teman teman sewaktu klas 6 disekolah latihan. Semua murid setahu saya akan masuk SMP. Sewaktu saya sudah diterima di PGA ternyata klas 1 PGA masuk siang. Saya sampaikan kembali keinginan saya kepada ayah ibu untuk sekolah SMP dipagi hari. Ayah saya tidak memasalahkan, silahkan saja asal tetap sekolah PGA. Mungkin ayah juga berfikir waktu sekolah rakyat juga merangkap sekolah madrasah. Saya akhirnya mendaftar masuk ke SMP Muhammadiyah 3 Simpon, jadilah saya pagi masuk SMP siang hari langsung masuk ke PGA.
Sebelum punya sepeda sendiri pagi saya berangkat bersama ayah langsung ke SMP. Lokasi SMPM 3 ini tidak jauh dari kantor ayah. Kantor ayah Kantor Keresidenan Surakarta Jln Slamet Riyadi Gladak. Terletak disebelah selatan Jln Slamet Riyadi sedangkan SMPM 3 diseberangnya selang satu gedung berdekatan dengan kantor pos besar Surakarta. Pulang dari SMP langsung berangkat masuk ke PGA kadang kalao sempat mampir kantor ayah tetapi lebih sering langsung kesekolah PGA. Dibelakang kantor ayah persis diselatannya adalah alun alun Utara. Masjid Agung Surakarta ada disisi barat alon alon. Sekolah PGA disamping masjid sebelah selatan , jadi lokasinya tidak jauh, apalagi kalao meliwati jalan jalan pintas yang saya akhirnya cukup mengenal jalan pintas ini. Setelah mempunyai sepeda sendiri biasanya saya juga menaruh sepeda dikantor ayah, karena kalao bubaran sekolah SMP sering keluarnya ngantri sehingga saya lebih cepat jalan kekantor ayah mengambil sepeda langsung ke PGA, apalagi kalau waktu memang sangat mepet. Yang kadang membuat repot ada kegiatan olahraga sekolah PGA dipagi hari dilapangan alon alon , tidak hanya waktunya bersamaan karena Lapangan olah raga SMPM juga dilapangan yang sama atau berdampingan. Bersyukurnya kegiatan ini tidak terlalu sering.
Setelah satu tahun klas 2 PGA masuk pagi. Sesuai dengan janji saya dengan ayah saya berhenti keluar dari SPPM 3. Mulai mencari sekolah SMP yang masuk siang. Ternyata sulit karena jam pelajaran di PGA sampai siang sampai sehabis sholat lohor, semua sekolah SMP yang masuk siang masuk jam pertama lebih cepat sehingga tidak mungkin selesai pelajaran PGA bisa masuk jam pertama di SMP. Akhirnya saya dapat informasi dari kakak klas di PGA yang sekolah SMP malam hari. Dia tahu bahwa saya keluar dari SMPM3 karena PGA masuk pagi. Sekolah ini didirikan oleh Yayasan “Pegawai” dan ruangan klasnya memakai ruang ruang sekolah Latihan PGA. Saya memberi tahu kepada ayah dan ibu untuk masuk sekolah malam SMP. Ayah dan ibu tidak memaslahkan dan akhirnya saya mendaftar masuk ke SMP Yayasan “Pegawai” ini.
Ada peristiwa yang unik waktu saya sekolah SMP ini. Murid muridnya banyak yang juga bekerja pada siang hari. Salah satu teman sekelas saya kelihatannya bekerja di Pasar Klewer. Dia katanya sering melihat saya sekolah di PGA. Saya tidak pernah merespon apa yang dia katakan mula mula saya katakan salah lihat saja. Tetapi dia terus mengatakan bahwa dia betul melihat saya dipagi atau siang di PGA. Sesungguh nya saya sambil bercanda,saya katakan itu saudara kembar saya, dia kelihatannya menerima informasi ini serius dan tidak berbicara lagi masalah itu. Sayalah yang akhirnya yang bersikap, pernah bertemu siang hari waktu itu saya berseragam PGA saya yang pura pura tidak kenal, meskipun dia memperhatikan saya waktu itu. Membuat dia makin yakin apa yang saya katakan. Sampai lulus sekolah kelihatannya dia masih beranggapan bahwa saya mempunyai saudara kembar.
Di SMP ini saya juga dapat teman yang pagi hari belajar di sekolah Al Islam. Ternyata dia berasal dari Cangkring Tirtomoyo, di Solo dia kos. Orang tuanya adalah salah satu tokoh masyarakat di Cangkring. Saya beruntung kalau sewaktu waktu ke rumah simbah Cangkring punya teman. Ternyata ayahnya juga kenal dengan ayah saya.
2.2. Dinamika sekolah merangkap
Suasana sekolah di PGA dan SMP sangat berbeda, di PGA suasananya homogen murid muridnya semua laki laki , guru dan semua yang terlibat di kegiatan pembelajaran di sekolah. Mungkin karena pendidikan calon calon guru maka semua tenaga pengajar memberi bagaimana sudah harus mulai bersikap untuk suatu saat menjadi guru. Sehingga interaksi dengan guru dan antar murid terasa lebih dewasa. Bapak bapak guru terasa betul beliau beliau ini bersikap membimmbing dan pergaulan antar murid juga terasa nyaman . Kita cukup akrab dengan teman teman sekelas atau teman yang pernah satu kelas, karena setiap kenaikan klas , murid disetiap klas akan dibaurkan lagi. Jumlah murid yang banyak, dalam satu angkatan ada 6 klas parallel yang masing klas 40 orang, sehingga kita tidak bisa mengenal semua dengan baik.
Buat saya ada guru yang sangat berkesan dalam menyampaikan materi pelajaran maupun cara menyampaikan. Bapak guru pengajar Al Quran materi pelajaran yang disampaikan sangat menarik. Bagaimana cara mengajar membaca al quran dengan contoh contoh yang riil. Bapak gurunya masih muda rapih banyak senyum dan disiplin. Bapak pengajar Bahasa Arab dan insya, orangnya kelihatan keras mahal senyum tetapi cara penyampaian pelajaran menarik dan jelas. Mulai mengajar waktu itu klas 3 dan 4, kalau mengajar satu satunya guru yang memakai kain sarung dan jas. Saya bangga dan sangat berkesan salah satu sebabnya mungkin karena saya pernah diberi penghargaan didalam pelajaran beliau, hasil karangannya saya ditulis “ Ahsantal insya”.