Flash
Disukai
0
Dilihat
7,697
Dilema Wanita 30 Tahun
Drama

"Rom, sekarang kamu sudah umur 30 tahun. Kamu nggak mau nikah aja? Coba lihat teman-teman kamu yang anaknya sudah masuk SD. Tinggal sendirian kamu nih yang masih jomblo,"

Aku hanya menimpali perkataan ibu dengan senyum seiris. "Romlah belum ketemu jodohnya, Bu."

"Halah, itu mah karena kamu terlalu pemilih. Kemarin ada Santoso yang meminang kamu. Tapi kenapa kamu tolak?"

"Karena Santoso pengangguran, Bu."

"Mending menikah sama pengangguran nggak sih daripada harus dijuluki perawan tua oleh para tetangga. Lagian kalau sudah menikah mah, rezeki pasti ada aja."

Aku menghela nafas dengan lelah mendengar rentetan kalimat ibu. Hidup di era yang berbeda membuat kami sulit untuk saling memahami. Apalagi kini saat usiaku memasuki angka 30 tahun. Setiap hari ibu semakin giat mencecarku soal pernikahan. Ibu tidak tahu saja kalau aku juga memiliki dilema di usia ini.

"Aku nggak mau menikah dengan pria pengangguran, Bu. Aku maunya menikah dengan pria yang mapan."

"Nduk, Gusti Allah itu maha kaya. Apa yang kamu takutkan? Siapa yang tahu kalau nanti kalian menikah, rezekinya Santoso justru melimpah ruah?"

Aku menggelengkan kepala dengan mantap. "Aku tidak mau berjudi dalam ketidakpastian seperti itu, Bu. Iya kalau aku dan dia menikah, rezeki kami benar-benar menjadi melimpah ruah seperti kata ibu. Tapi bagaimana kalau yang terjadi justru sebaliknya?"

"Halah, itu cuma alasan kamu doang. Emangnya kamu nggak takut kalau nanti dimasa tua kamu akan hidup seorang diri, Rom? Coba itu kamu lihat Nenek Seroja. Tubuhnya sudah ringkih, tapi dia masih harus banting tulang untuk sesuap nasi. Kasihan tahu. Menua dalam kesepian itu pasti menyedihkan. Coba kamu pikir-pikir lagi deh, Rom." Ibu bercerocos tidak ada habisnya.

Aku lagi-lagi harus menghela nafas panjang. Hatiku ngilu, dan kepalaku langsung berdetak pusing. Puncak kepalaku pun terasa panas dan berasap. Ibu sudah menyentuh titik paling sensitif di dalam sanubariku.

"Ibu jangan cuma melihat Nenek Seroja doang dong. Coba ibu lihat juga itu Nenek Fatimah. Dia dulunya punya suami dan sembilan orang anak. Tapi sekarang apa? Hidup sebatang kara juga 'kan? Suaminya sudah meninggal, dan anak-anaknya tidak ada yang mau mengurus. Jadi apa bedanya?!" Aku berucap hampir setengah berteriak saking kesalnya.

" ... "

Melihat amarah yang aku keluarkan baru saja, ibu seketika terdiam. Dia menatapku dengan sorot mata tidak percaya.

Di usia 30 tahun ini, wanita terus dibisikkan bahwa hidup mereka seolah telah memasuki masa kritis. Membuat tekanan hidup semakin menjadi-jadi.

Sebagai seorang wanita berusia 30 tahun aku pun terjebak dalam pemikiran itu. Aku dilanda dilema antara menua dalam kesepian atau terjebak dalam pernikahan yang salah. Hingga hari ini, aku belum bisa memutuskan resiko mana yang paling bisa aku tolerir jika hal itu terjadi.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)