Cerpen
Disukai
1
Dilihat
4,765
Fatal Curve
Misteri

Disclaimer: Cerpen ini terinspirasi dari kecelakaan kereta di tikungan Morpeth pada tahun 1969, 1984, dan tahun 1992. Cerita ini juga mengandung beberapa referensi dari cerpen "After Impact"

.

.

.

Eris mulai curiga dengan gelagat pria bertuksedo hitam di depannya. Terlebih pin yang terpasang di kerah kemeja dan di kantong pria itu membuat Eris tidak nyaman. Pria yang lebih tua itu mengajak Eris makan malam di sebuah restoran mewah. Perilaku yang hampir tidak mungkin dilakukan atasannya sendiri. Karena Eris paham betul se-pelit apa atasannya.

"Direktur Wyatt, Direktur Utama World Union Trade and Commerce mengundang seorang investigator dari Biro Keselamatan Transportasi. Tentu saja aku punya banyak pertanyaan. Jadi, sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan? Aku tahu kau punya maksud tertentu mengajakku ke restoran mewah seperti ini." Tanpa peduli situasi Eris mulai mengkonfrontasi pria yang duduk di seberang.

"Kau benar-benar tidak sabaran Eris. Tenang, aku tidak bermaksud buruk. Justru aku akan memberimu jalan menuju pundi-pundi uang," kilah pria tua itu.

"Justru karena itu aku curiga. Pasti ada sesuatu. Seperti kasus pesawat jatuh di pegunungan Hayan kemarin," omel Eris.

Pria yang lebih tua hanya bisa tersenyum lebar. Ironisnya, Eris paling tidak suka senyuman itu.

"Kau memang berbakat Eris. Meskipun kau tidak suka situasi seperti ini, tapi ini yang kita hadapi. Menyelaraskan agenda konspirasi juga salah satu pekerjaan tidak tertulis dari World Union. Kau tahu bukan? World Union dibuat oleh para Sage, tentu kita punya tujuan yang selaras dengan para Sage. Aku yakin kau sudah mendengar banyak tentang hal ini selama pembekalan menjadi investigator. Tenang saja, ke depan nanti akan ada banyak situasi seperti ini lagi. Kau tahu betul bukan pilihanmu hanya ada dua. Tetap di sini dan menghadapi situasi seperti ini, atau pergi tanpa status apapun. Aku rasa kau tahu betul konsekuensi dari semua pilihan itu Eris. Aku berharap kau juga tidak melupakan utang budimu pada organisasi." Nada bicara Wyatt berubah menjadi lebih rendah dan serius.

Sedangkan si bawahan hanya bisa menghela napas. Wanita itu sadar, ia tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau Eris harus menekan kuat egonya.

"Baik, saya mengerti. Jadi kasus apa yang harus saya selesaikan?" tanya Eris mendadak berubah formal.

Sang lawan bicara memberikan sebuah amplop cokelat yang cukup tebal. Tanpa basa-basi Eris menerima amplop itu dan membuka isinya. Halaman pertama yang mencolok dari beberapa lembar kertas itu adalah sebuah artikel berita. Telah terjadi sebuah kecelakaan kereta di sebuah kota bernama Morano. Kota itu terletak di pinggir barat benua Almirah, bertetangga langsung dengan kerajaan Acardia. Terkenal sebagai kota independen yang tidak terikat negeri manapun. Seperti Organisasi World Union yang independen dan tidak terikat oleh negara.

"Kecelakaan kereta?" tanya Eris yang masih tidak mengerti kenapa kecelakaan itu menjadi spesial. Tidak seperti kecelakaan pesawat di Kerajaan Canine, menurut Eris kecelakaan ini tidak urgent. Tapi Eris masih membaca skimming beberapa artikel yang ada.

"Ya, kereta yang mengalami kecelakaan adalah kereta sleeper luxury khusus. Kecelakaan itu menewaskan 6 orang penumpang dalam satu gerbong yang sama. Dari dua belas gerbong kereta yang ditarik semua gerbongnya anjlok dan lepas dari rangkaian kereta. Ajaibnya lokomotif yang digunakan berhasil sampai di stasiun," ujar Sang Atasan.

Alis Eris malah makin bertaut.

"Aku tidak melihat ada yang aneh dari kasus ini," cecar Eris.

"Terlihat seperti itu, tapi instingku tidak berkata demikian. Berdasarkan artikel itu, lokomotif yang digunakan saat kejadian adalah lokomotif Class 85 "Jet Liner". Lokomotif keluaran Gryphon yang menggunakan sistem komputerisasi berbasis Mana. Memang sebelumnya tidak ada kecelakaan berkaitan dengan lokomotif Class 85, tapi aku merasa ada sesuatu yang ganjil. Menariknya, sistem komputerisasi yang sama juga digunakan di pesawat yang jatuh pegunungan Hayan kemarin. Sampai saat ini, kita masih belum tahu metode yang digunakan orang-orang Gryphon untuk menjatuhkan pesawat itu.

Beberapa info yang aku dapatkan, Gryphon sengaja membiarkan beberapa penemuan mereka tanpa hak cipta atau paten. Tentu saja karena masuk ranah open source, banyak yang menggunakan penemuan mereka. Aku ingin kau menyelidiki hal ini lebih mendalam. Kalau sampai alat itu membahayakan, kita bisa membawa Gryphon Technological and Science department ke jalur hukum sekaligus menekan dominasi Gryphon di organisasi," jelas Wyatt.

"Sepertinya kau benar-bener menyimak penjelasan Chief Peter," sindir Eris.

"Yep, dia memberiku penjelasan panjang tentang lokomotif itu. Dia bilang, kau akan mendengarkanku kalau aku menjelaskannya dengan detil." Eris menghela napas mendengar jawaban Wyatt.

"Kalau begitu, aku akan pergi ke Morano setelah konferensi pers kecelakaan pesawat di gunung Hayan." Eris menutup kembali amplop cokelat yang dibawanya.

"Tidak kau akan berangkat malam ini juga," ucap atasan Eris tiba-tiba.

Kini tatapan Eris berubah jadi horor. Pasalnya Eris bertanggung jawab dalam acara konferensi pers kecelakaan pesawat di pegunungan Hayan. Tak hanya itu, Eris juga menyusun laporan kecelakaan itu. Meskipun laporan itu sudah selesai, tapi Eris juga harus menyiapkan acara konferensi pers.

"Tunggu dulu, acara konferensi pers itu akan diadakan tiga hari yang akan datang. Apa kau gila? Aku tidak punya staff tambahan selain tiga anak magang yang hampir tidak pernah tidur!" ucap Eris yang tersulut emosi setelah mendengar permintaan aneh si atasan.

Jikalau bukan karena memiliki kedudukan yang lebih tinggi, Eris pasti sudah membunuh pria tua itu.

"Tenang, Peter akan mengambil alih acara konferensi pers itu. Kau hanya perlu mengirimkan semua data kepadaku. Aku ingin kau mengejar lokomotif yang terlibat kecelakaan sebelum masuk balai yasa," ujar Wyatt berusaha menenangkan Eris.

Sedangkan Eris hanya bisa menghela napas panjang. Setidaknya sebagian rasa jengkel dan marah sudah meluruh dari hati. Setidaknya ia tidak harus terbang ke sana kemari setiap dua hari sekali. Terlebih Eris harus naik pesawat komersil, jelas itu sangat melelahkan dan membuang banyak waktu.

"Kalau begitu aku minta waktu dua minggu penuh di Morano," tambah Eris.

"Take your time Eris." Wyatt mengangguk setuju. Pria tua itu kemudian menyodorkan sebuah kotak kecil kepada Eris.

Eris menerima kotak kecil itu dan membukanya. Sebuah cincin dari batu berwarna merah darah ada di kotak kecil itu. Alis Eris makin bertaut. Dari penampilan dan motif batu cincin itu, Eris tahu ini adalah cincin Mana. Cincin yang bisa digunakan untuk mengakses kekuatan Mana. Cincin ini hanya bisa digunakan orang-orang tertentu yang memiliki lisensi. Meskipun Eris sendiri bisa menggunakan cincin tersebut, namun ia tidak memiliki lisensi.

"Untuk apa kau memberiku cincin ini?" tanya Eris.

"Untuk berjaga-jaga. Kau penyihir level 6 bukan? Mungkin akan ada banyak gangguan di Morano. Kota itu punya hukum yang sedikit berbeda dari kebanyakan kota di dunia. Bahkan kasus ini adalah permintaan dari sebuah kelompok mafia dari sana. Tapi aku tetap tidak bisa membiarkanmu terlibat urusan dapur apalagi basement kota itu. Cincin itu adalah satu-satunya cara yang terpikir di otakku," jelas Wyatt.

Eris mengambil cincin itu dan memasang ke jari manis. Sambil tersenyum miring Eris menunjukkan cincin yang dipakainya. Cincin itu pas sekali di tangan Eris.

"Aku harap istrimu tidak cemburu Direktur Wyatt. Mengingat istrimu menikah dengan buaya darat. Aku kasihan dengannya," ledek Eris.

"Cincin istriku lebih mahal dan mewah. Jadi kau tidak perlu khawatir." Tentu saja lawan bicara Eris hanya bisa tersenyum lebar. Pria yang lebih tua itu sudah banyak makan asam dan garam. Ledekan Eris hanya akan menjadi bumbu pelengkap saja.

Keduanya berganti topik dengan negosiasi menjelang konferensi pers kecelakaan pesawat di pegunungan Hayan. Setelah mengobrol cukup lama, Eris pamit pergi.

Setelah senja menyingsing, Eris mulai menata barang-barangnya ke dua koper besar dan satu koper kabin. Salah satu koper besar berisi dokumen-dokumen yang sudah terjilid rapi. Koper itu akan diberikan kepada Wyatt sebelum Eris berangkat ke Morano. Dengan begitu Eris tidak perlu berkutat lagi dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat di pegunungan Hayan. Belum selesai Eris menata tiba-tiba bel pintu apartemennya berbunyi.

Tanpa pikir panjang Eris membuka pintu apartemennya. Namun wanita itu terdiam melihat dua orang berbaju hitam rapi dengan emblem emas mentereng di dada. Sedangkan Eris masih mengenakan kemeja berantakan. Bahkan kantung mata Eris terlihat jelas seperti zombie.

"Siapa kalian?" tanya Eris yang kebingungan.

"Perkenalkan saya Sasaki dan ini rekan saya Yuki. Kami dari klan Hanamaru. Anda pasti nona Eris Hildegrand dari Biro Keselamatan Transportasi World Union. Kami klan Hanamaru akan menjamin keselamatan anda selama penyelidikan kasus kecelakaan kereta di Morano," jelas seorang pria berambut cokelat kemerahan.

Rekannya yang berambut hitam membungkukkan badan lalu melanjutkan penjelasan.

"Kami akan mengawal dan melindungi nona Eris sejak keberangkatan sampai anda kembali lagi ke sini. Maafkan kami yang lancang datang tanpa pemberitahuan resmi sebelumnya."

Eris kemudian membuka pintu apartemen lebar-lebar. Membiarkan dua orang asing itu masuk dan melihat langsung isi apartemen Eris. Apartemen tempat Eris tinggal sebenarnya cukup bagus dan mewah. Hanya saja apartemen itu dalam kondisi berantakan. Dapur apartemen dipenuhi cangkir kopi yang saling bertumpuk di wastafel. Sebuah sofa besar yang menghadap di depan TV malah dipenuhi kertas-kertas yang menggunung. Meja kerja Eris lebih berantakan lagi. Dinding ruang kerja Eris dipenuhi stiky notes yang tidak tertata. Beberapa meja dipenuhi kertas-kertas. Meja komputer yang menyimpan banyak botol dan gelas di sebelah layar dan mouse. Kertas-kertas juga memenuhi lantai ruang kerja hingga ke area tidur. Nakas hingga lantai sebelah tempat tidur juga dipenuhi kertas. Diatas kasur kini terdapat tiga koper yang terbuka dan sedang ditata isinya.

Eris menarik kursi dari meja kerjanya dan sebuah kursi kecil dari meja makan.

"Maafkan aku, beberapa bulan terakhir aku tidak sempat membereskan apartemen ini. Karena aku harus terus berpindah lokasi dan jarang sekali pulang. Aku harap kalian bisa memaklumi kondisi ini. Kalian bisa duduk di kursi ini sementara menungguku menata barang bawaan." Eris mempersilakan Sasaki dan Yuki duduk.

"Tidak perlu khawatir nona Eris. Kami sangat terbiasa dengan berbagai situasi. Hal seperti ini bukan masalah bagi kami," ucap Sasaki yang tersenyum ramah.

Tanpa menjawab Eris melirik jam tangannya kemudian lanjut menata barang-barangnya. Satu jam kemudian Eris selesai bersiap. Ia sudah mandi, menutup kantung matanya dengan makeup dan selesai menyiapkan semua barang.

Dibantu Sasaki dan Yuki, Eris turun membawa tiga koper dan sebuah tas duffle. Setelah sampai di lobby apartemen, Eris membawa salah satu koper besar ke resepsionis.

"Anne, bagaimana kabarmu? Jarang sekali aku melihatmu di shift malam," sapa Eris.

Wanita penjaga resepsionis itu tersenyum lebar.

"Itu karena Eris tidak pernah pulang. Aku sering shift malam di sini. Oh iya, kau mau menitipkan koper itu?" tanya wanita yang dipanggil Anne itu.

"Ya, mungkin anak buah Direktur Wyatt atau Chief Peter akan mengambilnya. Aku harus terbang malam ini. Jadi aku tidak bisa mengantarkan koper ini ke kantor." Eris menyerahkan koper yang dibawanya kepada Anne.

"Baiklah hati-hati di jalan Eris. Ini titipan dari Letnan Kolonel Raihan dari Gryphon. Katanya Eris bisa menghubungi nomor itu jika diperlukan." Anne malah menyodorkan sebuah amplop kepada Eris.

Sang investigator hanya menerima amplop itu dan pamit pergi. Perjalanan Eris berlanjut ke bandara.

Eris diarahkan naik ke sebuah mobil sedan mahal. Ia dikawal dengan rombongan ala pejabat hingga ke bandara. Baru kali ini Eris merasa diperlakukan seperti pejabat. Padahal Eris yakin kalau ia hanya seorang investigator kelas menengah. Eris tidak pernah menyangka klan dari Morano imemfasilitasi Eris dengan mobil sedan mewah dan jet pribadi. Meskipun memang bukan pertama kali naik pesawat non komersil, tapi tetap saja Eris masih tidak percaya. Pasalnya, organisasi World Union yang membawahi Biro Keselamatan Transportasi Internasional tidak memberikan fasilitas seperti klan Hanamaru.

Biasanya Eris akan mendapatkan tiket kelas bisnis gratis setiap perjalanan menggunakan kartu anggota Biro Keselamatan Transportasi. Hanya pejabat tinggi seperti Direktur Wyatt dan di atasnya yang bisa menikmati pesawat non komersil. Sedangkan Eris hanya bisa menikmati di saat-saat tertentu. Itupun setelah diundang sepupunya yang bekerja di World Union Trade and Commerce Bureau.

Perjalanan selama 8 jam di udara benar-benar nyaman. Untuk pertama kali setelah sekian lama, Eris bisa tidur nyenyak dan merasa kembali hidup. Saat Eris bangun pesawat masih berada di atas awan, di ketinggian 32.000 kaki di atas permukaan laut. Perjalanan masih harus menempuh 4 jam lagi. Di bangku yang dekat pintu cockpit, beberapa orang dari anggota klan Hanamaru sedang berkoordinasi. Setelah melihat panel di atas kepala, Eris berdiri dan merapikan pakaiannya. Kemudian menurunkan sandaran kaki dan mengeluarkan sebuah buku tebal dari duffle bag.

Eris sempat membaca buku tebal yang ia bawa. Meskipun hanya membaca skimming, ia berhasil menandai beberapa bagian yang menurutnya penting. Bagian itu terkait dengan sistem komputerisasi yang mengatur input dan output kecepatan kereta. Tidak seperti pesawat yang memiliki banyak indikator dan sensor, kereta bergantung pada input masinis. Ini karena sistem persinyalan kereta tidak terhubung dengan kereta itu sendiri. Masinis adalah satu-satunya orang yang bisa membaca sistem persinyalan kereta. Ibaratkan mobil, rambu-rambu lalulintas hanya bisa dipahami oleh pengemudi.

Namun Lokomotif Class 85 buatan Gryphon memiliki keunggulan dari kebanyakan lokomotif. Keunggulan itu berasal dari sistem komputerisasi input dan output. Sistem ini sangat berguna untuk kereta yang menempuh jalur berbukit dan berkelok-kelok. Sistem ini dilengkapi mini gyroscope untuk mendeteksi kemiringan kereta. Sehingga saat kereta dalam posisi menanjak, sistem akan memberikan daya secara otomatis. Begitupula saat melewati tikungan. Sistem akan secara otomatis memenambah dan mengurangi kecepatan untuk menyeimbangkan kereta di tikungan. Keunggulan ini didukung dengan teknologi input data batas kecepatan dan perhitungan GPS. Membuat lokomotif ini mendapatkan julukan "jet Liner", karena sistem pengoperasiannya lebih mirip dengan pesawat jet yang memiliki sistem auto pilot.

Tentu saja dengan teknologi yang sangat maju seperti ini, kecelakaan kereta bisa diminimalisir. Hanya saja kasus kali ini cukup janggal menurut Wyatt. Eris bisa mengerti hal itu. Sistem pada lokomotif Class 85 diciptakan untuk mencegah kecelakaan di tikungan, turunan dan tanjakan. Tidak terkecuali tikungan di Morano. Tikungan itu adalah makanan sehari-hari lokomotif Class 85 sejak lima tahun terakhir. Tentu saja ini sangat aneh. Karena kebanyakan kecelakaan di tikungan seperti di Morano, terjadi karena overspeed. Kereta melaju dengan kecepatan jauh dari batas aman. Akibat kereta melaju dengan kecepatan tinggi, keseimbangan gerbong dan lokomotif hilang. Dampak yang paling ringan dialami kereta tersebut adalah anjloknya kereta. Kereta akan keluar dari rel. Jika kereta anjlok dengan kecepatan tinggi, besar kemungkinan kereta akan terguling atau bahkan terlempar keluar rel. Inilah yang terjadi di Morano.

Yang kini menjadi pertanyaan bagi Eris, bagaimana bisa kereta tersebut overspeed? Bukankah sistem komputerisasi dapat mengurangi kecepatan kereta? Apakah ada kelalaian dalam proses input data? Apakah terjadi eror pada sistem komputerisasi? Atau justru ada faktor lain yang menyebabkan kereta melaju tak terkendali? Namun pertanyaan-pertanyaan itu bisa ditunda sementara dengan nikmatnya penerbangan dengan jet pribadi.

Perjalanan udara Eris sangat memuaskan. Ia mendapatkan servis terbaik ala kelas eksekutif dengan sarapan yang sangat enak. Pilot juga berhasil mendaratkan pesawat dengan lembut, guncangan akibat roba pesawat dan daratan sama sekali tidak terasa. Cuaca sangat cerah dan mendung hampir tidak terlihat. Eris menikmati perjalan itu.

Selesai melewati bagian imigrasi, beberapa anggota klan sudah menyambut Eris.

"Selamat datang di Morano nona Eris Hildegrand," sambut seorang pria berambut pirang dengan anting kristal yang menarik perhatian.

"Semoga anda menikmati penerbangan yang kami sediakan," sapa seorang pria yang membawa katana.

Sasaki maju memperkenalkan dua anggota klan yang tak dikenal itu.

"Mereka adalah orang terbaik kami, Tetsuya dan Haku. Mereka yang akan mengawal perjalanan anda selama di Morano," jelas Sasaki.

"Mohon bantuan dan kerjasamanya." Eris menyalami Tetsuya dan Haku bergantian.

"Kami akan mengantarkan nona Eris ke penginapan. Sebaiknya hari ini anda istirahat. Anda pasti lelah setelah terbang selama 12 jam dari Republik Stratavolca ke sini," ucap Sasaki.

"Tidak, aku tidak mau. Aku harus pergi ke Stasiun Morano sekarang juga." Eris berkacak pinggang, melontarkan ekspresi tidak suka.

"Saat ini kondisi stasiun kereta Morano masih belum kondusif. Proses evakuasi gerbong masih berlangsung dan belum selesai. Itu sangat berbahaya bagi anda," kilah Sasaki.

"Kau pikir aku ini apa? Profesor yang berkunjung kesini untuk mencari nama? Aku investigator, bukan diplomat bukan juga politikus. Aku ke sini menginvestigasi kecelakaan. Aku harus datang ke TKP untuk menyelidik, bukan duduk manis menunggu evakuasi," cecar Eris.

"Ada banyak alat berat dan gerbong - gerbong kereta yang masih belum diangkat. Posisinya tidak stabil, sangat berbahaya jika anda ke sana. Kami hanya ingin memastikan keselamatan anda," Haku membuka suara.

"Kalian tidak jujur padaku. Apa yang kalian inginkan dariku? Hasil apa yang kalian harapkan? Kalian pikir aku hanya akan menulis sesuatu tanpa melihat langsung tempat kejadian perkara? Maaf, tapi aku tidak bekerja dengan cara seperti itu." Emosi Eris naik sambil menatap tajam Sasaki dan rekan-rekannya.

Eris tahu betul ia harus mengarang sesuatu seperti kasus kecelakaan pesawat di pegunungan Hayan. Tapi ia juga tidak bisa mengarang tanpa bukti yang jelas. Ia bisa kehilangan pekerjaan dan merusak nama baik Biro Keselamatan Transportasi World Union.

Sasaki dan rekan-rekannya saling memandang satu sama lain. Kemudian mereka setuju mengawal Eris ke Stasiun Morano. Hanya dalam waktu setengah jam, Eris sampai di Stasiun Morano. Setelah bertemu sejenak dengan kepala stasiun, Eris diarahkan ke sekitar Dipo lokomotif. Tanpa berbasa-basi, Eris menuju lokomotif dan kereta yang mengalami kecelakaan.

Terdapat tiga gerbong yang berhasil dievakuasi dan kini terparkir di jalur tambahan Dipo lokomotif Stasiun Morano. Di barisan gerbong itu, lokomotif yang menjadi penyebab kecelakaan terparkir paling ujung. Bersama kepala stasiun, Eris mengelilingi lokomotif itu.

"Menarik sekali, apa kecelakaan seperti kereta anjlok sering terjadi di Morano?" Eris berhenti sejenak mengamati roda lokomotif.

"Ya beberapa kali, namun tidak separah kali ini. Kami sudah mengimprovisasi sistem persinyalan di sini. Kami berusaha mencegah hal tersebut terjadi lagi. Salah satu implementasinya, ada sanksi khusus dari perusahaan kereta api jika masinis melebihi batas kecepatan. Terlebih tikungan itu hanya memiliki satu jalur dan sepanjang 2km sebelum dan sesudah tikungan memiliki batas kecepatan 60km per jam. Kecelakaan seperti ini akan mengganggu jadwal kereta api yang lain," jelas sang kepala stasiun.

"Apa ada gangguan sistem persinyalan sebelum kejadian?" tanya Eris lagi.

"Tidak ada. Semua dalam kondisi baik. Beberapa jam sebelum kejadian, kami telah melakukan maintenance rutin persinyalan dan rel. Semua keluar dengan hasil yang baik," jawab sang kepala stasiun.

Eris mengangguk mengerti. Sang investigator kemudian mendekati Sasaki yang sejak tadi berdiri mengawasi sekitar.

"Sasaki, aku yakin kalian dari Klan Hanamaru akan sangat senang bisa berkontribusi dalam penyelidikan kasus ini."

Perkataan Eris disambut senyuman oleh Sasaki.

"Tentu saja nona Eris. Kami akan sangat senang bisa membantu penyelidikan ini," jawab pria itu.

"Kalau begitu kalian juga bisa memberi beberapa sumber informasi yang aku butuhkan," lanjut Eris. "Kumpulkan informasi semua korban tewas. Aku tidak mau hanya informasi umum yang tidak penting. Aku rasa kau mengerti sisanya. Ah, jangan lupa. Aku ingin semua berita tentang bisnis di kota ini, terutama bisnis properti."

Sasaki membungkuk mengerti lalu mulai berkoordinasi dengan alat komunikasi yang menempel di telinga pria itu.

Eris melanjutkan investigasi ke dalam lokomotif. Kondisi di dalam lokomotif masih rapi dan tidak ada yang rusak. Namun mata Eris tertuju ke ruang kontrol.

"Siapa saja yang sudah masuk ke ruangan ini sejak kecelakaan?" tanya Eris tiba-tiba.

"Tidak ada, kami menghalau semua orang yang berniat masuk ke ruangan ini. Anda adalah orang yang pertama kali masuk ruangan ini," ujar Sang Kepala Stasiun.

Eris berbalik menatap tidak suka ke arah sang kepala stasiun.

"Katakan dengan jujur. Kau tidak bisa membohongiku." Nada bicara Eris berubah serius.

"Kami melakukan patroli berkala di sekitar lokomotif dan gerbong yang telah dievakuasi. Terlebih ini area terbatas, hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke area ini Nona Eris. Saya yakin tidak ada orang luar yang masuk ke area ini," jelas sang kepala stasiun dengan nada yang lebih tegas.

Eris hanya bisa menghela napas. Ia mengeluarkan sebuah obeng dari duffle bag. Tanpa banyak bicara wanita itu langsung membongkar beberapa panel. Rupanya di balik panel itu banyak sekali kabel yang terputus dan tampak telah di rusak cukup parah. Jelas itu mengejutkan sang kepala stasiun. Tak hanya itu Eris juga membuka beberapa panel yang lain. Semuanya sama, di balik panel yang masih terpasang rapi, banyak bagian dan alat-alat yang sudah di rusak. Seperti seseorang berusaha menghilangkan jejak. Eris juga membuka beberapa panel di lantai, hasilnya juga sama. Semua alat yang seharusnya bisa digunakan Eris untuk menyelidiki kecelakaan, telah hilang.

Sang kepala stasiun kini berkeringat dingin. Ia tidak bisa berkata apapun di depan Eris. Pasalnya, Eris tahu betul bagian-bagian lokomotif yang berfungsi mengatur sistem komputerisasi. Karena sistem itu menggunakan basis Mana sebagai bentuk program software, maka alat itu memerlukan sebuah kristal atau batu Mana. Kristal atau batu Mana itu terbuat dari bahan yang sama dengan cincin pemberian Direktur Wyatt. Dengan memberikan sedikit Mana ke cincin, Eris bisa membuat sihir yang dapat melacak keberadaan batu Mana di radius tertentu. Saat Eris masuk ke dalam lokomotif, wanita itu tidak menemukan keberadaan batu Mana di dalam lokomotif. Detik itu pula Eris tahu lokomotif Class 85 yang terlibat kecelakaan telah disabotase.

Eris hanya melirik sejenak ke arah sang kepala stasiun. Pria itu jelas tampak bingung, kecewa sekaligus takut. Karena pada akhirnya sang kepala stasiun akan menjadi kambing hitam. Begitupula sang masinis yang terlibat kecelakaan. Besar kemungkinan, kecelakaan ini dirancang untuk membunuh orang-orang tertentu.

Tapi Eris tidak peduli dengan hal itu. Tujuan Eris bukan menyelamatkan orang dari fitnah atau ikut dalam kasus pembunuhan. Tujuan Eris adalah mendapatkan informasi tentang sistem komputerisasi berbasis Mana di lokomotif Class 85. Tentu saja Eris tidak mungkin kembali ke Stratavolca dengan tangan kosong.

"Nona Eris, tolong jangan panggil polisi. Kumohon tolong aku!" Sang kepala stasiun kini berlutut di depan Eris.

Eris melirik sejenak para anggota klan Hanamaru yang berdiri di sudut ruangan. Tak ada satupun dari mereka menunjukkan perasaan iba di wajah.

"Bisa tolong singkirkan orang tua ini dariku?" sindir Eris.

Haku dan Tetsuya menyeret sang kepala stasiun yang menangis memberontak. Berusaha mencari belas kasihan dari Eris. Namun pemandangan itu tidak mengalihkan fokus sang investigator. Mata Eris kini tertuju kepada Sasaki dan Yuki yang tersisa di ruangan.

"Panggil polisi. Sepertinya kasus ini berubah menjadi kasus pembunuhan. Oh iya, antarkan aku ke hotel sekarang."

Keduanya membungkuk mengerti dan menjalankan perintah Eris. Polisi dipanggil, butuh waktu 15 menit Eris menunggu polisi. Saat para polisi datang, Eris hanya memberikan alamat hotel tempatnya menginap. Wanita itu tidak memberikan informasi lengkap. Karena Eris hanya memberitahukan adanya pengerusakan barang bukti dan pencurian barang bukti. Eris baru akan membantu jika Polisi berhasil mendapatkan barang bukti yang dicuri.

Setelah menemui polisi, Eris akhirnya menuju hotel. Kamar hotel tempat Eris menginap lebih seperti kondominium. Terdapat ruang tamu, pantry, ruang TV dan kamar tidur dengan kasur empuk yang nyaman. Semua fasilitas itu Eris dapatkan gratis. Eris menikmati semua fasilitas itu dengan sepenuh hati. Wanita itu bermalas-malasan selama tiga hari penuh. Yuki yang kebetulan bertugas mengawal Eris di dalam ruangan malah ikut menonton drama bersama Eris.

"Aku tidak menyangka ending drama ini sangat menyentuh hati, aku benar-benar terharu." Eris mengusap air mata sambil mengunyah popcorn.

"Ya, drama ini menjadi drama terbaik tahun lalu. Benar-benar drama yang memukau. Gelar drama terbaik itu tidak salah," timpal Yuki.

Eris berdiri dari sofa, lalu memberikan remote TV kepada Yuki.

"Apa kau punya rekomendasi lain? Aku ingin drama yang sebagus itu lagi," ucap Eris yang kini berpindah ke stool di dekat telepon.

"Tentu aku akan carikan drama yang bagus," balas Yuki yang berpura-pura memilih kaset DVD yang ada.

Sebenarnya Yuki kini sedang mengawasi gerak gerik Eris. Pasalnya sang investigator tiba-tiba menelepon seseorang.

"Ah halo. Bagaimana kabarmu Raihan? Aku dengar kau baru saja naik pangkat," oceh Eris yang mengapit gagang telepon di pundak dan pipi.

Eris kini dengan asyiknya membuat kopi dan mie instan.

"Ya, aku bisa naik pangkat berkat bantuanmu. Jadi ada perlu apa kau menghubungiku?" tanya suara di seberang.

"Aku ingin menanyakan sesuatu tentang mini gyroscope di dalam sistem komputerisasi input dan output lokomotif Class 85. Kenapa mini gyroscope itu dilengkapi dengan batu Mana di cincin porosnya?" tuduh Eris.

"Lokomotif Class 85? Ah, aku baru ingat. Kau di Morano sekarang. Well, mini gyroscope itu memang salah satu cara untuk mengendalikan kecepatan lokomotif itu," jawab Raihan enteng.

"Jadi mini gyroscope itu bisa menolak semua input dari panel kabin?" tanya Eris lagi.

"Yep. Kalau kau bisa menggunakan kodenya dengan benar. Aku yakin kau bisa memecahkan kodenya. Apa kau akan membuat laporan tentang ini? Aku bisa mengabulkan beberapa permintaanmu," balas si pria di seberang.

"Kau benar-benar pria yang penuh pengertian Raihan. Tapi kau tahu bukan? Aku tidak bisa berbuat banyak karena aku hanya wanita lemah. Apa kau tidak ingin membantuku?" ujar Eris yang tiba-tiba bersiap menutup telepon.

"Well, itu agak sulit untuk dikabulkan. Tapi aku punya rekan yang cukup menjanjikan. Kebetulan dia bekerja untuk Medea. Aku yakin ada banyak hal yang perlu dibicarakan antara Direktur Wyatt dan Sage of The South terkait Morano. Aku akan menjemputmu setelah kau bertemu dengan anak buah Medea. See you soon." Si pria di seberang pamit dan menutup telepon.

Eris mengembalikan gagang telepon dan kembali duduk di sofa bersama Yuki. Mereka kembali menikmati tayangan drama.

Setelah dua jam berlalu, tiba-tiba ketukan pintu terdengar. Setelah Eris memberi izin, Sagara masuk membawa sebuah amplop cokelat dan sebuah kardus berisi kertas-kertas. Eris memerintahkan Sasaki meletakkan barang bawaannya di kasur. Kemudian wanita itu menyuruh semua agen keluar dari kamar dan wanita itu menyendiri selama tiga hari.

Tiga hari setelah menyendiri di kamar, Eris keluar dengan berpakaian rapi. Dengan mantel cokelat, kemeja hitam dan rok span wanita itu terlihat berbeda dari tiga hari yang lalu. Kantung mata dan kerutan wajahnya hilang seperti tanpa bekas.

"Kita pergi ke Stasiun Morano sekarang juga," titah wanita itu.

Haku dan Yuki yang kebetulan berjaga di depan pintu kamar, mulai kesal dengan tingkah laku Eris. Wanita itu sering kali memberikan perintah aneh. Alih-alih berusaha mencari tahu tentang teknis lokomotif class 85, selama tiga hari menyendiri malah dihabiskan dengan tidur. Dari kamera CCTV Eris hanya bermalas-malasan dan memilah-milah brosur bisnis properti.

Eris juga menambah tugas para anggota klan untuk menemukan komponen lokomotif yang hilang, karena kepolisian Morano tidak kunjung menemukan komponen itu. Sampai saat ini beberapa anggota klan yang lain sedang menyisir seluruh kota Morano hanya untuk mencari komponen itu. Eris juga meminta para agen mengumpulkan informasi tentang hal-hal tidak ada kaitannya dengan kecelakaan kereta. Para agen diberi tugas seperti mencari informasi tentang regulasi pembangunan fasilitas umum, pembebasan lahan di area selatan kota Morano, investor pembangunan jalan raya dan bandara kota Morano, termasuk profil kontraktor pembangunan fasilitas kota Morano. Tak hanya itu, Eris juga meminta para agen mengumpulkan data semua barang komoditas yang di impor dari luar kota Morano. Bahkan Eris juga meminta profil seluruh pelaku usaha logistik dan ekspedisi di Morano. Setelah membuat susah dan repot para agen dari klan Hanamaru, kini Eris seenaknya ingin pergi ke Stasiun Morano.

Haku dan Yuki harus menghela napas sekaligus mengelus dada menuruti keinginan Eris. Pasalnya saat mobil yang mereka kendarai mendekati Stasiun, Eris meminta mereka berbelok ke tempat kecelakaan kereta. Mereka beruntung, evakuasi gerbong yang mengalami kecelakaan sudah selesai. Kini area tikungan khas di Morano itu tidak lebih dari tikungan biasa. Haku dan Yuki mendampingi Eris menuju rel kereta. Saat mereka sampai, Eris berdiri di atas rel dan menendang beberapa kali bantalan rel kereta. Setelah puas memastikan rel dalam keadaan baik dan aman, Eris turun dari rel. Wanita itu berdiri di jarak 5 meter dari rel. Sedangkan Haku dan Yuki berdiri di belakang Eris.

"Kalian berdua diam di tempat. Ada yang ingin kukatakan pada kalian berdua," titah Eris tiba-tiba.

Haku dan Yuki terdiam di tempat. Ekspresi bingung tercetak jelas di wajah mereka, namun mereka tetap menganggukan kepala .

"Tikungan ini sangat berbahaya. Jika ada kecelakaan kereta lagi, aku akan menggunakan rekomendasi khusus Biro Keselamatan Transportasi untuk menutup semua akses rel kereta yang melewati tikungan ini."

Alis Yuki semakin bertaut saat mendengar perkataan Eris. Wanita berambut terang itu kaget mengetahui Eris memiliki otoritas untuk menutup semua akses rel kereta. Pasalnya tikungan Morano adalah satu-satunya akses jalur kereta api menuju Stasiun Morano. Memblokir akses menuju tikungan Morano sama dengan memblokir seluruh akses jalur kereta api Morano. Namun belum sempat Yuki melanjutkan deduksinya suara semboyan kereta terdengar.

Sebuah kereta melaju kencang menyusuri tikungan. Namun kereta itu melaju terlalu kencang hingga anjlok dari rel. Dengan kecepatan yang tinggi seluruh gerbong kereta keluar dari rel. Gerbong dan lokomotif yang tidak terkendali itu jelas melaju ke arah Yuki dan Haku. Beruntung Yuki dan Haku cukup cekatan menghindar dari gerbong-gerbong yang berserakan. Bahkan keduanya sempat menggendong Eris menjauh dari sana. Setelah menemukan tempat aman, Yuki dan Haku saling memandang dan melirik Eris. Sang investigator hanya diam sekaligus terkejut bukan main.

"Nona Eris, kita harus pergi dari sini. Tempat ini tidak aman!" seru Haku.

Eris berdecak lidah. Wanita itu malah menepis tangan Haku dan berlari ke arah gerbong-gerbong kereta yang mengalami kecelakaan. Yuki dan Haku terpaksa mengikuti Eris.

Lokomotif Class 85 yang sama dengan kecelakaan sebelumnya kini nampak tidak berbentuk. Bagian kabinnya ringsek dan tertimbun tanah. Tubuh sang masinis tergencet oleh rangka kabin lokomotif hingga tewas. Setelah melihat sang masinis tewas, Eris berhenti melangkah.

"Nona Eris, tempat ini berbahaya. Kami sudah memanggil beberapa pihak berwajib. Tolong ikuti instruksi kami, ini demi keselamatan anda sendiri!" seru Haku yang terlanjur emosi. Pria itu menarik tangan Eris cukup kasar.

Eris tidak menjawab dan membiarkan tubuhnya ditarik Haku menuju mobil. Selanjutnya mereka langsung menuju hotel.

Lobby hotel tampak lebih ramai dari biasanya. Terdapat banyak anggota klan Hanamaru yang bersiaga di sana. Mereka mengarahkan Eris langsung menuju kamar. namun Eris meminta izin menuju kamar kecil sejenak.

Di toilet, Eris membasuh muka dengan tangan bergetar. Beberapa kali wanita itu berusaha menenangkan diri. Wanita itu bahkan harus memegangi tangannya sendiri agar berhenti bergetar. Namun belum selesai Eris menenangkan diri, seorang pria berkacamata dan berambut putih masuk ke toilet. Eris melirik sejenak pria itu dan menelan ludah bulat-bulat. Karena Eris sudah memilih jalan ini, maka Eris harus menyelesaikan pekerjaannya.

"Sebagai investigator berpangkat menengah, kau cukup berani mengancam untuk menutup semua akses rel kereta di Morano. Bukankah tugas investigator Biro Keselamatan Transportasi adalah memastikan keselamatan para penumpang?" ucap sang pria berkacamata mengawali pembicaraan.

"Tapi aku tidak bisa bekerja kalau barang yang kuteliti tidak ada. Sebagai catatan, tikungan itu cukup berbahaya. Aku bisa memberikan rekomendasi untuk memindahkan Stasiun kota Morano dan membuat jalur kereta yang lebih aman. Dengan rekomendasi itu, kalian bisa memonopoli jalur kereta api di Morano sekaligus membuka jalur baru dari Kerajaan Acardia. Lagipula posisi Lotus Grup sudah sangat mapan. Enam investor rival yang berinvestasi di proyek pembangunan bandara dan pembangunan jalan tol sudah mati. Itu berarti kau ingin memonopoli seluruh akses transportasi kota ini bukan? Aku hanya katalis yang mempercepat itu semua. Sebagai gantinya, aku ingin komponen lokomotif Class 85 yang hilang. Aku tidak bisa membuat laporan kecelakaan yang valid tanpa komponen itu," jelas Eris.

Sang pria berkacamata tersenyum lebar.

"Kau yakin hanya menginginkan itu? Aku bisa memberimu lebih," tawar pria itu.

Eris menyandarkan panggulnya ke wastafel sementara kedua tangannya terlipat. Wanita itu menatap lurus pria berkacamata itu.

"Terimakasih, tapi aku harus menolaknya. Kita berdua tidak dalam simbiosis mutualisme atau parasitisme. Semua ini tidak akan terjadi kalau bukan dari campur tangan Medea. Aku tidak tahu bagaimana caranya, Medea berhasil membujuk Direktur Wyatt untuk membawaku ke sini. Langkah untuk mengikis dominasi Gryphon Logistik di jalur darat. Beruntung Morano bukan sepenuhnya bagian dari World Union, kalau Medea berhasil masuk ke sini, Morano bisa menjadi penghubung besar seperti di Stratavolca atau Crevidaela. Yang jelas ini bagian dari proyek Tax Haven bukan? Aku yakin proyek ini di dukung para Sage. Dengan kata lain, World Union akan mengubah Morano menjadi Tax Haven seperti Republik Canimea. Dimulai dari membunuh 6 investor besar di Morano, menutup akses kereta agar Medea bisa membeli semua jalur rel kereta sekaligus membangun jalur baru. Aku yakin Medea akan benar-benar datang ke walikota untuk membeli kota ini. Ngomong-ngomong Dieter, di mana Medea sekarang?" balas Eris.

Pria yang dipanggil Dieter itu mengangkat bahu sejenak. Jemari pria itu bersembunyi di balik kantong celana.

"Kabar terakhir dia ada di Kamara. Dia ada bisnis dengan orang GIC. Kau ingin bertemu dengan Medea?" tanya si pria berkacamata.

"Tidak. Aku mendapatkan pekerjaan ini dari Direktur Wyatt. Aku akan bertemu dengan Direktur Wyatt lebih dulu ketimbang Medea. Justru seharusnya kau yang harus bertemu Medea. Kau sudah baca jurnal review dari World Union Trade and Commerce?"

"Ya, aku sudah baca. Medea juga memberiku draft jurnal itu dari beberapa minggu yang lalu. Aku juga sudah menjelaskan isi jurnal itu ke Gama dan Bastian. Tapi kau tahu sendiri Acardia sendiri seperti apa. Ada banyak hal yang harus diselesaikan di sana."

"Huft, Acardia sendiri tidak akan berubah selama Corvus masih menjadi raja. Aku bahkan tidak yakin Jason bisa membuat Acardia lebih baik," ujar Eris sambil menghela napas. Ingatan Eris mulai melayang ke masa lalu. Masa saat Eris belum melepaskan kewarganegaraannya.

"Raja Corvus punya anak laki-laki yang disembunyikan di Crevidalia. Dia lebih menjanjikan ketimbang Jason."

Eris berbalik arah dan menuju pintu toilet.

"Peduli setan dengan Acardia. Aku bagian dari World Union sekarang. Aku tidak mengurus masa depan Acardia." Ujar Eris yang kemudian membuka pintu dan pergi.

Setelah pertemuan itu, Eris kembali ke kamar hotel. Wanita itu kembali bermalas-malasan selama tiga hari penuh. Pada hari keempat, Eris menemukan sebuah kotak kardus berisi komponen lokomotif Class 85 yang hilang. Semua komponen itu dalam kondisi baik, tidak ada kerusakan sedikitpun. Akhirnya setelah menunggu dan mengorbankan beberapa orang, Eris bisa mulai bekerja. 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)