Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna
Blurb
Kata orang, masa kanak-kanak adalah masa surga dunia. Masa emas. Masa penuh gelak tawa dan aroma cinta di mana-mana. Seperti kebun bunga liar di punggung bukit, penuh bunga dan kupu. Kata orang, begitulah.
Sejak aku tumbuh menjadi kanak dengan dua kaki yang mampu berdiri tegak dan berlari-lari kecil -meskipun sesekali tersandung, jatuh terjerembab, memar dan menangis selantang dengking anjing-anjing jalanan, hingga usia dewasa yang penuh nyanyian sumbang, masa kanak memang terlihat seindah itu. Tentu saja itu indah di pandangan. Karena aku meyakini, setiap anak akan mendapatkan hadiah cerita sedihnya sendiri. Ada yang memilih mengumbarnya, ada yang memilih menguburnya, lalu menjalani kehidupan dengan perasaan biasa-biasa saja, untuk sesekali menggali kubur duka abadinya. Itu aku.
"Kau harus bisa berdamai dengan masa lalumu, Lina. Terima itu sebagai cacat yang tak bisa kau perbaiki, meski ingin. Jangan lagi mengutukinya." Aku tersenyum tipis mendengar kata-kata perempuan yang tengah sibuk menyusun buku-buku di rak kecil berwarna merah muda.
Berdamai dengan masa lalu? Ah, indahnya kalimat itu. Aku ingin, tapi dua garis luka memanjang di lenganku itu terus saja menjadi penanda hitam di garis takdirku. Luka yang pernah mengalirkan darah segar, menetes deras, menguyupi masa kanaknya.
Tunjukkan padaku bagaimana caranya untuk berdamai dengan luka itu, dengan gambar-gambar menjijikkan itu, dengan jalan hidupku yang tak pernah menawarkan warna-warna indah? Hidupku sepertinya adalah kutukan doa ibu yang tak kunjung punah. Meskipun aku tundukkan hidungku di ujung ibu jari kakinya dan membasuh kukunya dengan air mata.
Sejak aku tumbuh menjadi kanak dengan dua kaki yang mampu berdiri tegak dan berlari-lari kecil -meskipun sesekali tersandung, jatuh terjerembab, memar dan menangis selantang dengking anjing-anjing jalanan, hingga usia dewasa yang penuh nyanyian sumbang, masa kanak memang terlihat seindah itu. Tentu saja itu indah di pandangan. Karena aku meyakini, setiap anak akan mendapatkan hadiah cerita sedihnya sendiri. Ada yang memilih mengumbarnya, ada yang memilih menguburnya, lalu menjalani kehidupan dengan perasaan biasa-biasa saja, untuk sesekali menggali kubur duka abadinya. Itu aku.
"Kau harus bisa berdamai dengan masa lalumu, Lina. Terima itu sebagai cacat yang tak bisa kau perbaiki, meski ingin. Jangan lagi mengutukinya." Aku tersenyum tipis mendengar kata-kata perempuan yang tengah sibuk menyusun buku-buku di rak kecil berwarna merah muda.
Berdamai dengan masa lalu? Ah, indahnya kalimat itu. Aku ingin, tapi dua garis luka memanjang di lenganku itu terus saja menjadi penanda hitam di garis takdirku. Luka yang pernah mengalirkan darah segar, menetes deras, menguyupi masa kanaknya.
Tunjukkan padaku bagaimana caranya untuk berdamai dengan luka itu, dengan gambar-gambar menjijikkan itu, dengan jalan hidupku yang tak pernah menawarkan warna-warna indah? Hidupku sepertinya adalah kutukan doa ibu yang tak kunjung punah. Meskipun aku tundukkan hidungku di ujung ibu jari kakinya dan membasuh kukunya dengan air mata.
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Disukai
4
Dibaca
617
Rekomendasi dari drama
Novel
The Grand Sophy
Noura Publishing
Novel
Tough Woman
Anggi faizta
Novel
Reverse
Rebecca Jemima Pasaribu
Komik
Seperti yang Aku Mau
Cikie
Novel
EPILOG: Abhakalan
Manusia Purba
Novel
Mbah To
Kirana Putri Vebrianti
Novel
8154's Letter Behind You
Niswahikmah
Novel
Dare to Love
Anik Ives
Komik
Hot Daddy VS Cute Baby
deetata
Novel
Married Young
Nurhikmah
Novel
none
Devi Sri Mulyani
Novel
Matahari dan Langit: segala di antaranya
Erzsi
Novel
SEGITIGA
Youvita Ruby
Novel
none
Devi Sri Mulyani
Novel
Kamu Tidak Sendirian
Amar Ma'ruf
Rekomendasi